Hasna Aulia Zahrani seorang remaja yang cantik, pintar, ceria dan manja. Ia adalah putri tunggal dari seorang pengusaha sukses dan keluarga harmonis, pada awalnya. Hingga tanpa kesengajaan, orang ketiga masuk kedalam rumah tangga orang tuanya dan mengakibatkan perceraian.
karena merasa di khiantai orang tuanya, maka setelah perceraian orang tuanya, kehidupan Hasna berubah menjadi seorang pemberontak, nakal, pembangkang dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar dalam arena balap liar, clubbing serta perkumpulan remaja bebas lainnya. Walaupun hati kecilnya menolak itu semua.
Masa SMA, ia memilih hidup bersama pengasuhnya sedari kecil. Hingga suatu ketika, ia memutuskan untuk tinggal bersama kakek dan neneknya di kota kelahiran sang Ibu.
Karena merasa khawatir dengan kelakuan Hasna, maka kakek serta neneknya memutuskan untuk menikahkan Hasna dengan Afnan Al-jaris, seorang Businessman yang bergelar Ustaz dan putra bungsu dari sahabat kakeknya yang merupakan seorang Kyai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Clubbing bag -1-
Keesokan hari di sekolah Hasna.
Siang ini adalah waktu untuk istirahat telah tiba, setelah bel tanda istirahat berbunyi. "Yan! Lo mau ke kantin? gue lagi malas sekali nih," ucap Hasna pada Adrian.
"Lo kenapa sih Na? kok, sepertinya tidak bersemangat begitu, beda dari biasanya?" tanya Adrian.
"Gak kenapa-napa juga sih, biasa lah cewek gitu loh Yan, sensi bulanan," jawab Hasna sembari menyeringai.
"Ya sudah gue ke kantin, lo mau di beliin apa? nanti gue belikan?" tanya Adrian lagi.
"Apa saja, tapi bayarin ya! gue lupa bawa dompet Yan," ujar Hasna.
"Kebiasaan lo Na, lupaan kek gitu. Dasar cantik-cantik Pi'un( pikun)," ucap Adrian Sembari menyeringai.
"Enak saja Pi'un. Udeh sonoh nanti keburu bel masuk deh," ucap Hasna ia pun mengekeh.
"Ya sudah, gue ke kantin ya," pamit Adrian.
"Oke Yan," ucap Hasna, Adrian pun berlalu menuju kantin. Setelah Adrian berlalu tiba-tiba saja dua murid menghampiri Hasna.
"Na ... di panggil Guru tuh, ke ruang Guru," ucap salah satu teman kelas Hasna.
"Ada apa yah?" tanya Hasna, ia merasa was-was. Tetapi ia merasa tidak membuat salah apapun.
"Kurang tahu. Na," jawab teman sekelasnya.
"Oh begitu yah. Oke deh, terima kasih ya," ucap Hasna.
"sama-sama," jawab murid tersebut.
Setelah murid yang membawa pesan dari ruang Guru itu pergi, Hasna pun bergegas menuju ruang Guru dengan berbagai macam pertanyaan dalam benaknya.
---
Di ruang Guru.
"Hasna Aulia Zahrani?" nada bertanya dari seorang guru.
"Betul, Saya Pak!" jawab Hasna sopan, dengan menganggukkan kepalanya.
"Apa betul, tas ini milik kamu?" tanya Guru laki-aki itu kembali.
"Em, betul Pak! itu tas Saya. Kok bisa ada di sini pak?" tanya Hasna penasaran.
"Tadi ada seseorang menitipkannya. Katanya ia menemukan tas ini di sebuah Restoran," jawab Bapak Guru.
"Oh iya pak, kemarin tas saya tertinggal di sana, Karena saya buru buru, Pak!" ujar Hasna.
"Baik, coba di cek dulu isinya, masih lengkap atau tidak," pinta Pak Guru.
"Baik pak! terima kasih," ucap Hasna.
Hasna mulai mengecek isi tas miliknya dan semuanya masih utuh. Yang pertama ia cari adalah gelang, ya gelang Khitbah dari Afnan dan gelang itu berhasil ia genggam. "Syukurlah Alhamdulillah, masih ada," batin Hasna, "Alhamdulillah masih lengkap Pak!" ucap Hasna kemudian.
"Syukur Alhamdulillah. Ya sudah, lain kali hati- hati ya, jadikan pengalaman, untung isinya masih lengkap dan ada orang baik yang mau mengantarkannya," ucap Pak Guru, sembari menasehati Hasna dengan nada lembut.
"Baik Pak! terima kasih banyak. Insya Allah Saya akan jadikan pengalaman berharga. Tetapi ... apakah Saya bisa bertemu orang yang mengantarkan tas ini Pak?" tanya Hasna kemudian.
"Sayangnya, si pengantar sudah pergi dari tiga puluh menit yang lalu," jawab Pak Guru.
"Oh begitu ya Pak! ya baiklah, kalau begitu saya pamit kembali ke kelas Pak! sekali lagi terima kasih," ucap Hasna.
