Diammu Membunuhku

Situasi pun kembali seperti sedia kala, tapi Lyra benar-benar mengurangi kegiatannya selain kuliah. Dirinya pun benar-benar menjaga kondisinya dengan baik agar tak merepotkan siapapun di keluarga Clinton. Dirinya sadar kalau harus mulai merubah pola hidupnya jika ingin benar-benar bertarung untuk bertahan hidup.

Dan Vina seperti biasa selalu menguliti setiap detail kekurangan Lyra. Dan kini mereka habis dari melakukan perawatan di salon. Vina pun mengajak Lyra ke resto Prancis. Vina ingin melihat apa yg diketahui Lyra tentang negara-negara luar.

Mereka berdua pun duduk dan memilih buku menu, dan benar dugaan Vina kalau Lyra tak mengerti menu-menu yg ada di buku.

"Lyra kau mau pesan apa?" tanya Vina.

"Aku mau ini saja mom.." ucap Lyra menunjuk makanan di buku.

"Apa kau tak mengerti bahasanya?" tanya Vina.

"Ya Tuhan pakai ditanya lagi, tentu saja aku tak bisa mom.." gumam Lyra dalam hati.

"Tidak mom." balas Lyra tersenyum.

"Hhh.. kau itu.. bahasa itu penting karena alat komunikasi.. Kau harus menguasai beberapa bahasa jika menjadi istri James." ucap Vina.

"Memangnya kenapa mom sampai aku harus bisa menguasainya?" tanya Lyra penasaran apalagi yg diinginkan Vina darinya.

"Ckk.. Lyra, James itu suka berpergian ke luar negeri.. dan kau sebagai istri kadang harus ikut beberapa pertemuan. Bagaimana jika kau tak bisa bicara dengan bahasa tertentu?" tanya Vina.

"Baik mom aku mengerti." ucap Lyra.

"Kau ambil kelas bahasa asing, nanti mom akan menyiapkan dan ada beberapa bahasa yg harus kau kuasai. Ingat jangan sampai orang lain merendahkan keluarga kita." ucap Vina.

"Baik mom." balas Lyra. "Kelas lagi, kelas lagi.. berapa banyak yg harus aku kuasai untuk hadir di keluarga ini?" gumam Lyra dalam hati.

Mengalah dan mengalah, itulah yg Lyra lakukan di keluarga ini. Tapi memang benar apa yg dikatakan oleh ibu mertuanya itu. Walau kejam tapi apa yg dipelajari Lyra sangat bermanfaat untuknya. Akhirnya Lyra pun pasrah saja dan mengikuti kemauan ibu mertuanya, karena mungkin kemampuan bahasa asingnya nanti berguna saat mereka berpisah.

Setelah keluar dari resto, ibu mertuanya nampaknya masih memiliki tenaga untuk berbelanja. Terlebih ada info mengenai produk baru yg baru saja tiba dari toko langgangannya. Langsung saja mereka tancap gas menuju ke toko tersebut.

Lyra pun mengikutinya saja tanpa ada keinginan untuk berbelanja. Sementara ibu mertuanya bahkan sudah membayar untuk produk yg diinginkannya.

"Lyra, bagus kan tas ini?" tanya Vina.

"Iya mom.. cocok sekali dengan mom." ucap Lyra.

"Matamu memang jeli.. mom memang akan membelinya." ucap Vina.

"Ya mom.." ucap Lyra duduk.

"Lyra, kau tidak ingin belanja sesuatu?" tanya Vina.

"Tidak mom.. aku tidak ada keinginan." ucap Lyra.

"Pilihlah sesuatu kita sudah tiba disini masa hanya aku yg belanja." ucap Vina.

"Baiklah." ucap Lyra.

Lyra yg bingung hendak membeli apa, dirinya pun hanya melihat beberapa pakaian yg mungkin akan ia gunakan nanti. Dirinya pun melihat beberapa dres dan juga sepatu. Tapi lagi dan lagi dirinya harus bertemu dengan Camila dengan cara tak sengaja.

Lyra pun mengambil dres yg ia inginkan, dan melihatnya di cermin.

"Tunggu.. berikan dress itu padaku.." ucap Camila.

"Camila.. kau itu selalu saja menginginkan yg ingin kubeli.." ucap Lyra.

"Nih ambil.. aku tak mau berebut pakaian lagi denganmu. " ucap Lyra.

"Kau memang tak pantas mengenakan ini." cibir Camila.

"Hmm.." balas Lyra.

Lyra pun pergi ke spot lain dan melihat sepatu cantik yg tadi ia lihat. Setelah meminta ukuran, Lyra pun mencobanya dan sangat pas di kakinya. Lyra pun segera memberikannya ke pegawai toko.

"Hei.. itu juga milikku." ucap Camila.

"Mbak, aku bayar pakai ini." ucap Lyra seraya memberikan kartu.

"Maaf aku sudah membayarnya.. lagipula kau kemana saja sampai aku membelinya duluan." balas Lyra.

"Ckk.. kau itu menyebalkan dan merebut semua milikku." ucap Camila.

"Hah? aku tak salah dengar?? kalau sepatu itu milikmu tak mungkin dijual apalagi dipajang secantik mungkin." ucap Lyra.

"Dasar pencuri..!" ucap Camila.

Grepp.. Lyra pun menahan tangan Camila yg hendak menamparnya.

"Apa kau bilang tadi?" tanya Lyra.

"Pencuri." ucap Camila.

"Apa yg kucuri?" tanya Lyra menahan tangan Camila sementara Camila mulai kesakitan.

"James, dan semua yg kuinginkan." ucap Camila.

