Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Setelah tiba di rumah Mia merasakan lelah luar biasa, perutnya mulai terasa perih karena dari tadi siang saat jam istirahat belum sempat makan siang keburu mendapat kabar buruk yang merubah hidupnya dalam sekejap mata, otomatis perutnya itu baru terisi saat sarapan pagi saja itupun tak banyak dan sampai sudah petang begini belum terisi apa-apa lagi.
Mia duduk di sofa yang diletakkan di halaman rumahnya, meluruskan kakinya yang terasa kaku dan pegal, menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Mia terdiam sejenak lalu ia teringat belum menyiapkan apapun untuk konsumsi doa bersama nanti malam, ia langsung bangkit dari duduknya seperti panik dan ingin mencari mas Hilman ataupun isterinya mbak Astri untuk meminta pendapat, dan itu tak lepas dari penglihatan Aris yang masih berada di sekitar rumahnya, "kenapa Mia?" Ia menggelengkan kepala bingung mau jawab jujur atau tidak, tapi Aris seperti mengerti keraguannya "nggak apa-apa, jangan sungkan, ada apa? Barangkali saya bisa bantu !"
"Eeeh..iya ini waktunya sudah mepet bentar lagi mau Maghrib, tapi belum menyiapkan konsumsi untuk nanti doa bersama bagaimana ini?" Mia mengatakannya dengan sedikit gelisah
Aris terdiam sejenak seperti berfikir "Masih ada waktu, langsung pesan sekarang minta diantarkan. Mau pesan berapa banyak? Untuk berapa orang? " Mia menggeleng pelan bingung karena ia tak tahu berapa banyak orang yang datang nanti malam untuk doa bersama.
"Untuk 100 orang cukup?" Tanya Aris lagi.
Mia menggeleng cepat "Sepertinya tidak sampai sebanyak itu orangnya yang datang pak, mungkin 50 aja kayaknya cukup"
"Oke, pesen untuk 70 orang aja ya.. lebih baik dilebihkan daripada nanti kurang" Aris langsung menelpon seseorang.
"Hallo Nu, saya minta tolong urgent pesankan Snack box untuk 70 orang ke toko kue terdekat alamat yang sama tadi siang kirim karangan bunga, untuk isinya kue apa aja terserah pilihkan yang enak atau yang menjadi best seller plus minuman tentunya. Minta diantarkan cepat sebelum Isya, kalau satu toko tidak sanggup menghandle bisa pesan di dua toko kamu atur aja yang penting siap semua 70 box sebelum Isya, Oke?! Saya sangat mengandalkan kamu Nu, jangan kecewakan saya. Saya tunggu laporannya, Terimakasih banyak Nu" setelah Aris memberikan serentetan kalimat perintah langsung menutup teleponnya sepihak, tanpa menunggu respon dari seseorang di seberang telpon sana, Mia dan Nina hanya terdiam melongo mendengarnya. Mereka berfikir enak banget ya jadi boss besar tinggal perintah dan urusan apapun bisa beres langsung terima jadi. Benar-benar luar biasa The power of money.
Mia mengucapkan banyak terima kasih kepada Aris, kalau saja ia bisa bertemu dengan seseorang yang mendapatkan perintah Aris barusan Mia pasti akan sangat berterima kasih dan meminta maaf karena sudah pasti sangat merepotkannya. Sebelumnya Mia sudah menanyakan kepada Nina dan pak Aris kenapa belum pulang, bukan apa-apa ia merasa hari ini sangat merepotkan sahabat dan atasannya itu sudah sejauh ini, ia tahu Nina dan Aris juga pasti lelah dan mungkin saja ingin pulang. Tapi Aris mengatakan kalau dirinya nggak perlu sungkan untuk menerima apapun, karena mereka sebagai seorang atasan dan sahabat sudah seharusnya memberikan bantuan selagi mereka bisa dan Aris mengatakan kepada Mia untuk jangan pernah merasa sendiri dalam menghadapi apapun. Mia sangat terharu atas kebaikan dan kepedulian begitu besar yang diberikan oleh atasan dan sahabatnya itu.
