NovelToon NovelToon
Pewaris Ilmu Pengobatan Terhebat

Pewaris Ilmu Pengobatan Terhebat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Ajaib / Kelahiran kembali menjadi kuat / Spiritual / Action / Dokter Genius / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: RivaniRian21

Brian Kurnia adalah laki laki dari keluarga miskin yang sedang mengambil kuliah disalah satu universitas kedokteran di kota jasin. Karena kebutuhan mendesak untuk membayar pengobatan ibunya, dia nekat melakukan rekaya kecelakaan dijalan raya. Namun naasnya dia bertemu pengendara yang salah, alih alih menginjak rem pengendara itu malah menginjak gas dalam dalam sambil menutup mata dengan kedua tangannya. dengan perasaan menyesal Brian tertabrak mobil tersebut dengan kencang. Setelah Brian ditabrak, dia tidak sadarkan diri dan dalam alam bawah sadarnya dia mendapatkan sebuah warisan jurus medis kuno. Setelah mendapatkan warisan itu dia mengetahui segala hal mengenai semua jenis ilmu pengobatan dan jurus bela diri yang luar biasa dan berhasil membuat banyak wanita suka kepada nya. Dalam perjalanannya Brian berhasil membuat namanya menjadi dikenal diseluruh dunia dengan kemampuan pengobatan dan ilmu beladirinya yang hebat. sampai suatu ketika terjadi invasi dari alam lain

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketua Tim Penilaian

"Syukurlah! Aku percaya Dokter Brian pasti akan membantu rumah sakit kami untuk memilih talenta cadangan yang berkualitas."

Vero berkata dengan riang kepada Wilson, "Dokter Wilson, kamu bentuk tim penilaian dengan Dokter Brian dan Pak Xandro, kamu bekerja sama dengan kedua ahli ini untuk menyelesaikan penilaian dokter magang."

"Eh... baik, Dok."

Wilson mengiyakan tetapi penuh dengan kedongkolan. Awalnya, dia bertanggung jawab atas penilaian kali ini, tetapi dalam sekejap mata, dia menjadi peran pendukung.

Masalah terbesarnya adalah dia sudah memilih beberapa magang melalui koneksi, sekarang malah Brian yang bertanggung jawab, bagaimana dia bisa senang.

Vero mengabaikan reaksinya sama sekali, dia berkata kepada Brian dan Xandro, "Dokter Brian, Pak Xandro, siapa di antara kalian yang bersedia untuk memikul tanggung jawab untuk menjadi ketua tim penilaian ini."

Dalam hal kualifikasi, Xandro seharusnya adalah pilihan terbaik untuk menjadi ketua tim, tetapi lelaki tua itu sekarang bersikap sangat hormat pada kakak seperguruannya bernama Brian ini, itulah sebabnya dia mengajukan pertanyaan ini.

Benar saja, Xandro langsung berkata, "Di depan kakak seperguruanku, aku hanya siswa sekolah dasar. Tentu saja, kakak seperguruanku yang menjadi ketua tim."

Vero berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Dokter Brian."

Tanpa kerendahan hati, Brian mengangguk setuju. Sebagai pewaris Akademi Pengobatan Kuno, ia memiliki kepercayaan diri dalam keterampilan medis, belum lagi ketua tim penilaian di sebuah rumah sakit, bahkan Ketua Asosiasi Medis Dunia juga bukan apa-apa baginya.

"Kalau begitu maaf merepotkan kalian berdua, silakan ikut aku ke ruang konferensi kecil!"

Setelah berbicara, Vero memimpin jalan menuju konferensi kecil dengan Brian, Xandro dan Wilson

mengikuti di belakangnya.

Menurut kesepakatan sebelumnya, penilaian ini seharusnya sudah dimulai sejak tadi, karena tiba-tiba menerima kasus khusus Tim Kriminal, sehingga agak tertunda.

Keempat orang itu turun dan datang ke lantai di mana ruang pertemuan kecil itu berada.

Tepat ketika akan masuk, seorang pria muda berusia 20-an tilba-tiba keluar dari kamar mandi. Setelah melihat Brian, dia berseru, "Adik Ketiga?"

Brian menoleh ke belakang dan melihat bahwa pria itu adalah Sandiyo Hutapae, kakak kedua di asramanya.

"Dokter Vero, kalian bertiga masuk dulu, aku pergi menyapa teman dulu."

Vero berkata, "Baiklah kalau begitu, kami tunggu di ruang konferensi."

Ketiganya memasuki ruang konferensi kecil dulu, Brian berbalik berjalan ke hadapan Sandiyo dan meninju dadanya, "Kakak Kedua, kenapa kamu di sini?"

