Lyn selalu menjadi bahan ejekan di mana pun ia berada. ia selalu menutupi wajah sebelah kiri nya dengan rambut panjangnya. Nasib buruk nya di mulai dari wajahnya yang rusak sebelah.
Karena bantuan tidak di sengaja dari Lyn, Edgar Mellon Gretchen CEO perusahaan mode ternama di Asia mencoba merangkulnya untuk bekerja sama secara pribadi. Lyn yang mendapat tawaran emas benar-benar memanfaatkan kesempatan untuk mengubah takdir nya saat mengetahui bahwa Shakila kakaknyalah dalang atas wajah rusaknya.
Dengan bantuan dari Edgar, Lyn sangat siap untuk membalas dendam atas penderitaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink.py, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandrite
Bab 34
Di sore hari saat jam pulang, Dion berada di tempat yang sama, dengan orang-orang yang sama, serta peralatan yang sama saat penganiayaan yang dialami oleh Lyn sebelumnya.
Setiap hari, Dion mengalami hal yang sama seperti yang Lyn rasakan di lorong itu. Bedanya, Dion mendapatkan penganiayaan yang lebih keras dan lebih banyak dari 5 orang itu.
Selama penganiayaan itu berlangsung, Dion tidak pulang kerumahnya dikarenakan dia akan bermalam di lorong itu dengan keadaan pingsan dan akan terbangun di ruang ganti untuk kembali bekerja. Inilah yang dialami oleh Lyn selama bekerja menjadi cleaning service. Bedanya, Lyn masih bisa pulang ke rumah untuk beristirahat.
Kelima orang cleaning servis yang sekarang benar-benar aji mumpung dalam menjalankan tugas dari Milo. Mereka sengaja menganiaya Dion dengan sekuat tenaga mereka untuk melimpahkan kekesalan mereka pada Dion karena pernah terkena hukuman dari Milo.
Jika Dion sedang sehat, tentu saja dia bisa lolos dari kelima orang itu. Saat ini kondisi tubuh Dion dalam keadaan tidak baik karena sebelumnya tubuh Dion belum pulih dari kekerasan yang didapat sebelum di interogasi oleh Milo. Jangankan melawan, untuk bekerja saja Dion melakukannya dengan pelan mengingat tulang-tulang di tubuhnya seperti sudah remuk.
'beginikah rasanya jika dianiaya oleh 5 orang setiap hari.' batin Dion.
Di hari ke 6 saat jam pulang tiba, setelah dirasa cukup mendapatkan penganiayaan dari 5 orang itu, tiba-tiba terdengar suara sepatu heels yang sedang berjalan mendekati Dion.
Tek tok. Tek tok.
Semua orang yang ada di lorong itu perlahan melihat ke arah pemilik heels itu. Saat sepatu heels itu berhenti saat jarak 3 meter dengan Dion, kelima orang itu segera undur diri dengan sangat sopan kepada Lyn. Dion melihatnya dengan tatapan tak berdaya dengan posisi tergeletak serta tubuh yang menggigil dengan menahan rasa sakitnya.
"Dion.. apa kau terkejut melihat ku baik-baik saja?"
"L-lyn.. Aku.." ucap Dion hanya menunduk tidak berani menatap Lyn.
"Bagaimana?"
Dion hanya diam dengan rasa sakit nya.
"Bagaimana rasanya dianiaya setiap hari tapi kau masih di wajibkan bekerja karena tidak ada pilihan? Bukankah itu sakit untuk fisik dan mental mu?"
"Lyn maafkan aku, aku hanya menuruti keinginan Shakila." Ucap Dion dengan suara berbisik.
"Menuruti keinginan Shakila? Bukankah cerita di lorong 28 ini adalah ide mu?" Ucap Lyn dengan suara dinginnya.
"Maaf." Ucap Dion dengan mata terpejam.
Nafas Dion terlihat tersengal karena rasa sakit di sekujur tubuhnya terasa cukup hebat di rasanya.
"Aku akan memaafkan mu setelah kau membayar semua yang kau lakukan padaku."
"Tenang saja, aku hanya menghitung apa yang kau dan Shakila berikan padaku. Jika ada lebih, itu adalah bonus dari kak Edgar dan kak Milo."
Setelah mengucapkan itu, Lyn segera pergi meninggalkan Dion yang sudah tidak bisa bergerak.
Dion yang mendengar langkah Lyn yang semakin menjauh hanya bisa menitikkan air matanya dalam pingsannya.
***
Setelah makan malam, Edgar menggandeng Lyn memasuki lift menuju lantai paling atas di mansion nya.
sesampainya di rooftop, mata Lyn berbinar saat melihat keindahan yang ada didepannya.
Rooftop yang sangat luas itu terdapat taman bunga dengan hamparan rumput hijau, helipad, serta gazebo untuk bersantai ria dilengkapi kolam air panas dan minibar.
Dari rooftop itu juga bisa terlihat keindahan kota saat malam hari dengan gemerlap bintang yang menghiasi langit malam.
"Ternyata di sini sangat indah. Kenapa kakak tidak pernah mengajakku kesini?"
