"Aku hamil, Rey." Kalimat itu akhirnya lolos dari bibir Kirana, meski dia mengatakan penuh keraguan.
Reyhan bukannya senang, justru dia melontarkan kalimat yang sangat menyakitkan. " Hamil! Bayi siapa yang kau kandung? Kalaupun itu anakku, jangan berharap aku akan membiarkan dia lahir kedunia ini."
Tanggapan negatif dari Reyhan membuat Kirana ingin mempertahankan bayinya seorang diri, meski dirinya tengah divonis kanker stadium akhir.
Ya, Reyhan menikahi Kirana karena paksaan dari keluarga wanita, pernikahan mereka yang berumur tujuh tahun tidak mampu menghadirkan CINTA . Reyhan memiliki kekasih yang setiap saat hadir mengacaukan hubungan mereka. Namun, saat Kirana benar-benar pergi, Reyhan merasakan sesuatu yang berharga telah hilang dari hidupnya.
Akankah mereka kembali bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan?
Ataukah mereka berpisah dan menyisakan penyesalan?
Ayuk! ikuti kisahnya sampai tamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Clara melihat Kirana bersama Aezar sedang makan, mereka sekilas memang terlihat romantis, seketika jiwa dengki Clara kembali tumbuh. Clara tidak ingin Kirana lebih bahagia darinya. Dia selalu ingin Kirana selalu ada di bawahnya.
"Waaaaaw, rupanya pasangan Romeo dan Juliet sedang suap-suapan." sindir Clara. "Ana, jadi tempat favorit kamu itu disini? Sederhana banget ya. Kalau aku dan Reyhan dulu waktu baru jadian, kita makannya di restauran yang lebih berkelas, makanannya juga lebih mahal."
"Memangnya kenapa kalau aku makan di restaurant ini, toh aku suka menu yang ada disini. Jika dulu kamu dan sering diistimewakan oleh Reyhan di tempat yang lebih mahal? Apa sekarang cinta Reyhan sudah surut? sehingga kamu juga makan di restaurant yang sama dengan aku? Yang kamu bilang tidak mewah tadi?"
"Oh, Iya Rey. Jangan-jangan kamu ajak dia kesini, karena sengaja supaya bisa bikin aku sakit hati seperti dulu? nangis-nangis, cemburu melihat kebersamaan kalian?" ujar Kirana yang menatap Reyhan dengan senyumnya.
"Rey bisakah kamu tidak selalu mengusik aku? Kenapa tidak kau ajak kekasihmu makan di tempat lain saja." Kirana membungkukkan tubuhnya dan berbicara di telinga Reyhan. Reyhan hanya bisa menahan marah sambil mengepalkan tangannya.
" Rey, kamu suapi aku juga ya, biar kita terlihat Romantis seperti Kirana dan Aezar tadi." Clara tidak mau Reyhan dan Kirana terlalu dekat. Clara selalu menyebut nama Aezar supaya Reyhan sadar kalau Kirana sudah memiliki kekasih.
Aezar dan Kirana melenggang keluar, sebenarnya kalau tidak ada Reyhan, Aezar ingin sekali bicara serius pada pujaan hatinya itu, mengingat Kirana sekarang sudah bercerai dengan Reyhan.
Di mobil.
"Za, katanya tadi ada yang ingin disampaikan. Apa?" Kirana bertanya pada Aezar saat mereka berdua duduk sambil bersandar. Terlihat Aezar tidak ingin buru-buru melajukan mobilnya.
"Kirana, kamu sudah bercerai dengan Reyhan, apakah kamu sudah siap menerima cinta yang baru?"
"Aezar, please kasih aku waktu. Aku butuh waktu untuk menyembuhkan setiap serpihan luka ini, rasanya masih sakit banget jika ingat kelakuan Reyhan.
"Semua lelaki tidak akan sama, jika kau anggap dia sama, kamu nggak akan bisa lupakan kenangan buruk itu, yang ada hanya ketakutan. Kamu berhak bahagia Kirana." Aezar mengelus rambut Kirana.
