Lala, Si OB Lugu

Beberapa hari kemudian

Ethan sudah berhasil meyakinkan Lala tentang perasaan Lala terhadapnya. Pun dengan Ethan yang telah memberitahu perasaannya terhadap Lala. Ya, bisa dikatakan sekarang ini mereka sudah menjadi pasangan kekasih. Posisi Lala pun di kantor masih belum berubah, tetap menjadi seorang OB namun sangat spesial bagi Ethan.

Seperti pagi ini, Ethan menggandeng tangan Lala saat akan memasuki lift khusus dirinya tanpa merasa risih atua canggung sedikit pun. Justru di sini Lala yang merasakannya. Apalagi Tuan nya langsung membawanya ke lantai atas tanpa ke ruangan OB terlebih dulu mengganti seragamnya.

"Kenapa wajahnya cemberut?." Tanya Ethan saat menutup pintu lift.

"Lepas tangannya, Lala malu." Ucapnya pelan.

"Kenapa harus malu? Ini kan tidak berlebihan?." Ethan semakin mengeratkan pegangan tangannya. Semakin membuat Lala berdebar kencang.

Sejujurnya Lala merasa takut dan malu kalau sampai diketahui banyak orang kantor. Walau sebenarnya sangat senang dengan kedekatan mereka.

Ting

Pintu lift terbuka dan di sana sudah ada Elena yang berdiri sambil memegangi map berisi dokumen.

"Kalian sangat norak sekali, ini di kantor bukan di rumah atau mal" ucapnya sambil masuk ke dalam lift. Dengan sengaja menyenggol tubuh Lala hingga mengenai dinding lift. Namun Lala diam saja tidak mengatakan apapun.

"Kau yang norak, merusak kebahagiaan orang." Balas Ethan segera menekan tombol lift supaya cepat menelan Elena dan membawanya ke planet lain.

Ethan melepaskan pegangan tanganya pada Lala karena dia tahu karena perkataan Elena cukup membuat Lala merasa tidak nyaman.

Namun tetap membawa Lala ke ruangan kerjanya. Tanpa banyak ini itu lagi Lala segera merapikan ruangan Ethan dengan alat-alat yang ternyata sudah lengkap ada di ruang kerja Tuan nya.

Pun dengan Ethan yang langsung membuka beberapa laporan yang sudah ada di atas meja kerja.

Di tengah-tengah kebisuan dan kesibukan mereka, ponsel Ethan berbunyi. Ada panggilan masuk yang nomer yang tidak dikenalnya. Akan tetapi Ethan tetap mengangkatnya setelah handphonenya berbunyi untuk ketiga kalinya.

"Aku dan Laura sudah ada di bawah."

Sejenak Ethan terdiam sambil memandangi Lala yang membelakanginya. Perasaannya terhadap Lala memang nyata adanya.

"Ethan, kau dengar?. Aku sudah ada di depan ruang kerja...tut tut tut."

Ethan langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Ethan menatap Lala yang sudah berada dekat pintu dengan air kotor di tangan kanannya.

"Lala" panggil Ethan hendak menahan Lala yang akan keluar. Namun dorongan kuat dari luar tidak terelakkan lagi. Sehingga Lala sedikit mundur dengan tubuh yang oleng dan ember berisi air kotor terlepas dari tangannya.

Dan yang apesnya lagi, air itu mengenai orang yang baru masuk ke ruangan Ethan. Wanita itu pun menjerit karena sangat marah yang kemudian dilanjutkan dengan memaki-makinya.

"Aaaaahhhh....dasar kau bodoh! Wanita kurang ajar! Pakaianku basah! Sial! Kau harus mengganti pakaianku! Pekerja rendahan!." Tanpa di duga Lala wanita itu mendorongnya kuat hingga Lala terjatuh. Untung saja belum menyentuh lantai sebab dengan sigap Ethan menahan tubuh Lala dengan cara memeluknya. Dengan pandangan yang tertuju pada Laura yang menatapnya sendu.

Ethan merasakan degup jantung yang kuat terhadap Lala hingga dia menyadari kalau cintanya untuk Laura sudah tidak ada.

Lala berusaha melepaskan diri dari dekapan Tuan nya, namun ternyata sangat sulit ditambah lagi air matanya yang sudah akan turun.

"Aku di sini akan melindungimu." Ucap Ethan sangat serius dan tulus terhadap Lala.

