Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Dual Cultivations bagian 1
Di dalam kontainer kantor yang sempit dan berdebu, udara terasa panas dan berat. Bukan karena Ac-nya mati, tapi karena feromon yang menguar kuat dari tubuh seorang wanita.
Ye Chen membaringkan Tang Bing di atas meja kayu panjang yang penuh tumpukan kertas manifes pelabuhan.
"Hah... hah... panas... Ye Chen... tolong..."
Tang Bing menggeliat gelisah. Seragam polisinya sudah berantakan. Kancing kemejanya yang tadi ditarik paksa kini terbuka lebar, memperlihatkan bra olahraga (sport bra) berwarna abu-abu yang menekan dadanya yang padat. Kulitnya yang biasanya berwarna sawo matang eksotis kini memerah seperti udang rebus. Keringat membasahi leher dan belahan dadanya, membuatnya berkilau di bawah cahaya bulan yang masuk dari celah ventilasi.
Mata Tang Bing berkabut. Dia menatap Ye Chen bukan sebagai tersangka, tapi sebagai satu-satunya sumber air di padang pasir.
"Apa yang kau inginkan, Inspektur?" tanya Ye Chen dengan suara rendah, sengaja memperlambat tempo. Dia berdiri di antara kedua kaki Tang Bing yang menjuntai di tepi meja.
"Aku... aku mau..." Tang Bing kesulitan bicara. Lidahnya kelu, pikirannya kacau. "Aku mau... 'itu'..."
"Itu apa?" Ye Chen menyeringai nakal. Dia mencondongkan tubuhnya, tapi tidak menyentuh Tang Bing. Dia hanya membiarkan aura maskulinnya menyelimuti wanita itu. "Katakan dengan jelas. Kau adalah polisi yang tegas, kan? Bicaralah yang tegas."
Tang Bing merengek frustrasi. Rasa gatal dan panas di perut bagian bawahnya sudah tak tertahankan. Racun Yin-Yang itu membakar kewarasannya.
"Aku mau kamu! Puas?!" teriak Tang Bing setengah mendesah. Tangannya yang gemetar meraih kerah jaket Ye Chen, menariknya kasar mendekat. "Setubuhi aku! Sekarang! Atau aku akan mati!"
Ye Chen tertawa kecil. "Permintaan dikabulkan."
Ye Chen tidak lagi menahan diri. Dia menunduk, melumat bibir Tang Bing dengan ganas.
"Mmphhh!"
Tang Bing membelalakkan mata sesaat, lalu memejamkan mata dan membalas ciuman itu dengan liar. Lidah mereka bertarung satu aama lain, saling membelit, bertukar saliva dengan rakus. Tangan Tang Bing meremas rambut Ye Chen, sementara tangan Ye Chen dengan cekatan melucuti sisa pakaian yang menghalangi.
Sreeet...
Rok seragam polisi itu ditarik turun. Celana dalam katun sederhana ikut terlepas.
"Ternyata Inspektur Tang suka yang praktis ya," goda Ye Chen saat melihat celana dalam polos itu. "Kukira kau pakai dalaman dengan renda-renda seksi."
"B-berisik! Aku polisi lapangan... bukan seorang model..." desah Tang Bing, wajahnya merah padam karena malu "aset"-nya dikomentari.
Ye Chen mencium leher jenjang Tang Bing, menghisap kuat di titik nadi hingga meninggalkan bekas merah keunguan.
"Ahhh! Ye Chen... disitu... enak..."
Tangan Ye Chen bergerak turun, meraba paha dalam Tang Bing yang kencang dan berotot... hasil latihan fisik bertahun-tahun. Otot paha itu berkedut sensitif saat disentuh.
"Ototmu bagus sekali. Kencang. Pasti bisa menjepit dengan kuat nantinya," puji Ye Chen.
Dia memposisikan dirinya. "Tahan sedikit. Ini akan sakit di awal, tapi setelah itu... kau akan serasa seperti terbang."
Ye Chen mulai mendorong masuk.
"AAAAHHH!"
Tang Bing menjerit, kepalanya mendongak ke belakang, punggungnya melengkung. Kukunya menancap kuat di bahu Ye Chen hingga menembus kain jaket.
Rasa sakit karena robekan selaput dara bercampur dengan rasa penuh yang luar biasa. Dia merasakan sesuatu yang besar, panas, dan keras mengisi dirinya sepenuhnya.
"Sakit... Ye Chen... Itumu besar sekali... hiks..." Air mata menetes dari sudut mata Tang Bing. Dia masih perawan! Dan pengalaman pertamanya dilakukan di atas meja gudang pelabuhan dengan tersangka kriminal!
Ye Chen berhenti sejenak, membiarkan tubuh Tang Bing beradaptasi. Dia mencium kening Tang Bing dengan lembut, menghapus air matanya.
"Rileks, Bing'er. Tarik napas. Ikuti iramaku," bisik Ye Chen lembut.
Dia mulai bergerak. Perlahan.
Plap. Plap.
Suara kulit beradu mulai terdengar mengisi kesunyian ruangan itu.
"Ah... ahh... nghhh..."
Napas Tang Bing mulai teratur. Rasa sakit itu perlahan memudar, digantikan oleh gelombang kenikmatan yang belum pernah dia rasakan seumur hidup. Racun di tubuhnya bereaksi dengan energi Yang Ye Chen, menciptakan ledakan dopamin di otaknya.
Setiap dorongan Ye Chen terasa seperti menyentuh titik terdalam jiwanya.
"Ye Chen... lebih cepat... tolong..." pinta Tang Bing, kakinya melingkar erat di pinggang Ye Chen, menarik pria itu semakin dalam.
"Sesuai perintahmu, Bu Polisi."
Ye Chen mempercepat temponya.
Plap! Plap! Plap!
Meja kayu itu berderit keras mengikuti irama gerakan mereka yang makin liar.
"AAAHH! YE CHEN! YA TUHAN! ENAK! ENAKKK SEKALI!"
Tang Bing mulai kehilangan kendali. Dia mendesah keras, tidak peduli kalau ada hantu atau zombie di luar sana yang mendengar. Dia merasa seperti melayang. Otot-otot itunya berkontraksi kuat, memijat "milik" Ye Chen dengan sempurna.
Ye Chen juga merasakan kenikmatan luar biasa. Dual Cultivation dengan wanita perawan yang memiliki tubuh fisik yang kuat (Polisi) memberikan feedback energi yang murni. Dia bisa merasakan kultivasinya meningkat sedikit demi sedikit.
"Kau luar biasa, Bing'er," geram Ye Chen. Dia mencengkeram pinggul Tang Bing, menumbuknya tanpa ampun.
"Lagi! Terus! Jangan berhenti! Isi aku! Penuhi aku!" racau Tang Bing.
Keringat bercucuran dari tubuh mereka, bercampur menjadi satu. Aroma feromon semakin pekat.
Lima menit... Sepuluh menit... Tiga puluh menit berlalu.
Tang Bing sudah mencapai klimaks berkali-kali, tubuhnya kejang-kejang nikmat, matanya terbalik ke atas saking nikmatnya. Tapi Ye Chen belum selesai. Stamina "Tubuh Naga"-nya terlalu mengerikan.
"Ye Chen... ampun... aku tidak kuat lagi... pinggangku mau patah..." rintih Tang Bing lemah, suaranya serak.
"Sedikit lagi. Kita selesaikan bersama."
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.