NovelToon NovelToon
Kekasih Terpaksa Sang Penguasa

Kekasih Terpaksa Sang Penguasa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama
Popularitas:448.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: LatifahEr

Lisle yang baru pindah ke kota Black Mountain menemui banyak masalah. Kepolosannya telah dimanfaatkan oleh orang-orang berhati busuk, seorang teman baru yang hendak menjualnya dan bibi yang menjadikannya sebagai jaminan hutang-hutang. Tanpa sengaja bertemu dan berkali-kali diselamatkan oleh seorang laki-laki bernama Kennard Kent. Belakangan Lisle baru tahu bahwa lelaki itu adalah orang paling berpengaruh di kota Black Mountain. Namun latar belakang Kennard yang luar biasa dan wajah menawannya malah membuat gadis itu ketakutan. Penolakannya pada Kennard membuat lelaki itu makin tertarik dan tidak sabar. Dengan licik akhirnya Kennard berhasil membuat gadis itu berada dalam genggamannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LatifahEr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Keributan di Mall

Lisle mengamati gaun-gaun cantik yang terpajang sempurna dari balik kaca di luar toko. Ada label merk terkenal tercantum di sana. Harganya pasti sangat mahal. Seorang gadis cantik tampak merengek pada pasangannya sambil menggelayut manja di lengan si lelaki. Dia menunjuk ke arah sebuah gaun dan bergerak mendekat.

Lisle tersenyum sendiri. Tak merasa iri sedikit pun meski setelahnya dia melihat si gadis dengan serakah mengambil beberapa gaun dan membawanya ke ruang ganti. Dia mencobanya satu-satu. Setiapnya dia ke luar memperlihatkan penampilannya di depan si lelaki, meminta pendapatnya. Tak perlu waktu lama saat kasir menggesekkan sebuah kartu dan memberikan tas-tas berisi gaun-gaun tersebut.

Apa yang tak bisa Kennard berikan padanya? Lisle hanya tak ingin terbiasa dengan semua itu kemudian merasa sengsara saat kehilangan.

Lagipula, dia tak pernah berpikir membeli sebuah gaun mahal untuknya. Di Palm Garden, lemari kamarnya penuh dengan gaun-gaun baru dari berbagai merk terkenal. Dia bahkan enggan memakainya karena tak ingin menarik perhatian.

Senyum tawar menghiasi sudut bibir Lisle. Dia melanjutkan melangkah di antara toko-toko berpendingin di dalam mall. Gaunnya hanya gaun sederhana yang dibelinya murah tapi dia merasa nyaman dengan itu, tidak perlu kuatir akan menarik perasaan iri seseorang.

Hari ini sepulang kuliah dia malas kembali. Perasaannya juga menjadi agak kacau saat mendengar pembicaraan di sebuah ruang kelas yang dilewatinya tadi. Dia mengenalinya sebagai suara Shopia. Siapa gadis yang dimaksud dalam pembicaraan mereka? Dia kah?

Biasanya saat seperti ini dia akan berjalan tergesa-gesa menuju kafe Cloud dan menghabiskan sepanjang sisa siang dengan bekerja di sana. Tadi pun dia berencana singgah ke sana meski untuk pamit berhenti kerja. Namun perasaannya menjadi tidak nyaman dan dia hanya berjalan kaki tanpa arah melewati banyak bangunan.  Kakinya sudah menjadi pegal tapi dia hampir tidak merasakan. Saat melintasi sebuah gedung menjulang, Lisle tengadah. Diamond Grup!

Bukankah itu kantor perusahaan milik tuan Kent? Mata Lisle menyipit. Uh, seangkuh pemiliknya.

Tidak jauh dari bangunan itu, Lisle baru sadar sudah tiba di sebuah mall. Seperti terhipnotis, Lisle akhirnya membelokkan langkah ke sana.

Ponselnya berbunyi. Lisle meraih benda pipih itu dari dalam tas dan melihat nama 'Kennard'  di layar. Perutnya terasa mulas.