"Maaf, aku belum sempat."
Lyn begitu menikmati keindahan malam dengan berjalan menyusuri ke setiap sudut rooftop itu. Namun, karena rooftop itu begitu luas, Lyn hanya berjalan di sekitaran taman bunga.
Setelah menunggu Lyn cukup puas, Edgar bersuara untuk meminta pendapat Lyn.
"Lyn.. Aku ingin minta pendapatmu, boleh?"
"Apa itu?"
Edgar menunjukkan sebuah kotak perhiasan yang berisi kalung berlian.
"Bagaimana pendapatmu tentang ini?"
Lyn mengambil kalung itu untuk meneliti bagian bagian detailnya.
"Waahh. Ini sangat indah. Bukankah ini permata Alexandrite yang langka itu?"
"Benar, ini adalah batu permata jenis alexandrite yang memiliki kemampuan mengubah warna yang luar biasa. Batu ini tampak hijau zamrud hingga biru merak di siang hari, tetapi merah rubi hingga ungu di bawah cahaya pijar."
Lyn sangat senang karena bisa melihat dan meraba batu langka itu.
"Kamu tahu.. Ini adalah hasil desain ku. Dan juga, ini pertama kalinya tanganku digunakan untuk mendesain."
"Benarkah? Wah, ternyata kakak sangat berbakat bisa mendesain perhiasan secantik ini."
Lyn masih melihat lihat kalung itu dengan kekagumannya.
"Apa kamu menyukainya?"
"Ya, aku sangat suka. Ini sesuai dengan mimpiku."
Edgar menaikkan sebelah alisnya. "Mimpi?"
"Iya mimpi. Dulu sebelum ada yang merusak wajahku aku bermimpi ada yang memakaikan kalung ini di leherku. Mimpi itu berulang selama 3 hari berturut-turut sampai membuatku bersemangat mengejar cita-cita menjadi desainer busana."
"Dari mimpi jadi semangat. Kenapa bisa begitu?" Tanya Edgar dengan kerutan di keningnya.
"Karena mimpi itu begitu nyata. Jika memang itu terjadi di masa depan, maka aku harus bekerja keras untuk memantaskan diri sedini mungkin. Kalung ini memiliki kualitas yang tinggi dari permata yang langka, tentu saja harganya sangat tinggi. Jika aku memakainya, tentu saja diriku harus memiliki kualitas juga agar pantas ketika memakainya kelak."
Edgar benar-benar terharu akan kejernihan pikiran Lyn. Gadis kecilnya begitu mempesona dengan aura inner beauty nya.
"Sebenarnya, aku mendesain kalung ini dengan penuh cinta berharap orang yang ku cintai akan sangat bahagia ketika memakainya."
"Ah, jadi kakak akan memberikan kalung itu untuk kekasih mu?" Tanya Lyn dengan pelan.
Entah kenapa ketika mulutnya bertanya tentang kekasih, membuat hatinya seperti teriris.
"Tidak, aku belum memiliki kekasih. Aku sedang menunggu seseorang untuk ku jadikan istri. Seorang gadis yang sedang ku perjuangan untuk terbebas dari penderitaannya."
Hati Lyn begitu lega mendengarnya. Namun, jantung Lyn begitu berdetak kencang saat Edgar menatapnya dengan sorot yang penuh cinta.
Wajah Lyn menjadi merona ketika Edgar mulai mendekatinya dengan sorot yang berbeda tapi sulit di artikan. Lyn dengan cepat mengalihkan Edgar dengan sebuah pertanyaan.
"Kakak, kalo boleh tahu, siapa gadis itu?"
"Kamu akan mengetahuinya sebentar lagi. Dan aku akan mengatakan nya di tempat ini juga nanti."
Di sudut lain yang tidak begitu jauh dari mereka, ada sebuah kamera yang sedang merekam percakapan itu tanpa mereka sadari.
***
Shakila berjalan dengan wajah yang sumringah saat keluar dari bank terdekat sepulang dari proyek. Dia baru saja mengambil uang yang dikirim oleh ayahnya.
Saat sedang menunggu taxi, tiba-tiba ada yang menjambret tas nya yang berisi uang tersebut. Shakila benar-benar frustasi di buatnya.
Saat sudah berada di kamarnya, Shakila masih merasa beruntung karena ia masih berhasil menyembunyikan sedikit uang di sakunya.
"Untung saja aku sudah mengantongi beberapa ratus dolar sebelum keluar dari bank itu. Mungkin ini cukup untuk membeli ponsel dengan harga terjangkau."
Saat Shakila merasa senang dengan pemikirannya, seketika pandangan Shakila tertuju ke arah perlengkapan kecantikannya yang sudah hampir habis semua.
"Arghh. Kenapa di negara ini aku tidak bisa hidup sesuai keinginan ku."
Shakila mencoba menarik nafasnya perlahan untuk tenang.
"Baiklah, sepertinya aku harus bersabar sampai bulan depan untuk mendapatkan uang lagi dari ayah."
***
🤔🤔🤔😲😲😨😨😨😫😫😫😖😖😖👌👌👌👌👌👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