NovelToon NovelToon
Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Poligami / Lari dari Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: jnxdoe

Selama 2 tahun menjalin mahligai rumah tangga, tidak sekali pun Meilany mengucapkan kata 'tidak' dan 'tidak mau' pada suaminya. Ia hanya ingin menjadi sosok seorang isteri yang sholehah dan dapat membawanya masuk surga, seperti kata bundanya.

Meski jiwanya berontak, tapi Mei berusaha untuk menahan diri, sampai pada akhirnya ia tidak bisa menahan lagi ketika suaminya meminta izinnya untuk menikah lagi.

Permintaan itu tidak membuat Mei marah. Ia sudah tidak bisa marah lagi ketika sudah kehilangan segalanya. Tapi ia juga tidak bisa tinggal di tempat yang sama dengan suaminya dan memilih pergi.

Selama 7 tahun Mei memendam perasaan marah, sampai pada suatu ketika ia menemukan kebenaran di dalamnya. Kebenaran yang sebenarnya ada di depan matanya selama ini, tapi tidak bisa ia lihat.

Bisakah Mei memperbaiki semuanya?

*Spin off dari "I Love You, Pak! Tapi Aku Takut..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jnxdoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 1 -

"Jadi, mas mau nikah lagi?"

Kepala pria di depannya menunduk dalam. Tampangnya terlihat merasa bersalah.

"Maaf, Mei... Tapi ini bunda yang minta..."

Perkataan pelan itu membuat Mei membuang mukanya. Wajah wanita itu mungkin terlihat datar, tapi hati di dalamnya terasa sangat sakit.

Ia sangat sakit.

Ruangan itu senyap sebentar, sampai terdengar suara Mei lagi. "Kapan rencananya?"

Pria itu menelan ludahnya. Tangannya mengepal di pahanya.

"Bulan depan..."

Nafas Mei sesak. Ia benar-benar tidak bisa menatap lelaki yang saat ini duduk di seberangnya.

"Cepet banget. Aku kenal orangnya?"

"Mei..."

Menoleh pada suaminya, mata wanita itu yang sipit menatap tegas.

"Aku kenal orangnya, mas Aslan?"

Bola mata lelaki itu yang cokelat terang bergerak-gerak dan akhirnya mengangguk.

"Christine."

Kerutan kecil terbentuk di kening Mei. "Christine? Christine yang itu? Bukannya itu-"

Kata-kata itu terhenti.

Dua orang itu bertatapan sebentar, dan Mei mengalihkan lagi pandangannya. Matanya mengerjap cepat dan terlihat, bulu mata lentik itu mulai basah. Wanita itu menelan ludahnya seret.

"Mei..."

Satu tangan Aslan berusaha meraih tangan isterinya dan terkejut, saat wanita itu refleks menepisnya.

Ekspresi pria itu mengeras, ketika Mei tidak memandangnya tapi hanya mengangguk kaku.

"Aku mengerti, mas."

"Meichan... Aku bisa menjelaskannya. Aku tidak ingin kamu salah paham, sayang. Aku-"

Wanita itu tiba-tiba berdiri dari duduknya dan menarik nafas panjang. Ia akhirnya memandang suaminya. Tampak senyuman canggung terukir di bibirnya yang merah muda.

"Tidak. Aku sudah mengerti, mas Aslan. Tidak perlu mas jelaskan lagi. Mas sudah dapat izinku."

Perkataan itu membuat ekspresi Aslan yang keras berubah kosong. "Mei?"

Kedua bola mata wanita itu yang jernih tampak berkaca-kaca. Mulutnya masih tersenyum.

"Maaf, mas. Malam ini, aku izin untuk tidur sendiri dulu. Aku perlu waktu mencerna semuanya. Tapi sebagai isteri, aku sadar tidak punya hak menolak permintaan mas. Selamat malam mas."

Tidak memberi kesempatan pada suaminya, Mei masuk ke kamar dan terdengar suara kunci dari baliknya.

Sedangkan Aslan terlihat menunduk dalam duduknya. Mata pria itu nanar menatap tangannya sendiri.

