Ranjang Psikopat Dalam Penjara

"Bagaimana caranya kau ingin mengurus hal ini? ini menyangkut hakim dan jaksa," tanya Rose yang sambil menyantap makanannya.

"Rose, katakan semuanya padaku! aku sudah menyuruh Emil untuk menyelidiki kasus ini. pihak jaksa dan hakim menolak karena tidak ada bukti yang bisa membuktikan bahwa kamu tidak bersalah," kata Leo.

"Tidak ada bukti? mereka semua berbohong. di saat aku menyerahkan diri aku ada membawa rekaman cctv dan ku serahkan kepada detektif. saat persidangan pihak jaksa dan hakim juga ada menonton video itu," kata Rose dengan kesal.

"Rekaman cctv? kemarin mereka masih mengatakan bahwa tidak ada bukti yang bisa membuktikan kamu tidak bersalah, sehingga dia menolak untuk mengulangi persidangan," ujar Leo.

"Tentu saja mereka mengatakan tidak ada bukti, belakang mereka ada Edward Hamilton, dan mungkin saja rekaman itu sudah di lenyapkan," ujar Rose dengan kesal.

"Bukti itu pasti masih ada di tangan hakim, asal kita mengambil kembali maka dia tidak bisa berkutik lagi," kata Leo.

"Rose, ini bukan pembunuhan berencana, maka tidak wajar jika dirimu di hukum seumur hidup, dan percayalah padaku kau pasti akan bebas. dan aku yang akan membebaskan mu," ucap Leo dengan sambil menyuapi Rose.

"Apa kau yakin?"

"Tentu saja aku yakin, aku adalah Leo Dowson, kalau aku mengatakan ingin mengeluarkan mu dari penjara maka aku pasti bisa melakukannya," jawab Leo dengan yakin.

"Apa kau tidak percaya padaku?" tanya Leo.

"Percaya mengenai apa?" tanya Rose.

"Mengenai aku akan mengeluarkan mu?"

"Percaya," jawab Rose.

"Baguslah kalau begitu, serahkan saja padaku!" jawab Leo dengan senyum.

"Rose Florencia, aku ingin mengetahui semua tentangmu! dan katakan padaku sekarang juga!" pinta Leo dengan mencium wajah Rose.

Rose memberitahu semua apa yang dia lalui selama ini kepada Leo.

Keesokan harinya.

Salah satu petugas menuju ke tempat kurungan Leo.

"Leo, ada yang ingin bertemu denganmu," kata petugas itu.

"Siapa dia? pagi-pagi sudah menganggu tidurku," tanya Leo yang baru turun dari ranjang.

"Namanya adalah Mancy," jawab petugas itu.

"Ternyata gadis itu sudah tiba ke New York," kata Leo.

Setelah beberapa menit kemudian Leo keluar dan bertemu dengan gadis yang sudah lama dia kenal. sementara Rose masih sedang tidur.

Leo lalu menuju ke tempat ruang pertemuan dengan Mancy. saat Leo baru melangkah masuk Mancy langsung berlari ke arahnya dan memeluk pria itu.

"Kakak Leo, senang bisa melihatmu lagi," ucap Mancy yang memeluk erat tubuh pria itu.

"Sejak kapan kau pulang? kenapa bisa begitu cepat sekali?" tanya Leo dengan senyum.

"Aku segera pulang karena ingin bertemu denganmu," jawab Mancy yang melepaskan pelukannya.

"Mari kita duduk dulu!" ajak Leo yang berjalan menghampiri kursi yang ada di depan matanya. lalu dia dan Mancy duduk dengan saling berhadapan.

"Kakak, bagaimana denganmu di dalam sana?" tanya Mancy.

"Aku baik-baik saja, dan kau tinggal di mana?" tanya Leo.

"Aku masih tinggal di hotel untuk sementara, Kakak, apa aku bisa tinggal di rumahmu? aku ingin menunggumu pulang," tanya Mancy dengan berharap.

"Tentu saja tidak bisa! kau harus tinggal tempat yang berbeda denganku," jawab Leo.

"Kenapa tidak bisa? dari dulu aku tidak di izinkan tinggal di rumahmu. bukankah kakak mengatakan jika aku adalah adikmu," tanya Mancy dengan merasa kecewa.

