Menjadi istri pengganti calon suami kakaknya yang meninggal dalam kecelakaan karena dirinya. Alena harus merasakan siksaan dari suaminya sebagai bentuk balas dendam.
Namun, apakah yang terjadi jika akhirnya kebenaran terungkap mengenai kecelakaan itu?
Season 2
Alea Prasetya adalah anak pertama dari Shaka dan Alena. Namun kepribadiannya yang introvert membuatnya dijauhi teman dan membuat orang tuanya menjodohkannya dengan anak rekan bisnis mereka. Bagaimana kisahnya?
COVER BY NOVELTOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian
Keesokan harinya, Shaka menjemput Nadia untuk pergi ke tempat orang yang telah menyelamatkannya. Mobil melaju ke tempat yang begitu jauh dan pelosok. Melewati berbagai desa hingga sampailah mereka ke sebuah rumah kecil tepat di ujung desa. Rumah itu jauh dari rumah lainnya.
Shaka dan Nadia turun dari mobil dan pergi melangkah ke depan pintu rumah itu. Setelah mereka mengetuk, pintu pun dibuka oleh seorang wanita tua. "Nenek." Nadia menangis dan menghambur ke pelukan wanita tua itu.
"Nadia, apa kau baik-baik saja?" Wanita tua itu mengusap punggung Nadia.
"Aku baik-baik saja Nek. Oh ya kenalkan ini Shaka." ucap Nadia sambil menghapus air matanya.
"Oh, jadi kau yang bernama Shaka yang selama ini Nadia ceritakan. Perkenalkan aku Darmi." ucap Darmi memperkenalkan diri.
Shaka tersenyum dan menjabat tangan nenek Darmi. "Ayo masuklah." ucap Darmi.
Mereka berdua pun masuk. Didalamnya Shaka melihat semua barang yang ada didalam rumah itu adalah barang lama. Setelah mereka duduk, Shaka mulai menceritakan perihal kedatangan mereka. Nenek Darmi pun mulai bercerita bagaimana dia menemukan Nadia dan merawatnya hingga sadar.
"Kenapa Nenek tidak membawanya ke rumah sakit saja?" tanya Shaka.
"Rumah sakit sangatlah jauh dari sini. Aku tidak punya kendaraan untuk membawanya. Jadi aku merawatnya dengan obat-obatan tradisional." ucap nenek Darmi.
"Apakah penduduk sini mengetahui kalau Nadia tinggal disini?" tanya Shaka.
"Tidak ada. Aku menyembunyikannya karena aku takut orang yang hendak mencelakainya datang dan kembali mencelakainya." ucap nenek Darmi.
"Terima kasih nenek sudah menemukan dan menyelamatkan Nadia. Kalau begitu kami permisi ya Nek. Ini ada sedikit uang untuk nenek sebagai tanda terima kasih saya untuk Nenek." ucap Shaka sambil menyerahkan segepok uang untuk nenek Darmi.
Nenek Darmi sangat senang menerimanya. Setelah itu mereka pun pamit. Sepanjang jalan Shaka lebih banyak diam. Nadia tersenyum karena sepertinya Shaka mulai terpengaruh dengan rencananya.
"Apa kau tau dimana Leon tinggal?" tanya Shaka.
"Aku tau. Itu di Jl. xxxx no xx. Tapi aku tidak tau dia masih disana atau tidak." jawab Nadia.
"Tidak masalah kita akan mencarinya disana." ucap Shaka.
Mereka pun menuju alamat yang ditujukan Nadia. Sesampainya disana, mereka hanya menemui orang lain di rumah itu. "Leon sudah 3 tahun pindah entah kemana. Dia tidak punya sanak saudara jadi tidak ada yang tau keberadaannya." ucap seorang wanita yang bernama Finny. Dia adalah pemilik rumah itu setelah Leon menjualnya.
Shaka putus asa. Dia sudah menelpon suruhannya untuk mengecek keberadaan Leon namun nihil. Dengan wajah lesu, dia dan Nadia pun pulang. Sebelumnya dia mengantar Nadia dulu ke rumahnya. "Shaka semua bukti sudah jelas bukan? Alena lah yang bersalah." ucap Nadia mencoba meyakinkan.
"Sebaiknya kau istirahat saja. Aku pulang dulu." ucap Shaka.
Mobil pun melaju menuju kediamannya. Sesampainya disana, dia terkejut melihat semua pengawal rumahnya tengah sibuk kesana kemari dan beberapa orang menelpon pengawal lainnya yang sedang diluar. "Ada apa ini?" tanya Shaka bingung.
