Aku hanya sesekali berpapasan dengannya, di lift, di koridor. Ya, dia tampak seperti pria biasa. Hanya sedikit aneh. Wajahnya dingin, tanpa senyum, bahkan nyaris tanpa ekspresi. Walaupun kuakui sebenarnya dia sangat tampan, dengan rambut cokelat berantakan dan mata birunya. Aku baru melihatnya beberapa hari ini. Sepertinya dia baru pindah ke gedung apartemen ini. Dan sepertinya, dia tinggal tepat di samping flatku. Kupikir dia semacam nerd atau apalah itu - Kirana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Magnifica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
TRINITY NIGHT CLUB, SEATTLE.
"Aku baru pernah masuk club ini." Sandra menyapu pandangan berkeliling.
Ruangan luas yang didominasi warna biru itu mulai ramai oleh pengunjung club.
"Ohya? Kenapa? Tempat ini cukup bagus." Alex menyahut.
"It's expensive," bisik Sandra sembari terkekeh.
Alex tersenyum. "Hayden yang merekomendasikan tempat ini." Dia menyeruput gelas martininya.
Sandra mengangguk - angguk. "Ngomong - ngomong, kenapa mereka belum datang ya?" ujar Sandra sembari melongok ke arah pintu masuk. Namun tak ada tanda - tanda kemunculan Hayden dan Kirana.
"Kurasa mereka masih sibuk." Alex membuat tanda kutip dengan dua jari telunjuknya.
Sandra terbahak mendengar gurauan Alex. Dipandangnya pria itu sekilas. Tampan sekali di bawah sorot lampu biru yang remang.
"Kau cantik."
"Huh?" Sandra terkesiap.
"Kau terlihat cantik." Alex mengulang kembali perkataannya. Dia memandang wajah Sandra lekat. Selama ini dia tak terlalu memperhatikan gadis di hadapannya ini. Beberapa kali bertemu, dan dia menganggapnya hanya kencan teman biasa. Namun malam ini, Sandra mampu menarik perhatiannya. Tubuh rampingnya dibalut dengan t - shirt ketat hitam berlengan panjang, dipadu dengan rok span pendek motif kotak - kotak berwarna abu - abu, dan boot setinggi lutut berwarna hitam.
Rambut panjang kecokelatannya dia biarkan tergerai. Membuat wajah latinnya terlihat lebih manis.
"Thanks," ujar Sandra malu - malu.
Alex tersenyum lebar. "Cheers!" ujarnya seraya mengangkat gelas martininya.
.
.
Hayden menepikan mobilnya dan masuk ke dalam halaman parkir Trinity Night Club yang cukup padat oleh mobil - mobil mewah yang berjejer rapi.
Dia menoleh ke arah Kirana yang duduk di sampingnya dan mencium bibirnya sekilas. Lalu mengajaknya keluar dari mobil.
Antrian panjang pengunjung club mengular di depan pintu masuk. Tampak dua orang penjaga berbadan besar sibuk memeriksa siapa - siapa yang boleh masuk dan tidak.
"Mr. Vestergard, silahkan." Salah seorang penjaga yang mengenali Hayden langsung mempersilahkannya masuk tanpa harus mengantri terlebih dahulu.
Sembari menggandeng lengan Hayden dan melangkah masuk ke dalam club, dia memandangnya dengan tatapan keheranan.
"Club ini milik salah satu bandit besar. Dan aku pernah bekerja untuknya." Hayden menjelaskan pada Kirana.
"Owh, I see."
Keduanya menghampiri Alex dan Sandra di kursi VIP yang terpisah di sudut ruangan.
"Here they come, our lovebird (ini dia, pasangan kekasih kita)," goda Sandra. Kirana hanya meringis.
"Hi, Alex." Kirana menyapa Alex yang menyambutnya dengan mengangkat gelas.
Sementara Hayden duduk di sebelah Alex sembari melipat lengannya di dada. Kedua pria tampan itu mulai terlibat pembicaraan entah apa.
Seorang pelayan menyajikan empat gelas panjang martini yang berisi buah zaitun utuh.
Kirana duduk di sebelah Sandra dan langsung memuji penampilan sahabatnya yang malam itu terlihat memukau.
"Totalitas," goda Kirana membuat Sandra hampir saja menyemburkan cairan yang baru saja dia seruput dari gelasnya.
