Ketulusan cinta Avan teruntuk Kayla, istrinya. Wanita yang masih berada di dalam bayang masa lalu. Mencoba merubah hati Kayla agar berbelok padanya dengan cinta yang ia punya. Menghangatkan hati Kayla yang beku dengan ketulusan dan kesabaran yang Avan punya.
Cinta yang seperti air, mengalir dari Avan untuk Kayla. Akankah tetesan kasihnya sampai di hati Kayla yang keras oleh cinta masa lalunya?
Ataukah, hanya menjadi pengobat yang mengantarkan sang istri kembali pada cinta yang belum usai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danie A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30 - ending
Kayla membuat minum untuk tamunya dan juga Avan. Lalu ia berjalan ke depan, "asik banget ngobrolnya," ucap Kayla membuat Sasa yang asyik ngomongin masa lalu itu terdiam seketika. Kayla tetap berusaha bersikap santai dan meletakkan minuman untuk tamunya, tak lupa ia mempersilahnya minum lalu duduk di sisi Avan. Ia tak akan membiarkan Avan dan mantannya duduk berlama-lama hanya berdua saja.
Sasa kembali mengenang masa-masa indah dirinya dan Avan saat berpacaran dulu. Kayla hanya mendengarkan, "apa wanita ini mau bikin aku panas? Dengan cerita masa lalu?" Gumam Kayla dalam hati, Avan pun sesekali menanggapi dan terdengar nyaman saja. "Mas Avan pun sama saja, mantan bukannya di depak malah di bukain pintu, suruh masuk lagi." Batin Kayla mengomel.
"Ya ampun, Van, kalau inget dulu tuh, rasanya pingin balik aja ke masa lalu ya? Banyak banget ternyata yang sudah kita lalui..."
"Masih inget nggak pas kita jalan pake motor butut kamu, terus macet di jalan tengah sawah, malem-malem lagi kan? Aku takut banget waktu itu." ucap Sasa penuh semangat,
"iya, kamu sampai marah-marah ya waktu itu." kekeh Avan menanggapi. Wajah Sasa sedikit berubah tak enak, karena yang Avan ingat justru waktu ia marah-marah.
"eehh, tapi beruntung ya, waktu itu ada teman kamu yang nyamperin. Bantuin kita dorong sampe bengkel.
"iya, ya. Si Rudi sama Farid ya? Habis itu kamu sama Rudi jadi dekat kan ya? nggak nyangka loh aku ternyata kalian sampai ke jenjang pernikahan."
Kayla jadi tertawa sendiri, Avan ternyata punya kenangan lucu dengan Sasa meski ia sedikit jengkel. Kayla pun berniat memanasi si mantan yang mencoba masuk dalam rumah tangganya. Ia menggeser duduk semakin mepet dan menyenderkan kepala di dada suaminya. Tangan Avan bergerak mengusap kepala istrinya, walau ia ikut tertawa dengan cerita masa lalu dari Sasa. Sedangkan Sasa, tampak sekali tidak suka dan kesal melihat pemandangan itu. Avan bahkan sesekali mengecup punca kepala Kayla.
"Makan tuh, ular keket!" Batin Kayla. "Kamu tuh, masa lalu, sadar diri!"
***
Sasa memandang rumah Avan yang perlahan meredup pencahayaannya di ruang tamu. Janda muda itu mengerucutkan bibirnya sembari membawa kembali mangkuk berisi opor.
"Dasar istri resek! Kok Avan mau sih sama perempuan kek gitu. Iihh, sebeell, kenapa juga dulu aku mesti putusin Avan demi Rudi. Nyatanya, Avan lebih kaya dari Rudi sekarang." Gerutu Sasa menyesali masa lalunya,"mana Avan sayang banget lagi sama istrinya. Aku mana mau balik sama Rudi, mana kasar orang... Iihh, Avaaaaannn!"
Sasa terus menggerutu dalam perjalanan kembali kerumahnya. Dengan sesal yang menggunung.