"Di mana?" Suara penuh tekanan tanpa basa-basi langsung terdengar.

"Aku.... di mall...." Lisle menelan ludah berusaha  membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba kering.

"Mencari sesuatu?" tanya Kennard lagi.

"Tidak. Hanya berjalan-jalan. Aku pikir tak ada yang bisa...."

"Belilah sesuatu yang kamu sukai. Bukankah aku sudah memberimu kartu. Kenapa tidak coba kau gunakan?"

"Mungkin lain kali. Aku sudah mau pulang...." Lisle beralasan. Tak terpikir sesuatu pun yang dia inginkan.

Terdengar gumaman kesal di seberang. "Kalau begitu pulanglah sekarang. Sebentar lagi makan siang."

Telepon dimatikan. Lisle terdiam beberapa saat sebelum melangkah mencari jalan keluar. Baru saja dia melewati deretan toko sepatu dan tas, dia mendengar suara beberapa gadis yang cekikikan sambil membicarakan sesuatu.

"Sudah kubilang Shopia, dia bukan siapa-siapa. Harusnya kau malu merasa cemburu dengan gadis kampung itu. Lihatlah sekarang, apa pantas dia berkeliling mall dengan pakaian seperti itu?"

 Lisle melihat sekilas. Ada tiga gadis dengan penampilan modis berdiri di belakangnya. Lisle mengenalinya sebagai Shopia dan teman-temannya. Karena tidak bermaksud menanggapi ocehan mereka yang jelas-jelas merendahkan, Lisle meneruskan langkah. Namun Shopia menyusul dan menghadang di depan.

"Hei, kau!" Shopia tiba-tiba mendorong bahu Lisle.

Lisle tak mengira jika Shopia begitu ingin membuat masalah dengannya. Dia pikir mereka hanyalah gadis-gadis dengan mulut penuh racun.

"Kenapa mendorongku?" Bagaimana pun Lisle tidak memiliki masalah apa pun dengan ketiganya. Jika Shopia cemburu karena Ralph pernah berbicara dengannya, tapi bukankah Ralph bisa berbicara dengan siapa pun? Apa gadis itu akan mengamuk pada semua gadis yang berbicara dengan laki -laki itu?

"Aku ingin memperingatkanmu. Jangan coba-coba mendekati Ralph atau pun sekedar berharap dekat dengannya. Kalau aku sampai melihatmu berbicara dengannya dengan alasan apa pun, jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu padamu. Kau tak akan tahu hal buruk apa yang bisa kulakukan padamu." Shopia menunjuk-nunjuk ke wajah Lisle.

Airmuka Lisle tak berubah sedikit pun. Sejak Kennard mengatakan bahwa dia memiliki Lisle sepenuhnya dan berkuasa terhadap hidupnya, gadis itu kehilangan rasa takut. Dan harapan.

Kennard tak akan membiarkan sesuatu pun terjadi pada miliknya, bukan? Tentang harapan, bahkan untuk kuliah pun rasanya kini Lisle  mulai enggan. Dia merasa tak memiliki sesuatu untuk diperjuangkan.

"Hei, bodoh. Kau dengar tidak?!" Kali ini Shopia mendorong kepala Lisle, menyentakkan lamunan gadis itu.

Lisle hanya tersenyum kecut. "Aku dengar," ujarnya tanpa tekanan. "Apa sudah tak ada lagi yang ingin dibicarakan?"

Ketiga gadis berpandangan. Respon dari Lisle tak sesuai yang mereka harapkan.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Lisle bermaksud pergi. Pada saat itulah terdengar suara meraung dari belakangnya lalu kemudian sebuah tangan menarik rambutnya dari belakang.

"Aaakh!" Lisle terpekik kesakitan. Kulit kepalanya terasa nyeri.

"Nona!!!" Sebuah suara cemas tiba-tiba terdengar. Seorang lelaki muda berpakaian rapi bergegas mendatangi tempat itu.