"Baik, silahkan! sama-sama," tukas Pak Guru.
Hasna pun kembali ke kelas. "Alhamdulillah gelangnya masih ada. Tapi siapa yang mengantarkan tas ini ya?" tanya Hasna dengan bergumam, "ah siapapun mengembalikannya, yang jelas aku bersyukur banget, setidaknya Ustaz dan keluarganya tidak mengetahui kejadian ini," celotehan lega dari Hasna.
Setelah sampai di kelas, gelang Khitbah dari Afnan ia kenakan kembali. Kemarin Hasna melepasnya saat pelajaran olahraga, karena bermain volley ball dan ketika sudah selsai, ia lupa mengenakannya kembali.
Tak lama Adrian menghampiri Hasna sepulang dari kantin, dengan tentengan makanan untuk Hasna yang ia beli dari Kantin.
"Adrian, Alhamdulillah doi datang ketika gue sudah balik dari ruang Guru," ucap Hasna dalam hatinya.
"Na, nih makanan untuk lo, bakso dan sosis bakar kesukaan lo, minumannya jus mangga," ucap Adrian.
"Thanks Yan! lo memang sahabat gue yang paling baik," puji Hasna.
"Akh, bisa saja lo. O yah Na, nanti malam 'kan malam sabtu, Clubbing yuk!" ajak Adrian.
Sedangkan Hasna sudah mulai makan dan menyeruput minuman yang baru di beli oleh Adrian. Saat mendengar Adrian mengajaknya ke kelab. Hasna nampak berpikir sejenak. "Duh, gue lagi malas banget Yan." Pada akhirnya Hasna berusaha menolaknya.
"Yah Na, gak asik lo ah. Hanya sebentar kok, janji deh gak sampe pagi," ucap Adrian dengan segala bujuk rayunya.
"Em, oke deh! tapi janji nih, gak sampe pagi ya," ucap Hasna setelah beberapa detik berpikir kembali.
"Oke, tenang saja, janji!" ucap Adrian dan segera mengakhiri obrolannya karena bel masuk kelas telah berbunyi.
***
Malam hari sekitar pukul sepuluh malam.
Hasna secara leluasa keluar rumah, karena Ninen dan KiKi-nya masih belum juga Kembali dari villanya. Kini Hasna dan Adrian sudah berada di dalam Club.
Suara musik dan perpaduan kelihaian jari jemari DJ, menggema di ruangan itu, sorak sorai pengunjung sambil ber ajojing di lantai Club menambah panas suasana.
Salah satunya Hasna, yang sudah berbaur ber-ajojing di lantai kelab itu. "Na ... gue haus, minum dulu yuk!" ajak Adrian.
"Ayo Yan!" ajak Hasna. Mereka berdua meninggalkan lantai untuk menghentak tubuh dan bergoyang.
Kini Adrian dan Hasna sudah berada di meja bar. Seperti biasa, Hasna hanya memesan softdrink milkshake. Begitupun dengan Adrian, setelah berteman dengan Hasna ia tidak pernah lagi minuman yang mengandung alkohol.
Saat mereka sedang asik menikmati minumannya. Terdengar suara riuh pengunjung. Namun, kali ini suaranya bukan bersorak kegembiraan atau teriak ber-ajojing, melainkan suara kecemasan, tak lama musik berhenti.
Hasna merasa bingung dengan musik yang tiba-tiba berhenti. Saat ia menoleh terlihat beberapa polisi sudah memenuhi tempat tersebut dari mulai pintu masuk hingga ke dalam. Ada polwan juga, mungkin sekitar dua puluh anggota polisi, kini sedang menggeledah tempat tersebut.
"Yan, polisi!" seru Hasna pelan.
"Iya Na." Jawab Adrian mengiyakan. Hasna dan Adrian berusaha tetap tenang.
"Kepada saudara dan saudari di mohon kerja samanya. Jangan ada yang keluar sebelum kami perintah, kami tidak akan berbuat apapun, kami hanya sedang menjalankan tugas," ucap salah satu polisi.
"Nona, tolong tunjukan tanda pengenal Anda!" pinta salah satu polwan kepada Hasna.
Hasna-pun meraba saku jaketnya. Namun, ia sangat terkejut, dompetnya tak ada di saku jaket, ia ingat dompetnya di saku jaket yang lain. Sedangkan ia memakai jaket yang baru ia ambil dari lemari. Hasna lupa memindahkan dompetnya ke jaket yang ia pakai saat ini, ia hanya ingat membawa ponsel saja.
"Maaf Bu, tanda pengenal saya tertinggal di rumah," ucap Hasna jujur dengan wajah yang tetap tenang.
"Baiklah, Karena Nona tidak dapat menunjukan tanda pengenal, maka harus ada yang menjamin. Tolong hubungi keluarga Anda Nona! tapi sebelum itu, Anda ikut kami untuk test urine," ujar Bu polwan.
"Baik bu," jawab Hasna dengan santai. Adrian yang dapat menunjukan tanda pengenal, maka ia sudah lebih dulu untuk test urine.
Bersambung ....