Sementara itu, Avan menuntun Kayla ke peraduan. Menyelimuti sang istri hingga sebatas dada, lalu ia mulai membacakan alfatihah di ubun-ubun Kayla. Dan menutupnya dengan kecupan di kening.
"Mas,"
"Hemm?"
"Mas, ila udah besar, mas nggak perlu lakukan ini." Ucap Kayla memprotes, walau sesungguhnya ia cukup menikmati kegiatan Avan ini. Sejak mereka memutuskan untuk tidur sekamar. Kebiasaan ini selalu Avan lakukan.
"Kenapa?" Avan mengulas senyum mendengar sang istri yang memprotes.
"Kalau mas lakuin ini, rasanya seperti kembali ke masa Ila masih kecil. Dulu bapak juga lakukan ini. Kata bapak untuk menjaga ila dari mimpi buruk dan pandangan buruk orang lain."
Avan hanya menanggapi dengan senyuman. Lalu berbaring di sisi sang sang istri.
"Mas,"
"Heeeemm?" Avan berbaring miring berhadapan dengan Kayla. Tangan istrinya itu menyentuh tangan Avan, lalu mengarahkannya ke perut Kayla yang masih rata.
"Bacakan untuk dia juga,"
Mata Avan mengerjab, menatap manik mata indah Kayla meminta penjelasan. Pria berambut gondrong itu tak ingin menerka-nerka yang membuat nya melambung dalam ketidakpastian.
"Ada kehidupan di dalam sana,"
Mata Avan sedikit melebar, Kayla mengeluarkan testpack yang dia simpan di saku celananya. Lalu menunjukkannya pada Avan.
"Ila belum cek USG. Baru test urin. Kalau besok mas senggang..."
Belum sempat Kayla menyelesaikan kalimatnya, bibirnya sudah di bungkam oleh kecupan Avan. "Besok kita kedokter obgyn." Putus Avan. Pria itu bergerak menyentuh perut Kayla dengan lembut. Lalu mencium perut sang istri setelah Kayla mengganti posisi tidurnya yang miring menjadi terlentang.
"Alhamdulillah, papa selalu menantikan kamu. Sehat-sehat di dalam, jangan nakal ya nak."ucap Avan lirih, pria itu merasa sangat bahagia, mendapat berkah sebesar ini.
Keesokan harinya, setelah akhir shift Kayla, Avan membawa sang istri ke dokter obgyn yang buka praktek. Melakukan cek USG, Avan terus memperhatikan monitor yang tersambung. Dokter kandungan pun menjelaskan secara detail. Mulut Avan terbuka lebar saat satu ternyata Kayla tak hanya mengandung satu benih, melainkan tiga, tiga benih Avan berhasil lolos dan berkembang di dalam rahim sang istri.
"Ila, berhentilah bekerja," pinta Avan saat mereka sedang dalam perjalanan pulang.
Kayla terdiam, menjadi perawat adalah salah satu keinginannya sejak dulu. Ia sudah mencapainya, tapi, Kayla memiliki kesan tersendiri untuk terus bekerja menjadi perawat, semacam panggilan hati. Tapi, Avan adalah suaminya, seharusnya ia patuh pada sang suami meski hatinya sangat ingin terus menjadi seorang perawat.
"Mas tau, ila bekerja bukan hany untuk lembaran uang semata. Ada satu sisi ila yang menginginkan sebagai bentuk panggilan jiwa sosialmu. Mas yakin, anak kita nanti akan memiliki jiwa yang sama. Membantu dan melayani sesama dengan ketulusan hati. Tapi, Ila, saat ini kamu sedang mengandung, tidak hanya satu, tapi tiga. Kamu akan lebih mudah lelah," ungkap Avan,"hanya untuk sembilan bulan ke depan, rawatlah dirimu sendiri, lalu di tahun berikutnya, mas berharap, Ila tidak kerepotan merawat bayi-bayi kita."
"Ila, kamu masih tetap jadi perawat, meski bukan untuk orang asing, tapi untuk anak-anak kita nanti. Jadi, Ila, berhentilah bekerja." Pinta Avan mengakhiri ungkapan hatinya.
