Istri Tawanan Tuan Arogan

Malam semakin larut, tetapi seorang pria masih duduk di atas kursi roda menunggu kabar dari anak buahnya. Sebagai seorang penjahat berpengalaman, tentu saja prediksinya tidak mudah meleset. Apalagi tujuannya akhir sudah di depan mata. Tak ingin melewatkan kemenangan mutlaknya, James Whale masih terjaga dengan sambil menyesap cerutu.

"Tuan, dia sudah datang datang," lapor salah seorang bawahan yang berlari pada tuannya.

Pria tersebut lantas mengembuskan asap tebal dari mulutnya. Cerutu di tangannya kembali dia sesap untuk sesaat, sebelum akhirnya merasa puas dengan tembakau yang terbakar secara perlahan itu tersebut. "Beritahu Catherine untuk menyusul Zack. Perketat penjagaan dan jangan biarkan Laura keluar malam ini! Dia tidak boleh tahu apa yang terjadi malam ini."

"Baik, Tuan." Sang bawahan lantas melangkah pergi meninggalkan tuannya untuk melaksanakan tugas.

Hari sudah larut malam, tetapi Catherine tampak mengganti pakaian tidur dan tak sengaja membangunkan Laura yang sebenarnya tidak terlelap. "Kau akan pergi?" tanya Laura.

"Hanya sebentar. Aku ingin menemui Zack," jawab Catherine.

Siapa yang tidak tahu kisah antara Zack dan Catherine. Sama-sama hanyalah anak angkat membuat sang wanita menyimpan rasa pada kakaknya. Laura jelas menyadari itu dan Catherine memanfaatkannya untuk alasan berbohong.

"Berhati-hatilah!"

"Baiklah. Kembali lah tidur aku pergi dulu!" Catherine segera menutup pintu dan meninggalkan pesan pada dua orang yang berjaga di depan kamarnya. "Pastikan dia tidak keluar dari kemar!"

"Baik, Nona."

Wanita tersebut segera pergi untuk menyusul Zack, sedangkan Laura yang berada di kamar menatap kepergian mobil Catherine dengan sorot mata yang berbeda. "Kalian benar-benar mahir dalam menipuku," batinnya menggeram.

Dia tidak tinggal diam, untuk sesaat Laura mengamati situasi kediaman ini. Pengamanan tampak semakin ketat, sedangkan beberapa penjaga di luar mulai berkeliaran. Sebuah seringai muncul di wajah Laura. Beruntung Tuhan masih menyayanginya hingga dia tidak terjebak dalam kebodohan ini terlalu lama.

Laura segera berganti pakaian, menyiapkan beberapa senjata di balik tubuhnya dan kabur melalui bagian atas bangunan.

Di sisi lain, Michael yang tiba di negara tersebut sudah terlebih dahulu dihadang oleh Zack serta antek-anteknya ketika melewati hutan. Dunia gelap tentu saja tahu betapa kentalnya dendam antara kedua orang itu. Seolah menjadi perselisihan turun temurun yang di wariskan oleh ayah mereka hingga saat ini.

"Selamat datang di tempat kami, Master Michael yang terhormat," sapa Zack. Pria tersebut duduk di bagian depan mobilnya dengan santai. Beberapa kendaraan anak buah juga sudah menghadang jalan Michael serta kawanannya.

"Tidak ku duga kau sendiri yang mengantarkan nyawa untuk menyambutku." Michael keluar dari mobil dengan kemarahan yang masih membara sejak mengetahui pengkhianatan Laura. Hanya dengan mengingatnya saja, dia ambisinya untuk memusnahkan semua anggota Zack sudah cukup tinggi. Apalagi sekarang pria itu berdiri di depannya seolah mengetahui apa yang terjadi.

Sebuah tawa menggelegar dari seorang Zack Whale. Dia begitu meremehkan musuhnya kali ini. "Kenapa kita harus selalu berakhir dengan pertarungan? Padahal banyak hal yang ingin aku perbincangkan denganmu saat ini. Dimulai dari mana ya? Ah, bagaimana perasaanmu dikhianati oleh tunangan yang kau pilih sendiri?"

Senyum di wajah Zack semakin membakar kepala Michael yang hampir meledak saat ini. Namun, tampaknya pria tersebut tak cukup di sana dalam memprovokasi Michael. "Mau ku beri tahu satu kenyataan menyakitkan lainnya? Apa kau sudah jatuh cinta dengan adik kandungmu sendiri? Atau kau sudah menidurinya seperti wanita murahan?"

