Ketika penggemar webtoon <Tower of God>, Arkan, tidak sengaja bertransmigrasi ke tubuh Neon Argarither dan menjadi bagian dari karakter webtoon <Tower of God> itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echo Gardener, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Setelah tiga hari Phantaminum menunggu, akhirnya orang yang ditunggunya pun tiba juga.
"Akhirnya kau tiba juga. Sempat aku ingin mencarimu langsung, tapi ternyata kau datang dengan sendirinya, Enryu." kata Phantaminum dengan suara berat.
"Hentikan basa-basimu orang tua, dan beritahu aku di mana Guruku sekarang berada." kata Enryu tanpa rasa hormat sambil berjalan mendekati arah Phantaminum.
Mulut Phantaminum menganga terbuka ketika mendengar perkataan Enryu. "Enryu, kau masih kurang ajar seperti biasanya. Hmph, berbicara soal Neon... sepertinya dia masih asik mengelilingi Lantai Menara bersama anak biru itu. Mungkin saja anak biru itu akan menjadi adik seperguruanmu~" dan dia berusaha merangkul Enryu, akan tetapi Enryu dengan cepat menyingkir dari Phantaminum.
Phantaminum hanya bisa tersenyum pasrah dengan kelakuan murid dari sahabatnya. "Karena kau sangat antusias untuk bertemu dengan sahabatku, bagaimana kalau kau menunggu di Lantai ini dengan memperlihatkan kekuatanmu itu? Kekuatan saat kau membunuh Administrator di Lantai itu. Nah, sekarang coba kau perlihatkan kekuatanmu itu padaku, Enryu."
Enryu melihat Phantaminum dengan tatapan tidak percaya. "Kau? Seorang Phantaminum ingin melihat kekuatanku? Aku bahkan tidak tahu kalau kau masih bisa melihat kekuatanku dengan mata tuamu itu?"
Phantaminum itu sangat tahu kalau satu-satunya murid dari sahabatnya yang bernama Enryu ini sungguh bermuka dua, dia hanya bisa bersikap baik di depan Neon Argarither.
Phantaminum menahan kekesalannya. "Oh, maaf telah mengecewakanmu, tapi sayang sekali aku masih bisa melihat dengan jelas," kemudian dengan cepat salah satu tangannya mencengkram kepala Enryu, "Dan perlu ku ingatkan lagi kalau aku lebih muda di banding Neon. Dan kenapa kau dan orang-orang bodoh lainnya selalu menganggapku lebih tua dibanding Neon sendiri, huh? Padahal jelas sekali kalau aku 130 tahun lebih muda dibandingkan dirinya. Ini tidak adil sama sekali!" geram Phantaminum.
Enryu dengan sekuat tenaga melepas cengkraman tangan Phantaminum dan mundur beberapa langkah darinya, kemudian dia mengusap kepalanya karena tidak mengerti kenapa Phantaminum tiba-tiba saja menjadi geram hanya karena dia sering dianggap tua oleh sebagian banyak High-Ranker.
Enryu kemudian berkata dengan suara pelan, "Faktanya itu benar kalau dia terlihat tua. Hanya saja dari keduanya, Guru lah yang masih terlihat seperti anak muda," setelahnya dia melihat Phantaminum, "Kalau begitu aku akan menunggu kedatangan Guru di tempat la—"
"TUNGGU SEBENTAR, WAHAI ANAK MUDA!" sela Phantaminum dengan berteriak.
Apaan sih nih orang tua? Bikin kaget aja sumpah, pikir Enryu sambil mengelus dadanya.
Setelahnya Enryu terdiam sejenak, lalu mendongak menatap lurus mata Phantaminum. "Apaan sekarang?"
"Aku rela menunggumu di sini hanya untuk melihat bocah tidak tahu diri sepertimu mau pergi ke tempat lain, huh? Jangan bercanda, Nak! Nah, cepat! Sekarang... di sini... perlihatkan pada orang tua yang tampan ini kekuatan yang telah kau pelajari dari Neon!" kata Phantaminum dengan menggebu-gebu.
Enryu hanya diam dengan ekspresi yang sulit dibaca, dan berpikir kalau orang tua di hadapannya saat ini benar-benar sudah menjadi gila. Akan tetapi Phantaminum justru mengartikan ekspresi Enryu sebagai tantangan untuknya.