"Kirana terharu Aezar selalu bersikap lembut padanya.
Lelaki itu mengeluarkan cincin cantik dari sakunya, cincin yang sama yang Kirana lihat dulu. Aezar ternyata masih menyimpannya hingga saat ini.
"Emm, Kirana sekarang udah mau pake ini belum?"
"Za, nanti aja. Aku belum siap."
"Kapan Kirana?" Aezar memelas.
"Nanti Za, jika waktunya tiba, aku pasti akan memakainya."
"Hm, baiklah. Kalau begitu kamu yang simpan, aku sudah anggap cincin ini milikmu."
Aezar menaruh cincin di telapak Kirana, dan gadis itu menyimpannya di tas. Kirana berencana akan menerima lamaran Aezar ketika gejolak di perusahaan sudah mereda dan perusahaan berjalan semestinya.
"Maaf aku harus membuatmu menunggu lagi."
"Jangan lama lama ya, Nyonya Direktur?" canda Aezar. Aezar memiringkan tubuhnya, menatap Kirana yang sekarang sangat berbeda dengan saat bertemu pertama kalinya itu.
Kirana mengangguk dengan wajahnya yang bersemu merah. Mereka berdua terlihat seperti anak ABG yang sedang kasmaran.
"Sekarang anda mau kemana lagi Nona? Biar aku antarkan?"
"Aku ingin jalan jalan Tuan, tolong antarkan aku ke Mall," Kirana berkata sambil menatap Aezar. Mereka berdua saling pandang dan tersenyum.
Aezar segera melajukan mobil mewahnya menuju ke mall. Sepanjang perjalanan Aezar dan Kirana banyak bicara tentang masalalu saat di putih abu-abu dulu.
Sampai di mall, Kirana segera memborong banyak baju baru, Kirana seperti melampiaskan semua masalahnya dengan berbelanja sangat banyak, bukan hanya baju, dia juga membeli parfum dan juga bedak. Aezar membantu Kirana mendorong troli dan seperti seorang pelayan mengekor pada majikannya, tapi Aezar sangat senang.
Kirana bertemu dengan Fiona, wanita yang pernah menjadi klien kini telah berubah menjadi sahabatnya. Fiona mendoakan semoga Kirana dan Aezar segera menikah.
"Kirana, Aezar terlihat sangat menyayangimu, kasian kalau digantung terlalu lama, nanti kehujanan." Fiona menyenggol bahu Kirana.
"Kamu pikir Aezar ini cucian, kalau digantung lama jadi kehujanan, atau kepanasan," jawab Kirana.
"Yeah, kasihan aja sama Dokter Aezar. Nanti kalau ada yang suka jangan nyesel." Fiona mengingatkan Kirana. Kirana hanya diam saja.
Aezar yang menjadi bahan perbincangan dia minta izin pada Kirana untuk menerima telepon.
Kirana menyetujuinya dan melanjutkan obrolan dengan Fiona.
"Siapa lagi yang kamu harapkan, Reyhan?" Fiona tampak tak percaya kalau Kirana masih menyukai lelaki semacam Reyhan.
"Tujuh tahun sepertinya waktu yang tidak sebentar untuk mengenal sosok Reyhan Kirana. Kenapa kamu masih berharap pada lelaki seperti dia."
"First Love, Fiona." jawab Kirana singkat.
"Bodoh jika kamu sia-siakan lelaki seperti dia," keduanya menatap Aezar yang tetap nampak begitu tampan saat bicara di telepon.
"Mungkin yang kamu katakan benar, aku akan berusaha mencintai dia." Kirana tersenyum menatap Aezar. Lelaki itu sadar sedang dilihat oleh Kirana dia melambaikan tangan.
Fiona dan Kirana akhirnya memilih untuk meninggalkan Aezar dan masuk ke tempat SPA.
Kirana memilih untuk perawatan wajah dan kuku saja, sedangkan Fiona melakukan pijat. Sambil memanjakan diri, mereka masih terus berbicara tentang nasib Aezar yang malang karena Kirana hanya menggantungnya.