Steve?! Lisle berusaha melepaskan rambutnya dari tangan Shopia, tapi gadis itu tetap mencengkeramnya. Airmata Lisle menggenang menahan nyeri.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan!"  Steve menarik tangan Shopia, melepaskan cengkeraman gadis itu pada rambut Lisle. Dia memegang tangan halus gadis itu dengan kasar hingga menimbulkan bekas kemerahan di kulit putihnya.

"Siapa kau? Jangan ikut campur urusan kami!" Shopia berteriak marah.

"Nona, kau tak apa?" Steve menatap kuatir pada Lisle. Dia mengabaikan Shopia yang berteriak-teriak seperti orang gila.

Lisle memegangi rambutnya sambil menggigit bibir. Ada genangan tertahan di matanya yang berkilau. “Aku tak apa,” ujarnya dengan suara bergetar. “Antarkan aku pulang....”

“Tapi....” Steve hendak mengatakan kalau gadis yang tadi menyerang Lisle harus diberi pelajaran. Tuannya tak akan senang jika mendengar gadis ini disakiti dan dipermalukan di depan umum seperti ini.

“Tidak apa-apa. Biarkan saja. Aku hanya ingin pulang sekarang ini....” Lisle seperti mengerti pikiran Steve.

Steve pernah melihat berbagai jenis tingkah gadis-gadis yang dekat dengan tuannya. Kebanyakan dari mereka menjadi sombong. Dia tidak tahu apakah gadis yang bahkan tinggal di rumah tuannya ini sangat rendah hati atau menganggap remeh hubungan dengan tuannya.

“Kalian jangan pura-pura tidak dengar!” Shopia mengejar waktu Lisle bermaksud meninggalkan tempat itu. Dia menghadang langkah Lisle hingga makin menarik perhatian para pengunjung yang kebetulan melintas di sana.

Steve melangkah maju. Dia tak ingin Lisle diserang untuk yang kedua kalinya. Bisa-bisa tuan akan menyalahkannya karena tak bisa melindungi gadis ini.

“Saya peringatkan, Nona. Jangan cari gara-gara dengan kami. Nona Lisle sudah bermurah hati tidak mempermasalahkan perbuatan Nona. Tapi kalau Nona bersikeras melanjutkan kegilaan ini, saya akan memanggil bagian keamanan gedung ini.” Steve menjadi geram melihat gadis tidak tahu diri ini.

“Ha, siapa kau sampai berani mengancamku? Aku Shopia, puteri dari keluarga Harfey....”

Steve menekan sebuah nomor di ponselnya dan berbicara. “Tuan Armand, saya ada di lantai 3 mall. Seorang pengunjung membuat keributan dengan orang dekat tuan Kent. Sebaiknya anda memanggil bagian keamanan kalau tidak ingin ada masalah yang lebih serius lagi.”

Perkataan Shopia yang berapi-api terpotong oleh pembicaraan Steve dengan seseorang lewat ponsel.

 

1
Bzaa
ngarep banget ada extra part-nya otor 😄
kopi sudah otewe ya
Bzaa
salam juga otor sehat sll 😘
Bzaa
cemburu buta si tuan bucin 🤣
Bzaa
belajar makin dewasa les
Bzaa
Kasina Steve jdi serba salah 😄
Bzaa
lisle.... 😍💪
Bzaa
jgn2 Steve awalnya suka sama lisle , ato sama Andra😉
Bzaa
aamiin ya Robbal'alamin
Bzaa
cepat sehat lagi Celine
Bzaa
wahhhh si Celine.... knp jdi berubah
Bzaa
yah lisle kena jebakan
Bzaa
yah ada lagi si bert, Mao ngapain kali tuh orang gangguin
eka abud
lanjut
Bzaa
semoga Celine baik2 aja
Bzaa
sweet....
Bzaa
semangat 💪😘
Bzaa
bikin penasaran..lanjuty
Bzaa
keren nn
Bzaa
jgn sampe Celine jdi jahat karena iri ya tor... kasian lisle
Bzaa
wkwkkw kekuatan cemburu.. datanglah 😃😄🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!