Nadia yang melihat pemandangan itu menjadi semakin murka. Apalagi dia tahu wanita yang tadi dimakinya sedang menangis di dalam pelukan Ethan.

"Heh! Kau! Menjauh dari calon menantuku!."

"Aku bukan calon menantu siapa-siapa." Balas Ethan tegas. Dia tidak peduli kalau harus menyakiti hati Laura. Terpenting baginya saat ini adalah kebahagiaan Lala.

Laura menjadi sedih, dia pun berinisiatif untuk keluar dari ruangan Ethan. Namun tiba-tiba saja Grandma dan Sam menghadang jalannya.

"Laura? Kau di sini?." Tanya Grandma. Laura segera menghapus air matanya. Karena dia pun sangat tidak ingin dikasihani.

"Aku mau pergi, Grandma." Ucap Luara.

Sam menatap Ethan yang sedang memeluk Lala, pria itu bisa melihat kalau Ethan sangat mencintai Lala. Hal aneh namun yang terjadi. Pun dengan Grandma, bisa melihat cinta Ethan untuk Lala yang sangat besar. Grandma segara masuk dan menghampiri Ethan.

"Kau bicara dengan mereka, biar Lala bersama Grandma." Ucapnya sangat lembut.

Baru lah Ethan mau melepaskan Lala dan menyerahkannya pada Grandma.

"Sam, kau bisa antar Grandma ke mal terdekat?." Tangan Lala sudah digandeng Grandma. Ethan menatap Sam, melayangkan protes kalau Sam ikut bersama mereka nantinya.

Sam terkekeh sambil balik menatap Ethan berani. "Tenang saja Uncle, Aku hanya menemani mereka saja. Ini perintah Grandma langsung, bukan keinginanku."

"Awas saja kau, Sam."

Tanpa menghiraukan Ethan lagi, Grandma dan Lala serta Grandma pergi dari ruang kerja Ethan. Meninggalkan Nadia, Laura dan Ethan.

Laura memperhatikan Ethan dengan sangat intens, pria yang ditinggalkannya semakin gagah dan mempesona. Pasti ada banyak wanita yang mengantre pada Ethan. Akan tetapi Laura tahu, tatapan cinta Ethan untuknya tidak lagi ada.

"Mama tunggu di luar, kalian bicara saja. Dan kau, Ethan. Laura benar-benar tulus dan sangat mencintaimu. Tolong kau pertimbangankan." Karena Nadia melihat arti wanita tadi bagi Ethan.

Nadia pun keluar dan duduk di kursi yang ada di sana ruang tunggu depan ruangan Ethan.

"Kau mencintai wanita tadi?." Hal pertama yang ditanyakan Luara pada Ethan. Padahal sebelumnya Laura ingin memeluk dan menangis di dalam pelukan Ethan. Namun itu menjadi tidak penting lagi saat tahu Ethan telah mencintai wanita lain.

"Iya, namanya Lala. Aku sangat mencintainya." Ucap Ethan tanpa ragu.

Laura segara menghapus air matanya. Lalu tersenyum pada Ethan. "Aku kita cintamu hanya untukku sampai kapan pun, ternyata aku salah."

"Dulu iya seperti itu, tapi kenapa kau begitu bodoh ternyata aku bisa mencintai Lala karena pesona Lala yang begitu mudah untuk dicintai."

Laura mengangguk, "Iya, aku bisa melihatnya."

"Tapi kau yang pertama bagiku, Ethan. Aku tidak pernah memberikannya pada orang lain." Lanjut ucap Laura lirih.

"Kita sama-sama yang pertama namun tidak bisa menjadi yang terakhir."

Laura yang tidak bisa melihat cintanya Ethan untuk orang lain, dia meminta sang Mama untuk segera membawanya pulang.

"Kau itu jangan bodoh, Luara. Kau harusnya membuat Ethan jatuh cinta lagi. Bukan menyerah seperti ini." Nadia mengomel pada Laura yang didorongnya.

"Aku tidak bisa, Ma."

"Seharusnya kau gunakan kelemahan kau ini untuk membawa Ethan dalam pelukanmu lagi. Bukan melepasnya."

"Aku sudah cacat, Ma. Apa lagi yang bisa aku lakukan untuk merebut Ethan?."

Bersambung

Terima kasih untuk dukungannya 🙏🙏😘😘.

Hanya update satu bab saja ya, maaf karena lagi di luar kota.

InsyaAllah update hari selasa lagi ya.

Terima kasih 🙏🙏