"Mancy, walau kau adalah adikku tapi kita tidak bisa tinggal bersama, karena kita tidak ada hubungan darah. kalau saja kita tinggal bersama akan menimbulkan gosip yang tidak enak di dengar," jelas Leo.

"Kakak, aku ingin menikah denganmu dan kemudian kita bisa tinggal bersama, tujuan kepulanganku adalah untuk menikah denganmu. aku ingin menunggumu keluar!"

"Menikah denganku? Mancy, apa kamu bercanda? aku tidak mungkin menikahimu dan juga tidak akan tinggal bersamamu," jawab Leo dengan tegas.

"Kenapa tidak mungkin? kita sudah lama kenal? dan aku tahu kakak menikah dengan Jenice karena aku, oleh karena itu aku ingin mengunakan seumur hidupku untuk menjadi istrimu," ujar Mancy.

"Mancy, aku menikahi wanita itu karena orang tuamu yang meninggal karena ulah Herles Muffis, aku juga sudah berjanji pada mereka akan menjagamu, tapi hanya sebagai kakak dan bukan sebagai suami," ucap Leo.

"Kakak, kita bisa menjalaninya. aku sudah dewasa dan aku juga merawat diriku selama ini dengan baik, agar bisa di padankan denganmu," kata Mancy.

"Mancy, jangan mengharapkanku untuk menjadi suamimu karena itu tidak akan terjadi," kata Leo dengan tegas.

"Kenapa?"tanya Mancy dengan merasa kecewa.

"Karena sudah ada wanita yang akan ku nikahi," jawab Leo dengan terus terang.

"Apa? Kakak, dirimu sekarang berada di dalam penjara, memangnya dia wanita dari kalangan mana?"

"Dia bersamaku di dalam," jawab Leo.

"Siapa dia?" tanya Mancy dengan mata berkaca-kaca.

"Dia adalah pedamping hidupku," jawab Leo yang bangkit dari tempat duduknya.

"Kakak, dia adalah narapidana dan kau memilih menikahi seorang narapidana?"

"Memangnya kenapa kalau narapidana? dia juga manusia yang layak di cintai. dan selain itu dia di kurung di sini bukan keinginannya sendiri. dia adalah wanita yang memiliki harga diri," kata Leo.

"Kakak, apa kita masih bisa bertemu lagi?" tanya Mancy yang ikut bangkit dari tempat duduknya.

"Mancy, lebih baik jangan! kalaupun kita bertemu lagi aku akan mengajaknya bersama."

"Kenapa harus begini? dulu kita juga bebas bertemu."

"Aku tidak mau dia salah paham, dan selain itu pria yang sudah memiliki pedamping hidup harus bisa menjaga jarak dengan wanita lain. kalau kamu membutuhkan sesuatu kau bisa menghubungi Emil. dan kalau kau ingin bertemu denganku aku akan membawanya bersama," jelas Leo.

"Kakak Leo, apa kau takut padanya sehingga harus melakukan ini?"

"Mancy, aku menghormati dan menghargai perasaannya dan tidak ingin melukainya hanya karena hubungan kakak adik kita yang tidak ada hubungan darah," jelas Leo.

"Kakak Leo, kau tidak seperti dulu lagi. baru bersamanya kau sudah berubah dan mencoba jauh dariku," ucap Mancy dengan menetes air mata.

"Aku hanya berterus terang saja, agar kita bisa menjaga jarak. dulu dan sekarang sudah beda. saat dulu aku tidak perlu menghargai perasaan siapapun. dan kini aku harus utamakan perasaannya."

"Apa segitu penting dia bagimu? apakah dia lebih istimewa dari pada Jenice yang kau nikahi itu?"

"Iya, dia istimewa dan selalu istimewa," jawab Leo yang berpaling dan melangkah pergi.

Mancy hanya bisa meneteskan air matanya karena merasa kecewa dan terluka, pria yang dia cintai selama ini telah mencintai wanita lain sehingga ingin menjaga jarak dari dirinya.

Leo kembali ke kurungannya. saat ia menginjak masuk ke dalam ia kembali berbaring di samping Rose yang masih sedang tidur.

"Rose Florencia, aku ingin hatimu dan hidupmu," ucap Leo yang memeluk dan mengecup dahinya Rose.