Istri Kontrak Tuan Impoten

Maria tak sengaja melihat keponakannya sedang bersama Ibu mertua dan suaminya. Dia nampak bahagia bisa makan di restoran mewah bintang lima. Bocah kecil itu bisa memiliki segalanya tanpa perlu bekerja keras, Maria benar benar iri.

Saat Maria seusia Diva, dia harus bekerja dengan rajin agar bisa memiliki uang. Keluarganya miskin, jangankan membeli barang yang dia inginkan, bisa makan nasi bungkus pun dia sudah untung. Maria muda gila uang, hingga dia memulai bisnis kotor dan berlangsung hingga saat ini.

Diva bangkit dari kursinya, dia pergi ke kamar mandi. Maria mengikuti Diva dari belakang, hingga saat suasana sepi Maria memojokkan Diva dan mengajaknya bicara.

"Tunggu gadis sombong!" Panggil Maria. Diva menoleh, dia bertolak pinggang saat melihat sosok Tantenya.

"Ada apa Tante? Apa kita masih punya urusan?"

"Kamu bisa memiliki segalanya saat ini karena aku, jadi kamu harus memberi kompensasi sejumlah uang untukku,"

"Wanita gila, beraninya ingin memeras ku? Masih syukur aku tidak melaporkan Tante ke polisi,"

"Kamu..."

"Apa? Aku bukan orang yang mudah ditindas. Tante sudah dua kali mencoba untuk menindas ku. Kini giliran aku yang akan membalasnya,"

"Heh, bocah kecil. Memangnya kamu bisa apa?"

"Aku akan membubarkan bisnis Tante hingga Tante jatuh miskin."

"Sial! Beraninya kamu..."

Maria menjambak rambut Diva kuat, peristiwa itu dilihat langsung oleh Nurma Ibu mertua Diva. Dia curiga karena Diva pergi ke kamar mandi terlalu lama, seperti ada yang tidak beres dengannya.

"Lepaskan tangan kotor mu itu dari rambut anakku!" Sentak Nurma. Maria melepaskan cengkeramannya, lalu berjalan mundur beberapa langkah.

"Apa dia Tantemu yang tak tau diri itu nak?"

"Iya Bu, dia mengancam ku tadi,"

"Beraninya mengancam menantuku dan menyakitinya? Tunggu pembalasanku!" Nurma menatap Maria dengan tatapan kesal. Wajahnya memerah penuh emosi. Dari pada dia habis dikeroyok oleh dua orang, Maria memutuskan untuk segera kabur dari kamar mandi khusus wanita itu.

"Kamu tidak apa-apa kan sayang?" Tanya Nurma pada Diva.

"Tidak Bu. Tolong jangan beritahu hal ini pada Mas Dika ya Bu, aku tidak mau dia khawatir,"

"Iya, Ibu tidak akan memberitahunya."

🍁🍁🍁

Braakkkk....

"Bocah sial...! Beraninya dia mengancam ku," Maria mengacak acak isi meja kerjanya dan membuangnya ke lantai. Ruangan itu terlihat kacau seperti kapal pecah. Tidak ada satu orang pun yang berani mendekati Maria karena takut diamuk olehnya.

"Aku sudah pernah bilang padamu, jauhi gadis kecil itu. Dia sudah punya keluarga sekarang," Popy melipat kedua tangannya sambil memandangi Maria dari kejauhan.

"Aku tidak rela hidupnya baik baik saja, aku ingin hidupnya sengsara sama sepertiku,"

"Jangan gila, sudah lah menyerah saja. Apa kamu mau bisnismu hancur dan kamu hidup miskin?"

"Tidak mau, aku tidak mau kembali hidup miskin!"

"Kalau begitu menyerah dan diam lah. Jangan usik kehidupan keponakanmu itu!" Omel Popy.

Maria terdiam, dia mencoba mengatur nafasnya yang masih memburu. Kejadian hari ini membuat emosi dan darah dalam dirinya naik. Seumur umur, baru kali ini ada orang yang berani mengancamnya. Orang itu adalah keponakannya sendiri.

🍁🍁🍁

Nurma tiba tiba mengajak Leon bicara empat mata. Leon was was, takut dia melakukan kesalahan tanpa dia sadari.

"Leon, cari orang dan beberapa alat berat untuk menghancurkan rumah melati,"

"Rumah melati milik Nona Maria Bu?"

"Iya. Dia sudah berani menyakiti menantuku dan mencoba untuk memerasnya. Aku ingin dia tau siapa keluarga kami dan betapa mengerikannya kami jika sudah marah,"

"Baik, Bu. Saya akan segera melaksanakannya.

Leon undur diri, dia keluar dari ruang pribadi milik Nurma. Diambang pintu, sosok Dika tiba tiba muncul.

"Leon, sedang apa kamu di ruang pribadi Ibuku?"

"Nyonya memanggil saya Tuan,"

"Ada perlu apa dia?"

"Hanya mengganti bola lampu saja, lampu ruangan Nyonya mati," Leon terpaksa berbohong. Dia pasti tidak suka Leon mengerjakan perintah orang lain, tapi Leon tidak enak jika menolak perintah dari Bu Nurma. Bagaimanapun, Leon punya banyak hutang budi pada pada wanita tua itu.

Bersambung...