Terlambat Menyadari CINTA
"Anda hamil," ujar Dokter, menyerahkan laporan serangkaian tes kehamilan pada Kirana.
"Be-benarkah?" Tanya Kirana dengan suara terbata, tangannya gemetar menerima hasil tes laboratorium dari Dokter. Senyum bahagia terbit dari bibir mungilnya, diusap lembut perut yang nampak masih rata.
Dokter muda itu mengangguk. "Ini benar, tapi ada hal lain yang harus anda tahu, anda mengidap kanker stadium tiga."
"A-apa? Kanker Dok!" Kirana terkejut, selama ini dia merasa baik-baik saja, tapi kenapa ada kanker di tubuhnya.
"Dokter, apakah nasib bayiku bisa diselamatkan jika aku mengidap kanker? Aku berharap dia akan baik-baik saja."
"Maaf." Dokter menggelengkan kepala, air mukanya mendadak ikut sedih. "Ini memang sulit bagi calon ibu yang mengidap kanker rahim. Janin yang tumbuh di rahim anda harus segera di angkat. Janin itu tidak akan bisa tumbuh dengan normal, lebih parahnya lagi, nyawa anda yang akan dipertaruhkan," ujar Dokter, lelaki yang kerap dipanggil Dokter Pras itu.
Mendengar pernyataan dari dokter yang sudah dua puluh menit memeriksanya, membuat tubuh Kirana yang tadinya terbang melambung di awan, seketika terasa seperti terlempar ke dasar neraka yang paling dalam. Bagaimana tidak? Saat dia tahu dirinya hamil, kenyataan pahit datang secara bersamaan, dia tahu sebuah fakta mengejutkan kalau dirinya mengidap penyakit ganas.
"Secepatnya anda harus lakukan operasi! Semakin cepat akan semakin bagus, sebelum akar kanker rahim itu menyebar dan semakin kecil harapan sembuh yang anda miliki," titah Dokter.
Air Mata Kirana menetes tak bisa disembunyikan lagi. Dia menangis di depan Dokter Pras tanpa malu.
"Baiklah, aku akan kembali lagi setelah beberapa hari." Kirana menyeka air matanya.
"Jangan terlalu lama dalam mengambil keputusan, ini bukan sebuah pilihan, Jika anda tetap berusaha pertahankan bayi itu, masalah baru akan anda hadapi," kata Dokter Pras lagi, ucapan lelaki itu seperti belati yang terus menusuk jantung Kirana berulang kali.
Kirana memilih untuk pulang setelah tahu kenyataan yang begitu menyedihkan. Disaat secercah sinar kebahagiaan baru hadir dalam mahligainya.
Kirana berjalan menuju kamar dengan langkah ling-lung. Diletakkan handbag yang melingkar di tangannya di atas nakas. Wanita itu duduk dengan tatapan kosong.
Tangan Kirana kembali bergerak ke perut yang masih rata, lalu diusap dengan lembut dan cinta, air mata kembali mengalir tak terbendung meski tanpa diminta. Keraguan menghinggapi diri Kirana, akankah dia memberitahukan kehamilannya pada suami yang tak pernah peduli dan masa bodoh.
Kirana segera menghapus air matanya dengan tisu begitu mendengar suara gemericik di dalam kamar mandi. Pertanda Reyhan suaminya masih di rumah.
Tak lama suara air gemericik menghilang, pertanda kran sudah dimatikan. Sosok tampan, bermata indah, hidung runcing, serta pemilik tubuh lebih tinggi daripada lelaki Asia pada umumnya itu keluar dari kamar mandi.
Reyhan bagaskara, keluar hanya memakai handuk persegi yang menutupi area sensitifnya, meski tidak sixpack, tubuh Reyhan terbilang bagus karena rajin olahraga.
Sesaat Kirana terpaku menatap lelaki yang sangat dia cintai, tapi sayangnya cinta Reyhan bukan untuknya. Sebaliknya, Reyhan justru menatap Kirana dengan tatapan kebencian dan wajah yang selalu sinis.
"Harusnya aku sudah tak melihat wajahmu setelah jam tujuh pagi, tapi kenapa kamu masih ada di rumah ini." Reyhan berkata sambil melempar baju ganti yang diambil dari lemari ke arah Kirana yang duduk di tepi ranjang. Baju itu terjatuh tepat di sisinya.
Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Kirana memutuskan untuk mengatakan kehamilan pada Reyhan, bagaimanapun lelaki itu adalah ayah biologis dari bayi yang kini bersemayam di rahimnya.
"Aku hamil, Rey." Akhirnya dua kata itu meluncur juga dari bibir mungil Kirana.
"Apa? Hamil!" Reyhan memasang wajah bodoh, sambil memunguti baju ganti di samping Kirana dia berkata lagi. "Lelucon macam apa ini! Kamu hamil! Aku tidak percaya anak itu anakku. Kita hanya melakukannya satu kali, itupun aku tak bisa mengingat dengan baik, dan kau bilang sekarang hamil! Pasti anak itu anak laki-laki lain. Laki-laki selingkuhan mu!" Reyhan menajamkan kalimat terakhirnya membuat Kirana kembali merasakan sakit yang amat dalam, sakitnya melebihi puluhan kali tusukan belati yang dihunus tepat di hatinya.
"Rey kamu kenapa sejahat ini? Ini anakmu, aku tidak mungkin tidur dengan lelaki lain selain kamu!" Kirana melakukan pembelaan atas tuduhan Reyhan pada dirinya.
Kirana berdiri mendekati Reyhan, meminta Reyhan untuk mengusap perutnya untuk pertama kali, Kirana yakin Reyhan akan tersentuh setelah melakukannya, dan naluri sebagai calon orang tua akan hadir. Namun, keinginan Kirana justru ditepis, Reyhan semakin muak dan kebenciannya pada Kirana semakin memuncak. Reyhan yakin ini salah satu rencana Kirana untuk mengambil simpatinya.
"Kamu jangan gila Kirana, aku tidak akan tertipu dengan sandiwara barumu ini, walaupun janin di rahimmu itu benar-benar darah dagingku aku tidak akan membiarkan kamu melahirkan dia kedunia ini, aku tak sudi anak dari wanita licik sepertimu!"
"Rey apakah kamu yakin dengan kata katamu? Kirana menatap wajah suaminya dengan berderai airmata. "Kamu yakin? Rey," lirih Kirana lagi.
"Tentu!" jawab Rey pedas.
Kirana menitikkan airmata, ingatannya kembali pada Tujuh tahun yang lalu sebuah kesalahan telah terjadi, Kirana memaksa Reyhan agar menikahinya karena cintanya yang buta, tentu dengan kekuasaan orang tuanya. Reyhan saat itu masih muda, dia baru saja berusia 23 tahun, dia bekerja sebagai Manager di perusahaan milik Atmaja wijaya, papa Kirana. Reyhan pemuda yang tampan dan kompeten dalam pekerjaan yang ditekuni.
Berawal dari insiden kecil, mampu membuat Kirana jatuh cinta. Kirana meminta Atmaja untuk mencari cara agar bisa menikah dengan Reyhan, tidak mau tahu meski saat itu Reyhan sudah memiliki kekasih bernama Clara.
Atmaja dan kekuasaannya, akhirnya berhasil membuat Reyhan menuruti keinginan Kirana. Reyhan menikah dengan wanita yang asing baginya meski tidak dilandasi sebuah cinta.
Tanpa disadari, sebuah rumah tangga tanpa didasari cinta, kini justru menjadi neraka bagi hidup Kirana sendiri.
"Rey kamu yakin?" Kirana bertanya sekali lagi sambil mendekati Reyhan dan menarik kedua kerah suaminya, tatapan Kirana hanya tertuju pada manik coklat milik sang suami.
"Ya, aku yakin," jawab Reyhan yang lagi-lagi meluluh lantakkan hati Kirana.
"Rey apakah kau mencintaiku," tanya Kirana.
"Tidak, dan tidak akan pernah," jawab Reyhan.
"Baiklah, aku tidak akan pernah melahirkan bayi ini ke dunia seperti yang kamu mau, karena kehadirannya tidak pernah diharapkan, Aku berjanji akan membuatnya tidak pernah melihat dunia ini Rey," lirih Kirana, wanita itu berucap dengan nada sedih.
Reyhan tetap diam dengan tatapan kosong, meski terkejut dengan keputusan Kirana. Bukankah bayi itu seharusnya bisa menjadi alat yang kuat untuk membuat diri wanita itu semakin menguasainya.
Kirana yang sadar dirinya tidak memiliki waktu lebih banyak lagi, dia mengeluarkan sebuah map yang berisi surat perceraian untuk mereka berdua.