Bagai tersambar petir. Michael melebarkan mata hingga membulat sempurna dengan pernyataan Zack. Bukan hanya sebuah penghinaan yang terlontar di setiap kalimat, tetapi juga kata adik kandung yang baru saja di dengarnya itu. "Apa maksudmu?"

Lagi-lagi sebuah tawa bahagia dari Zack memecah keheningan malam itu. Suasana yang gelap hanya bercahayakan bulan dan sorot lampu mobil semakin menambah kesan menegangkan. "Sepertinya kau tidak tahu apa pun tentang ayahmu. Malang sekali nasib seorang Michael Wilson, bahkan tidak tahu seluk beluk keluarganya sendiri. Baiklah karena aku sedang berbaik hati maka ku izinkan dirimu mengetahui fakta sebenarnya sebelum aku mengambil nyawamu." Pria tersebut turun dari posisinya dan melangkah mendekati Michael. "Tahukah kau jika Laura memiliki nasib yang sama denganmu. Lahir dari seorang gundik buangan yang bahkan ibunya harus mati di tangan ayahnya sendiri," bisik Zack membuat Michael geram.

"Berani-beraninya kau berkata seperti itu tentang ayahku!" Dengan emosi Michael mencekik leher Zack. Namun, bukannya takut pria tersebut malah menyeringai.

"Apa ucapanku seperti lelucon? Tidak kah kau merasa penasaran, bagaimana seorang gadis bisa melakukan hal sekejam itu pada keluarga Wilson? Dia bahkan nekat menghancurkan pertunangan pertamamu dan bersedia menjadi pengantin pengganti. Kami sengaja mengirimnya padamu agar kau menderita sebelum kematianmu. Tapi, karena aku cukup berbaik hati. Maka aku tidak akan menjadikanmu arwah penasaran. Hanya saja sepertinya kau harus merenungi kisah cinta tragis kalian. Haruskah aku membantumu menulis kisah?"

Michael geram, hatinya sesak dan darah panas semakin berdesir naik ke ubun-ubun. Mustahil gadis yang dicarinya selama ini adalah adiknya sendiri. Mana mungkin sang ayah memintanya segera menikahi Laura jika memang seperti itu faktanya. Pasti ada hal lebih yang hanya diketahui oleh sang ayah saat ini. "Di mana Laura sekarang?"

"Dia?" Untuk sejenak Zack terdiam dan melangkah menjauh seolah berpikir. "Menurutmu apa yang bisa kami lakukan jika sebuah benda sudah tak lagi berguna?"

Bukan jawaban pasti yang Zack berikan, tetapi malah pertanyaan balik yang tentunya menyakitkan bagi Michael. "Tentu saja kami akan membuang sampah tak berguna sepertinya."

"Kau! Beraninya kalian mempermainkan hidup orang lain!" Dengan amarah Michael akhirnya mengeluarkan pistol di balik sakunya. Dia menembak tepat di depan kaki Zack berdiri saat ini.

"Hei! Hei! Jangan emosi dulu! Seharusnya kau bersyukur. Adikmu itu sangat cerdas dan berbakat. Kami sangat menghargai kemampuannya selama ini. Dia sangat cocok untuk dijadikan salah satu pembunuh bayaran paling kejam yang akan menggantikan reputasimu ke depannya."

"Keterlaluan!" Lagi-lagi Michael melesatkan timah panas, tetapi meleset karena Zack yang menghindar sehingga hanya mengenai kaca mobilnya.

Semua anak buah dari kedua belah pihak lantas bersiap melihat situasi yang semakin menegangkan itu. Namun, memang inilah tujuan kelompok Zack memprovokasi Michael. Ketika seseorang bertarung dengan marah, serta pikiran dan hati yang kacau, tentu saja logikanya sudah tak lagi berguna juga akan dengan mudah dikalahkan.

"Jangan terlalu banyak bicara! Katakan saja apa keinginan terakhirmu sebelum menyusul ayahmu untuk menanyakan kebenarannya. Aku pasti akan dengan senang hati mengabulkan permintaanmu. Haruskah dia juga yang membunuhmu dengan tangannya sendiri?"

To Be Continue...