Perjalanan tiba-tiba menjadi hening, Kayla masih bergelut dengan hati dan pikirannya. Sedangkan Avan sangat menantikan jawaban dari Kayla. Sampai mobil hitam itu terparkir di carport, duanya masih diam di dalam sana.
"Ila... Ila setuju mas."
Avan menatap istrinya,
"Walau ila berhenti bekerja, tapi, ila masih ingin mengabdikan diri pada masyarakat."
"Boleh, tapi jangan terlalu memaksakan tubuhmu. Sekarang tenaga dan apapun yang masuk ke tubuh ini di bagi menjadi empat. Untuk Ila, dan juga bayi kita." Avan menyentuh perut Kayla dengan lembut. Kayla tersenyum dan mengangguk, tau-tau Avan sudah menyergap dengan kelembutan bibirnya. Memberi Kayla kehangatan cinta yang tulus, bibir itu masih saling bertaut untuk waktu yang cukup lama. Sampai Avan mengakhiri pangutannya, dan menuntun sang istri untuk masuk kedalam rumah. Akan tetapi, mereka di kejutkan oleh kehadiran sosok di teras rumah mereka.
"Sasa?"
"Kok kalian lama banget di dalam mobil?" Sasa memprotes, sepertinya janda muda itu sudah cukup lama menunggu.
Kayla mengukir senyum tipis dan geli.
"Ada apa Sa?" Tanya Avan melingkarkan sebalah tangannya di pinggang sang istri. Sasa melirik tak suka.
"Sebenarnya, aku mau minta gula."
"Oohh, gula."
"Mbak Sasa, mbak Sasa, kenapa minta kemari, bukannya beli di warung?" Celetuk Kayla.
"Deketan sini dari pada di warung." Ketus Sasa, ia sangat tidak suka dengan Kayla. Tentu saja ia tak suka karena ia mengincar pria berambut gondrong di samping Kayla itu.
"Dari jam berapa mbak nungguin? Udah dingin belum yang mau digulain?"
"Ihh, mau tau aja deh, " Sasa melengos, lalu tersenyum manis pada Avan." Van minta gula ya?"
"Minta sama Ila ya, dia yang punya." Kayla tak bisa menahan diri untuk tertawa, dan Sasa memberengut.
"Garem aja deh,"
"Iya bilang aja sama Ila."
"Iisshh, pinjem duit,"
"Boleh nggak, La?"
"Kok semua-mua Ila sih?" Sasa semakin kesal.
"Ya, Ila istriku, Sa. Semua yang aku punya, dia yang pegang. Kalau mau apa-apa bilang sama Ila ya?" Ucap Avan menatap lembut dan sayang pada istrinya, "eeh, jangan sih, Ila lagi nggak boleh repot." Avan berganti melihat pada sang mantan, " Sa, kalau ada perlu apa-apa minta tetangga samping rumahmu aja, atau ke warung. Aku nggak mau ibu dari anakku ini kelelahan."
"I-ibu?" Mata Sasa membulat,"mak-maksudnya, istrimu hamil gitu?"
"Ye mbak, namanya juga bikin anak setiap malam, kalau jadi ya hamil lah." kali ini Kayla yang menjawab.
Tiba-tiba sang mantan pingsan.
'Aahh, sialan, padahal aku rela jadi madu jika Kayla tak juga hamil. kenapa dunia seperti ini padaku, hiks.' tentu saja ini hanya jeritan hati Sasa.
"Ehh, mbak, bangun! Yah, malah pingsan di sini." Gumam Kayla sedikit panik,"mas jangan di pegang, biar tetangga aja yang ngurusin, anakmu nggak ngijinin papanya pegang-pegang wanita selain mamanya. Apa lagi, mantan!"
-endongnya begini aja ya?!-
dan faktanya dalam novel pun demikian dan novelis wanita susah benar buat karakter wanita yang melakukan kesalahan mengaku dia salah dan tulus minya maaf, apakah susah benar melakukannya para author
ceritanya bener2 bikin gagal move on.., 🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