"Liat dua pria tampan itu. Apa yang sedang mereka bicarakan?" ujar Sandra di sela - sela suara musik techno a la 80s yang berkumandang. "They look so serious ( mereka terlihat sangat serius).
Kirana terbahak. "Biarkan saja, anggap saja mereka adalah pajangan untuk dilihat sambil kita menikmati minuman ini." Dia mengangkat gelasnya.
"Kau benar." Sandra terkikik. Dia pun ikut mengangkat gelasnya.
Kirana dan Sandra meneguk isi gelas masing - masing secara bersamaan hingga gelas mereka kosong.
Keduanya saling berpandangan ketika melihat lantai dansa pelan - pelan dipenuhi pengunjung club yang mulai turun dan menari.
"Let's go," ujar Sandra. Kirana mengangguk.
Sandra mengulurkan tangannya pada Alex untuk mengajaknya turun ke lantai dansa.
"Aku di sini saja," jawab Hayden ketika Kirana menanyakan apakah dia akan bergabung.
Kirana mengangkat kedua telapak tangannya, lalu mengikuti Alex dan Sandra menuju lantai dansa.
Hayden tersenyum simpul memperhatikan ketiganya bersenang - senang mengikuti bit bit repetitif yang mengalun cukup keras.
Di sisi lain sudut ruangan,
Sepasang mata mengawasi Hayden dan Kirana secara bergantian. Asap tebal mengepul dari rokok yang terselip di sela - sela jemarinya.
.
.
"Hayden, I'm gonna go to the toilet (aku mau ke toilet)." pamit Kirana.
"Okay."
Kirana melirik sejenak pada Alex dan Sandra yang sepertinya telah mengakrabkan diri mereka masing - masing, lalu berjalan menuju arah toilet yang terletak di balik sebuah dinding yang memisahkan ruangan club.
Dia menuju ke toilet wanita dan masuk ke dalamnya. Dia memberikan senyum pada beberapa wanita yang berpapasan dengannya.
Kirana segera menyelesaikan urusannya di dalam toilet selama beberapa menit. Kini dia berdiri di depan cermin besar untuk memeriksa riasan tipis di wajahnya.
Terakhir, dia merapikan rambutnya dan melangkah keluar.
Langkahnya terhenti ketika melihat sesosok berbadan tegap tengah berdiri menyandarkan punggungnya di dinding.
"Matthew?" Mata Kirana membulat. "Bagaimana kau bisa ada di sini?"
Matthew tersenyum tipis. "Mengantri toilet," ujarnya seraya menunjuk pada toilet pria yang cukup ramai.
Kirana terbahak. "Taking a day off ( sedang cuti pekerjaan)?" tanya Kirana.
"Hmmm .. yeah, kind - of (semacam itu). Butuh bersenang - senang sedikit untuk menyegarkan otak yang penat," ujarnya. "Kau sendirian?" pancingnya.
"Emmm .. tidak, aku bersama teman - temanku."
Matthew mengangguk - angguk. "I see."
Kirana mengelus rambutnya pelan. "I gotta go, see you, Matt."
"Kira, what took you so long ( kenapa lama sekali)?"
Hayden yang baru saja muncul kini memandang secara bergantian antara Kirana dan Matthew yang berdiri saling berhadapan.
"Emm .. aku .. kebetulan bertemu Matt di sini. Emm .. Matt, ini Hayden .. Hayden, Matthew." Kirana memperkenalkan kedua pria itu masing - masing.
Hayden memandang tajam ke arah Matthew. Begitu pun sebaliknya. Keduanya tak langsung mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan.
Seolah - olah keduanya sedang berkomunikasi lewat telepati. Wajah keduanya tampak tegang.
Kirana yang berdiri di antara mereka menjadi kebingungan.
"Kalian baik - baik saja?" tanya Kirana, memandang secara bergantian Hayden dan Matthew.
Hayden merangkul bahu Kirana dan membawa gadis itu keluar dari area toilet. Hayden menoleh sekilas ke arah Matthew dengan tatapan dinginnya.
Sementara Matthew kini menyilangkan kedua lengannya di depan dada dan menarik sudut bibirnya lalu tersenyum miring. Sorot matanya tajam. Entah apa yang ada di benaknya saat ini. Namun wajahnya terlihat .. senang.
***
***
intinya cerita kak lady selalu T O P B A N G E T👍👍