Setelah selesai sholat berjamaah Maghrib di masjid komplek Aris kembali ke rumah Mia, sebenarnya jujur Aris ingin mengikuti doa bersama setelah Isya tapi ia berfikir tubuhnya lengket, bau keringat dan perlu mandi belum lagi ia akan mengantarkan pulang Nina. Namun Nina mengatakan tidak perlu repot untuk mengantarkan pulang, karena Nina ingin lebih cepat sampai ke rumah, Nina memilih naik ojek online saja daripada harus ikut naik mobil dengan Aris. Akhirnya Aris dan Nina berpamitan untuk pulang, dan Mia mengucapkan banyak terima kasih kepada keduanya yang telah banyak membantunya.
Acara tahlil dan doa bersama di malam hari pertama kepergian sang suami semua berjalan lancar, konsumsi yang datang tepat waktu sebelum acara dimulai dan tidak sampai kekurangan, semua tidak lepas dari keterlibatan semua pihak yang membantu, termasuk peran atasannya yang begitu baik dan sangat peduli. Ternyata banyak para tetangga dan warga yang dengan tulus meluangkan waktunya untuk datang melakukan doa bersama, Mia bersyukur itu artinya banyak yang mendoakan suaminya. Semoga semua doa yang dipanjatkan bersama bisa sampai kepada almarhum dan dapat melapangkan jalannya mendapatkan tempat yang terindah di sisi-NYA dan untuk yang ikut mendoakan semoga mendapatkan balasan terbaik dari Allah.
Setelah semua tetangga dan warga pulang satu persatu, termasuk pak de Dirja dan isterinya juga sudah pulang, kini rumahnya mulai terasa sepi, beruntung ada keluarga kakak laki-lakinya yang malam ini menginap kalau tidak, mungkin akan lebih terasa sepi lagi. Mereka semua sedang berkumpul di ruang tamu, duduk lesehan memakan snack box yang masih tersisa sambil meminum teh.
Malam ini Mia memilih tidur di kamar anaknya dengan si sulung Zahra berdua, sedangkan di kamarnya setelah dibersihkan dan menggantikan sprei lama dengan yang baru ditempati mas Hilman dan isterinya untuk beristirahat, dan kedua anak laki-laki mas Hilman yang masih usia SD tidur di kamar Zayan bertiga. Mia bersyukur walaupun rumahnya sederhana tapi masih cukup untuk menampung keluarga kakaknya.
Walaupun badan terasa sangat lelah dan mengantuk, nyatanya Zahra dan Mia masih belum bisa memejamkan mata karena Zahra yang berbicara mengenang kejadian kemarin malam bersama papanya yang terasa begitu menyenangkan, tetapi sekarang berbanding terbalik dengan keadaan malam ini yang terasa sangat menyedihkan seperti mimpi buruk, andaikan benar ini mimpi buruk ingin rasanya Zahra segera bangun dari tidurnya dan meninggalkan mimpi buruknya ini, tapi apa daya ini adalah kenyataan hidup yang harus dijalani dan takdir yang terjadi adalah atas kehendak-NYA tidak bisa ditolak apalagi dicegah nya, semoga keluarganya mampu menjalaninya dengan Ikhlas.
Mia dan Zahra saling berbicara berbisik mengenang almarhum sambil menangis berdua, mereka saling memeluk erat, Mia menenangkan Zahra yang begitu rapuh karena kehilangan sosok pahlawannya, cinta pertamanya dengan cara mengusap punggungnya lembut mencoba memberikan kenyamanan seolah memastikan semua akan baik-baik saja, padahal hatinya sendiri terasa remuk. Mampukah ia berdiri tegak menopang keluarganya seorang diri tanpa ada partner hidup yang telah pergi untuk selamanya. Tak terasa waktu terus bergulir dan malam semakin larut, setelah lelah menangis lambat laun mata mereka akhirnya perlahan mulai terpejam dan akhirnya Mia dan Zahra terlelap bersama.