"Dasar wanita gila.. sekali lagi kau bicara aku pencuri akan kupatahkan tanganmu." ancam Lyra mengunci tangannya hingga Camila meringis kesakitan.

"Cepat minta maaf!! seenaknya saja bilang aku pencuri..!" teriak Lyra membuat yg lain menatap.

"Apa salahku? aku hanya membeli barang yg kau inginkan lebih dulu." tambah Lyra memanas-manasi keadaan.

"Ampun, lepaskan aku.." ucap Camila.

"Cepat minta maaf, karena aku tak pernah mencuri apapun.. kau lupa siapa suamiku?" tanya Lyra.

"Maaf Lyra.. maaf jadi lepaskan." ucap Camila.

Vina pun mendekat karena ada yg heboh di tempat Lyra berada. Dan dirinya menyaksikan dimana Lyra dituduh sebagai pencuri oleh Camila.

"Hei kau wanita murahan.. berani sekali menuduh menantuku pencuri.. kau lupa siapa kami?" tanya Vina emosi.

Lyra pun melepaskan tangan Camila. Camila pun menunduk dan pergi dari toko tersebut karena malu. Dirinya benar-benar dipermalukan oleh Lyra yg seorang yatim piatu. Dan itu yg mencoreng harga dirinya.

"Kau tak apa Lyra? apalagi yg dia inginkan.?" tanya Vina.

"Awalnya dia merebut dres yg ingin kubeli, karena kupikir bertengkar di publik hal yg buruk jadi aku memberikannya.. Namun saat aku ingin membeli sepatu itu dirinya ingin merebutnya lagi dan menuduhku mencuri semua miliknya." ucap Lyra.

"Ckk.. wanita ular itu memang berbahaya.. aku bersyukur James ku tak menikah dengannya." ucap Vina.

"Kalian semua hati-hatilah pada wanita bernama Camila itu." ucap Vina pada pegawai toko tersebut.

"Baik nyonya." balas mereka.

Lyra dan Vina pun pulang karena sudah selesai berbelanja. Belum lagi insiden dengan Camila yg menghebohkan. Dan para bodyguard mereka sudah membawakan barang belanjaanya. Tapi Vina ingin pergi ke toilet sebentar dan Lyra menemaninya.

Saat mereka hendak keluar dari toilet, tiba-tiba beberapa pria datang dan menutup pintu keluarnya. Disanalah Lyra mulai curiga, bagaimana bisa para pria ini masuk ke toilet wanita??

"Maaf, ini toilet wanita." ucap Lyra.

"Kami tahu, tapi kami punya urusan denganmu nona." ucap salah seorang.

"Apa masalahmu?" tanya Lyra.

"Ikut dengan kami..!" pinta mereka.

"Kalau aku tak mau?" tanya Lyra.

"Kalau tak mau maka kami akan bertindak kasar." ucap mereka dengan tampang menyeramkan.

"Kalian butuh uang berapa? lepaskan kami." ucap Vina.

"Kami tak butuh uangmu nyonya.. kami hanya butuh gadis ini." ucap salah seorang.

"Tapi jika kau memberikannya akan kami anggap bonus. hahaha.."

"Mom.. masuk ke dalam toilet dan hubungi pengawal." pinta Lyra.

"Tapi kau sendiri bagaimana?" tanya Vina gemetar.

"Mom.. aku akan menahan mereka sampai bantuan tiba.. menurutlah." ucap Lyra.

"Cepat ikut kami..!" ancam mereka.

"Tangkap nyonya itu.. ambil ponselnya jangan sampai dirinya menghubungi orang luar." ucap seorang pimpinan mereka.

Lyra pun berusaha melindungi Vina dan menendang mereka yg mendekatinya. Lalu Lyra mendorong Vina ke tolet dan memintanya mengunci pintu sampai situasinya aman.

"Maaf mom.. kunci pintu dan hubungi bantuan." ucap Lyra.

"Ck.. dasar gadis sombong.. kau pikir bisa menghadapi kami?" tanya mereka.

"Aku juga tak yakin jika tak mencobanya. " ucap Lyra.

Lyra pun mengambil gagang pel dan memukul mereka dengan benda itu. Terjadilah kegaduhan dari dalam toilet tersebut dan Lyra mencoba bertahan sampai bantuan tiba.

Lyra yg dikepung beberapa pria pun harus bertahan dan tak ingin jadi korban penculikan. Dirinya menahan mereka sebisanya walaupun sulit. Saat mereka menangkap Lyra, Lyra pun mengunci dan bahkan membanting mereka sekuat tenaga.

Brakkk...Brak...!

Sementara Vina menghubungi para pengawal pribadinya. Dan mereka dengan cepat menuju ke toilet wanita. Mereka pun sampai mendobrak pintu toilet dengan kasar dan menemukan Lyra sudah mulai kewalahan menghadapi beberapa pria tersebut.

"Senang melihat kalian.." ucap Lyra.

"Anda tak apa nona?" tanya mereka.

"Nanti saja, lawan mereka dulu." ucap Lyra.

Akhirnya keadaan seimbang dan mereka bisa diringkus, walaupun ada seorang yg kabur. Vina pun diminta keluar oleh Lyra saat kondisinya sudah aman.

"Mom keluarlah, semuanya sudah aman." ucap Lyra.

Ceklek..

"Lyra.. apa yg terjadi?" tanya Vina melihat sudut bibir Lyra berdarah dan segera mengambil tisu di tasnya.

"Aku sudah biasa begini mom.. ayo mom kita ke mobil.." ucap Lyra.

"Sebagian urus mereka.. dan sebagian ikut kami.." perintah Vina.

"Baik nyonya." ucap mereka.

Begitulah insiden hari ini terjadi dan terselesaikan dengan cepat.