Keesokannya, tidak ada yang berubah dari rutinitas mereka. Tampak Mei menyiapkan pakaian kerja untuk suaminya dan ia pun menghidangkan sarapan di meja makan seperti biasa.

Keduanya makan dengan tenang di pagi hari yang cerah itu.

Bola mata Aslan mengikuti langkah isterinya yang terlihat biasa-biasa saja, saat wanita itu merapihkan meja makan dan mulai mencuci piring. Ekspresi Mei tampak tenang ketika tangan-tangan kecil itu mengeringkan piring-piring bersih dan menaruhnya di rak.

Pria itu menyesap kopinya sebelum berkata, "Kamu tidak kepikiran untuk kerja lagi, Mei?"

Tangan Mei yang sedang mengeringkan tangannya terhenti sejenak.

Mulutnya perlahan tersenyum, dan ia melanjutkan kegiatannya. Matanya belum menatap suaminya.

"Kan bunda yang pengen aku berhenti dulu. Bukannya mas pengen supaya aku fokus untuk program anak?"

"Tapi ini sudah hampir 2 tahun, Mei... Kamu tidak bosan?"

Perkataan itu diucapkan pelan, tapi efeknya membuat hati Mei serasa teriris sembilu. Ada sesuatu dalam kata-kata suaminya yang sekarang dimaknai Mei berbeda.

Ia merasa diusir.

Mungkin hal ini akan berbeda bila tidak ada pembicaraan tadi malam. Tapi nasi telah jadi bubur. Apa yang dikatakan suaminya semalam, membuat semua angan yang ada dalam benak Mei mulai meluruh.

"Benar juga kata mas. Aku akan memikirkannya."

Puas dengan jawaban isterinya, Aslan meletakkan cangkir kopinya dan memeluk Mei. Ia mencium pelipisnya. Pelukan pria itu masih terasa kaku, meski mereka sudah hampir 2 tahun menikah.

"Aku hanya mau kamu senang, sayang..."

"Hmm..."

Menunduk menatap isterinya, bibir Aslan dengan ragu-ragu mengecup wanita itu. Matanya mengerjap saat menatap ekspresi wanita itu yang datar, membuat lelaki itu akhirnya melepas pelukannya. Ia mundur.

Jakun Aslan naik-turun memandang isterinya. Satu tangannya terlihat sedikit mengepal. Gerakannya tampak canggung saat ia meraih tas kantornya.

"Kalau begitu, aku berangkat dulu."

Tangan Aslan hampir meraih pintu, saat ia merasakan tarikan pelan di kemejanya. Kepalanya menoleh.

"Dasimu agak miring, mas. Biar aku benerin dulu."

Kedua tangan Mei memegang lengan suaminya yang besar dan membalikannya pelan. Tampak tangan lentik itu meraih dasi suaminya dan sedikit merapihkan posisinya.

Pandangan wanita itu masih tertunduk dan matanya menatap bagian leher suaminya sedikit lama. Jari-jari Mei sedikit mengelus jakun Aslan yang menonjol, membuat pria itu menelan ludahnya.

"Mei?"

Kepala Mei terdongak. Mata wanita itu menatap pria tinggi di depannya dan tersenyum cantik.

"Sudah rapih mas. Hati-hati di jalan."

Suami-isteri itu bertatapan sejenak. Perlahan, udara di ruangan itu mulai terasa berat.

Tubuh keduanya sedikit bergoyang, terlihat daya tarik-menarik kuat antara dua orang itu. Sayangnya, tidak ada yang berani menginisiasi duluan. Keduanya malah hanya berdiri kaku, dengan jantung memompa kuat di d*da masing-masing dan dalam tarikan nafas mereka yang mulai memberat.

Jantung Aslan berdebar keras, tapi hal itu sama sekali tidak tertampil di wajahnya yang dingin.

"Hmm. Aku pergi dulu."

"Hati-hati mas."

Senyuman Mei masih terukir di bibirnya, sampai ia melihat mobil pria itu menghilang dari pandangannya.

Menutup pintu rumahnya, wanita itu menyender dan menghembuskan nafasnya keras. Ia melihat tangannya yang sedikit bergetar. Jantungnya masih berdebar-debar.