"Shakaaaa. Shakaaaa." Teriak ibunya memanggil dari kejauhan sambil setengah berlari.
"Ada apa Bu?" tanya Shaka yang tiba-tiba saja merasa gelisah. Sepertinya dia akan mendapat kabar buruk.
"Alena. Alenaaaa. Dia...Dia pergi!!!" Teriak ibu dengan wajah paniknya
"Apa???" Shaka terkejut mendengar pernyataan ibunya. "Katakan Bu. Kemana dia pergi?" tanya Shaka sambil memegangi bahu ibunya.
"Ibu...Ibu juga tidak tau. Setelah kau pergi, ibu bermaksud memanggilnya untuk membantu memasak makan siang. Namun saat ibu ke kamarnya dia sudah tidak ada. Ibu sudah mencarinya kemana pun. Pengawal juga sudah berpencar namun mereka tidak menemukannya didaerah ini." ucap ibu masih dengan ekspresi paniknya.
Shaka berlari ke kamar Alena. Dia membuka lemari Alena. Dia melihat sebagian pakaian Alena sudah tidak ada. Dia terlihat begitu frustasi. Dia duduk diatas ranjang Alena dan memegangi kepalanya. Namun, sekilas matanya melihat secarik kertas terselip dibawah bantal. Shaka menarik kertas itu. Dia pun membacanya.
"AKU PERGI. JANGAN CARI AKU. KAU SUDAH MENEMUKAN KAK NADIA. HIDUPLAH BAHAGIA BERSAMANYA. AKU TERLALU LELAH UNTUK TERUS MENERUS DITERPA MASALAH. AKU TUNGGU SURAT CERAI DARIMU. JIKA KAU PERCAYA AKAN TUDUHAN ITU, AKU TIDAK MASALAH. AKU TERLIHAT MENCURIGAKAN BUKAN? AKU PERGI DISAAT KAU SEDANG MENCARI TAU KEBENARAN TENTANG KECELAKAAN ITU. AKU BAHAGIA BISA LEPAS DARIMU. SETIDAKNYA AKU TIDAK MEMPUNYAI SUAMI YANG KEJAM DAN TEGA MENYIKSA ISTRINYA. DAN SATU LAGI. AKU MENYIMPAN UANG WARISAN KAKEK DIDALAM LEMARI DISEBUAH KOPER. AMBILLAH DAN NIKMATILAH. SELAMAT TINGGAL."
Shaka mer*mas kertas itu. "Alenaaaaaaa!!" Teriakan Shaka menggema diruangan itu. Dia tertunduk lemas meratapi bahwa orang yang sangat dia cintai pergi meninggalkannya. Padahal kepulangannya adalah untuk memberi tahu Alena bahwa dia masih mempercayai Alena karena suatu kejanggalan yang Ia temukan.
Ibu masuk ke kamar Alena dan melihat putranya tengah duduk dilantai sambil menunduk. "Shaka...Shaka apa yang terjadi." ucap Ibu yang berlari ke arahnya.
"Alena. Alena Bu, dia menulis surat ini sebelum pergi." ucap Shaka sambil menyerahkan kertas itu.
Ibu membaca isi surat itu. Dia sama terkejutnya dengan Shaka. "Shaka...Apa maksudnya ini? Apa dia memang bersalah?" tanya ibu.
Shaka hanya diam. Dia pun berdiri dan menelpon orang suruhannya untuk mencari keberadaan Alena.
Sementara itu. Alena pergi ke sebuah desa yang sangat terpencil. Dia menyewa sebuah rumah kecil disana. Dia membawa uang hasil kerjanya selama ini untuk mencukupi hidupnya didesa itu. Disana tidak akan ada yang mengenalinya karena tempat yang sangat jauh dari kota dan tidak ada akses internet. Alena memilih desa itu agar Shaka tidak menemukannya.
Disisi lain.
"Apa? Dia sudah pergi. Hahaha bagus sekali. Informasimu begitu cepat akurat. Aku akan memberikan bonus untukmu. " Pria itu mematikan teleponnya. "Bagus sekali. Rencana ini berjalan dengan begitu mulus. Aku tidak menyangka Alena akan pergi secepat itu." Pria itu tersenyum miring membayangkan rencana berikutnya yang memang sudah dia susun rapi.
.
.
.
LAGI MALES BACA KOMENTAR. ISINYA PADA NGGAK PERCAYA KALAU AUTHORNYA BAKALAN BIKIN NOVEL INI BERBEDA DARI YANG LAIN HAHA