Entah mengapa aku merasa aneh melihat ekspresi bocah barbar ini dan rasanya aku mau mengadukan hal ini kepada Neon. Dan bisa-bisanya ada Ranker bodoh masih membandingkan kekuatanku dengan kekuatan bocah barbar ini? Kekuatanku saja beda tipis dengan Neon dan aku dibandingkan dengan bocah keparat tidak tahu diri seperti anak cabe ini? Dipikir-pikir lagi... aku juga sangat kesal saat Neon menjadikan bocah biadab ini sebagai muridnya— tunggu, bagaimana kalau aku serius memperlihatkan sifat jelek bocah ini kepada Neon tanpa sepengetahuannya, pikir Phantaminum.
Kemudian Phantaminum mulai membayangkannya yang mana selanjutnya dia mulai tertawa terbahak-bahak. Dia bahkan tidak peduli dibilang sudah tidak waras lagi oleh murid sahabatnya. Rasanya dia sangat menantikan melihat ekspresi wajah Enryu saat Neon mengetahui sifat asli dari muridnya itu.
"Kasihan nasib Guruku, sudah punya sahabat tua dan gila juga." gumam Enryu merasa sedih akan nasib dari Gurunya itu.
"Hei, anak biadab. Aku bisa dengar perkataanmu itu."
"Cih, dia mendengarnya."
Dia berdecak di depanku, pikir Phantaminum yang tidak bisa berkata-kata.
Senyuman di wajah Phantaminum kini mulai memudar. "Jadi seperti itu mau mu, Enryu. Baiklah, aku akan dengan senang hati mendisiplinkan dirimu. Sini, cepat lawan aku! Aku ingin tahu sehebat apa kekuatan murid dari sahabatku ini. Jika kekuatanmu tidak sesuai ekspetasi, lebih baik kau copot gelar yang kau banggakan itu sebagai murid dari Neon. Karena... orang lemah dan payah sepertimu tidak pantas menjadi bagian dari kehidupan Neon."
Dia keras kepala dan kekanak-kanakan juga, pikir Enryu tidak terlalu peduli dengan omongan Phantaminum.
"Aku tahu kau sekarang berpikir buruk tentangku."
Enryu menghela napas lelah dan berkata, "Baiklah, aku akan terima tantanganmu itu, orang tua. Dan akan ku tunjukkan kemampuanku padamu saat aku tidak sengaja akan membunuhmu nanti. Ku harap kau tidak menyesali perbuatanmu yang akan membawamu pada kematian."
Phantaminum yang mendengarnya langsung menyeringai. "Heh, untuk bocah sepertimu ternyata sombong juga ada pada dirimu. Sepertinya kesombongan mengalir pada orang yang berambut dan bermata merah."
Enryu menatap tajam. "Aku tidak sombong dan jangan membawa-bawa Guruku ke dalam pertikaian anak-anak seperti ini."
Pertikaian anak-anak katanya, pikir Phantaminum sedikit terkejut.
Kemudian dia menatap Enryu lekat-lekat dan berkata dengan bangga. "Kau tampaknya belum mengenal lebih jauh tentang Gurumu sendiri. Ku beritahukan dirimu kalau Neon itu sangat amat sombong!"
Enryu mendengarkan sambil terpana. "Kalau begitu... ya, aku memang orang yang sombong!" katanya bangga.
"K-Kau ini benar-benar..." Phantaminum tergagap.
Kali ini Phantaminum tidak bisa berkata lagi. Dia benar-benar menyerah dan sudah tidak peduli lagi dengan Enryu. Dia balik berjalan secara perlahan untuk menjauh dari orang yang bernama Enryu sambil menunggu kedatangan Neon dan Esentia.
Enryu yang melihat Phantaminum berjalan menjauh darinya hanya bisa memikirkan kenapa Guru mau bersahabat dengan orang tua aneh seperti Phantaminum.
"Dasar aneh." gumam Enryu.
...****************...
Sementara itu di Lantai yang sama, namun di lokasi yang berbeda.
Bzzt—! *retakan di langit terbuka*
Tap!
Tap!
Peran utama kita, Neon, baru saja keluar dari gerbang hitam yang terbuat dari shinsu. Dan di belakangnya ada Esentia yang setia mengikuti Neon keluar dari gerbang shinsu buatan Neon.
"Aku merasakan dua nyawa selain kita ada di Lantai ini." kata Esentia memberitahu.
"Phantaminum? Dan satunya lagi... ah, sepertinya muridku, Enryu, sudah tiba di sini."
"Phantaminum dan... Enryu. Aku sangat penasaran apakah mereka sesuai dengan rumor yang beredar atau tidak." gumam Esentia.