Telapak wanita itu membuka lebar dan matanya yang menunduk, terlihat mulai berkaca-kaca.

"Kenapa kamu ga berani, Mei? Dia suamimu..."

Setetes air turun mengalir di pipinya yang memerah.

Dan sekarang, semua sudah terlambat kan?

Ia baru saja mengusap air matanya, saat terdengar suara mobil mendekat di halaman rumahnya. Mengintip, ternyata sudah ada mobil yang terparkir. Tanpa harus melihat siapa penumpangnya, Mei sudah sangat tahu.

Menelan ludahnya, wanita itu nembersihkan wajahnya dan berusaha memasang senyuman di wajahnya.

Tepat di saat bersamaan, bel pintu di depannya berbunyi.

Sama sekali tidak ada jejak kesedihan di wajah cantik itu, saat ia membuka pintu dan tersenyum lebar.

"Bunda. Tumben main ke rumah?"

1
Sri Mulyati
lanjut Thor ceritanya seru
Anis Rohayati
jujur gua malah jiji klu smpe mei balikan lagi sma si smpah aslan ingat laki2 modelan kya gini ga harus di pertahan kan pantes di buang
Sunaryati
Segera urai kesalahpahaman kalian, mulai dari awal jika sudah kembali bangun komunikasi yang baik jangan ada hal yang harus ditutpi
Harun Gayam
hadeuh muter² tetuss
Sunaryati
Itu akibat tak ada komunikasi yang jelas tujuh tahun yang lalu
Sunaryati
Dobell up Thoot makin menarik ceritanya
Sunaryati
Makin ada kejelasan, tapi tetap saja penyebabnya Ashlan telat menjelaskannya pada Mei sehingga Mei menyimpulkan jika Ashlan bersedia menikahi Cristine apalagi dugaan itu dikuatkan dengan kebersamaan Ashlan dan Cristine di kedai kopi dan terlihat Ashlan memegang tangan Cristine
Sunaryati
Itu sepenuhnya bukan salahmu, karena Ashlan tidak menjelaskan setelah kamu kecelakaan yang menyebabkan keguguran, seharusnya waktu itu mengurai kesalahpahamanmu memergoki Ashlan dan Cristine di kedai, karena sebelumnya Ashlan minta izin menikah
Ma Em
Aku kasihan pada Aslan kalau memang Aslan tdk menikah dan tdk pernah tidur dgn Cristine bilang sama Mei dan buktikan agar Mei percaya
Ma Em
Luar biasa
Sunaryati
Selidiki duli Mei, dan kamu Ashlan jika kamu tidal menikahi Cristine buktikan. Kesalahan kamu dulu minta izin menikahi Cristine, dua kamu ketemuan sama Cristine yang dipergoki Mei sehingga Mri kecelakaan dan keguguran
kesalahau besar Ashlan
Sunaryati
Lanjuut donel up Thoor, ceritanya semakin seru dan menarik
Sunaryati
Jelaskan dulu Ashlan Mei dan pembaca juga penasaran, kamu jadi menikahi Cristine? Jika ya kabulkan permintaan Mei untuk menceraikannya, jika tidakk kejar dan perjuangkan cintami, karena Mei sangat setia padamu
Sunaryati
Ceritanya menarik jika berkenan tolong up tiap hari Thoor
Sunaryati
Jika Ashlan tidak jadi menikah dengan Cristin, kembalilah. Namun jika sudah menikah lebih baik mundur dari pada sakit hati
Sunaryati
suka, jika penasaranku terjawab ttg Cristine tak kasi bintang 5
Sunaryati
Lanjuut fobel up, ya
Sunaryati
Bagaimana pernikahan Ashlan dengan Cristine, Thoor, bukankah kepergian Mei karena Ashlan akan menikahi mantannya itu
Sunaryati
Oh ternyata Mei keguguran ketika kecelakaan saat melihat Ashlan dan Cristin di Cafe, kasihan Mei
jnxdoe: Terima kasih kak buat komentarnya... Tetep baca sampai tamat ya... 🥰🙏
total 1 replies
Sunaryati
Sebelum pergi kan mengabarkan kehamilan Mei pada Ashlan, mana anak Mei?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!