Sambil berusaha tersenyum Kirana menyerahkan pada Reyhan.
"Apa ini?" Tanya Reyhan. Tangannya menggapai map, matanya menatap Kirana dingin. Reyhan segera membukanya.
"Baca saja dulu," ujar Kirana. Reyhan menurut, dia membaca berkas yang ada dalam map.
"Rey, aku berterimakasih padamu, selama tujuh tahun ini kau sudah menemaniku. Aku beruntung memiliki suami yang sangat mencintaiku, kebahagiaan yang selama ini kau berikan akan selamanya ku ingat, meski nanti kita sudah tak bersama lagi."
Merasa tersindir dengan ucapan Kirana, Reyhan melempar berkas ke lantai, dia lalu mendorong tubuh Kirana ke ranjang dan mencengkram lehernya
"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan akan aku kabulkan dengan senang hati," kata Reyhan yang dikuasai amarah.
"Aku bersyukur kau yang memintanya, asal kau tahu aku sudah lama menunggu semua ini," ujar Reyhan lagi, lelaki itu tak sedikitpun melepas tangannya dari leher Kirana.
"Uhuk." Kirana merasakan sakit luar biasa di lehernya, oleh ulah tangan besar Reyhan.
"Ta-ta-pi ada syaratnya Rey." Kirana berusaha untuk berbicara meski susah payah.
"Katakan cepat, aku ingin mendengarnya."
"Selama sebulan ini kamu harus menjadi suami yang baik. Kamu harus mengajakku jalan-jalan jika libur kerja. Kamu harus menemaniku tidur jika aku menginginkan kamu ada disisiku, mulai sekarang kita harus sarapan bersama, dan kamu harus mencium ku sebelum berangkat bekerja. Jangan marah-marah lagi Rey, satu bulan bukan waktu yang lama untuk sebuah kebebasan mu." Kirana menepis tangan Reyhan di lehernya.
Lelaki itu berdiri, melepaskan tangannya dari leher Kirana. "Baiklah aku setuju."
Kirana dengan susah payah ikut bangun menyusul Reyhan yang hendak berangkat ke kantor.
"Rey, sepertinya kau sudah lupa dengan perjanjian kita. Sebelum berangkat kerja kamu harus mencium ku terlebih dahulu." Kirana mengingatkan.
"Kirana!"
"Jangan lupa Rey, ini syarat agar kamu bisa terbebas dari pernikahan yang tidak kamu inginkan ini."
Tidak ada pilihan untuk Reyhan, lelaki itu menarik tangan Kirana dengan kuat hingga tubuh mungil itu membentur dada bidangnya. Reyhan mencium bibir Kirana dengan kasar hingga bibir mungil warna merah itu terasa perih dan kebas.
"Auhhh, Rey!" Ciuman mereka terlepas ketika Kirana merasakan bibirnya digigit dengan sengaja oleh Reyhan.
Kirana menyentuh bibirnya yang berdarah, sedangkan Reyhan tersenyum puas berhasil membuat Kirana kembali merasakan sakit.
"Jangan berharap aku akan melakukannya dengan lembut seperti yang kau inginkan, Kirana. Aku jijik dengan semua yang ada pada dirimu."
Kirana terdiam sambil menggigit bibir bawahnya yang terasa perih bercampur dengan rasa asin karena darah di bibirnya terus saja menetes keluar.
Tring! Tring!
Dengan cepat Reyhan menggeser kursor hijau di layar ponselnya, setelah tahu yang menelpon Clara, kekasihnya. "Hallo, Clara!"
"Rey, tolong aku Rey, aku …." Suara wanita di seberang sana terdengar menangis dan ketakutan.
"Bicara yang jelas Clara! Apa yang telah terjadi?" Reihan panik, tak biasanya Clara menghubungi sambil menangis.
"Aku terluka Ray, tolong aku, cepatlah datang ke jalan B, aku butuh kamu Rey hiks."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Lina maulina
serba salah jd wanita, lagi hamil kaum Adam pada g mau tanggung jwb giliran belum bunting d sangka mandul
2023-10-05
1
Mantuges Lily Wahyuni
cerita yg benar2 menarik seperti kisah yang pernah ku alami
2023-09-11
0
NBF
Thor, jgn keterlaluan pengunaan bahasanya. Ada plk terlempar ke dasar neraka paling dalam lg🙄🙄🙄
2023-06-03
0