Di asrama, Sandiyo memiliki latar belakang keluarga yang terbaik, ayahnya bisnis bahan dekorasi bangunan, jadi keluarganya relatif kaya.

Mereka berdua juga yang paling dekat. Sandiyo tahu bahwa kondisi keuangan keluarga Brian tidak bagus, jadi dia membantu Brian. Dia pada dasarnya yang bertanggung jawab atas biaya makan Brian di sekolah.

Sandiyo juga pernah memberi Brian uang beberapa kali secara pribadi, tetapi semuanya ditolak.

Dalam hal ini, Brian memiliki prinsipnya sendiri, meskipun sahabat karib, tetap tidak bisa mengabaikan martabat seorang pria.

Sandiyo memegang dadanya dan berteriak kesakitan, "Buset, kamu makan pil penguat? Sakit setengah mati, tahu!"

"Maaf, a ku terlalu bersemangat karena melihat kamu jadi terlalu kencang pukulnya." Belum lama ini Brian mencapai tahap fondasi dasar, dia tidak terlalu mahir dalam mengendalikan kekuatan, barusan kekuatannya menmang agak kuat.

"Kakak Kedua, bagaimana kalau aku pijat kamu?!"

"Idih, dasar bajingan, memang tempat ini bisa kamu sentuh sesuka hati?"

Sandiyo menarik Brian untuk duduk di bangku di sebelah mereka lalu berkata, "Aku tidak melihatmu selama liburan, kamu sibuk apa? Kamu bekerja paruh waktu di banyak tempat lagi?"

"Aku sudah bilang selama kamu kuliah, kakakmu ini yang akan membiayaimu, tapi kamu ini memang keras kepala, tidak pernah terima."

Brian tertawa, "Bukannya aku tidak terima, itu karena kamu membayar harga yang terlalu rendah."

Meskipun dia hanya bercanda, dia masih tersentuh oleh perhatian Sandiyo.

"Lupakan saja, aku tahu kamu jaga gengsi, jangan bicarakan ini lagi." Sandiyo bertanya, "Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu juga datang untuk wawancara dokter magang?"

Brian berkata, "Kamu salah, aku datang untuk menjadi juri."

"Sialan, sekarang kamu membual tanpa perubahan ekspresi sama sekali." Sandiyo berkata, "Rumah Sakit TCM adalah salah satu rumah sakit utama kita di Kota Jasin, ingin masuk dengan mengandalkan koneksi juga susah, kamu masih ingin menjadi juri, kamu mimpi,'kan?"

Brian tidak menjelaskan terlalu banyak. Dia berkata, "Lalu kenapa kamu datang? Kamu juga datang untuk mengikuti wawancara?"

"Aku tidak ingin datang, ayahku yang memaksaku datang. Ambisiku adalah menjadi konglomerat tapi dia bersikeras menjadikan aku dokter. Dia benar benar menyusahkan anaknya sendiri."

Cita cita ayahnya Sandiyo adalah menjadi dokter saat itu, tetapi sayangnya tidak terwujud, sekarang dia ingin putranya memenuhi keinginannya untuknya, tetapi Sandiyo tidak menyukai profesi dokter.

Brian berkata, "Sebenarnya kamu ingin lulus tidak? Aku adalah seorang juri, tidak masalah untuk membantu sobat sendiri."

"Semakin seru saja kamu membual," kata Sandiyo. "Aku tidak ingin menjadi dokter. Setelah lulus dari perguruan tinggi, aku akan berbisnis dengan ayahku. Siapa pun yang meluluskanku berarti menyusahkanku."

Brian mengenal temperamen sobatnya dengan baik, sehingga tidak mengatakan apa-apa lagi. Sandiyo berkata, "Ngomong-ngomong, aku baru saja bertemu Lancy di lantai bawah, dia bersama pria lain. Apa yang terjadi?"

Mereka bertiga sekelas, Sandiyo tahu betul tentang hubungan antara Brian dan Lancy.

"Kami sudah putus."

Kata Brian acuh tak acuh.

Sandiyo berkata dengan marah, "Wanita itu mengkhianatimu? Kakakmu ini akan membantumu melampiaskan emosi."

Brian meraihnya dan berkata, "Lupakan saja, masa lalu sudah berlalu, aku tidak ingin ada hubungan lagi dengan dia."

Sandiyo berkata, "Betul juga, aku sudah bilang kalian berdua tidak cocok, tapi kamu tidak mendengarkanku. Lain kali aku akan carikan cewek yang lebih baik untukmu."

Pada saat ini, seorang perawat membuka pintu ruang konferensi kecil dan berteriak ke luar, "Wawancara akan segeraa dimulai, yang ingin berpartisipasi dalam wawancara magang segera daftarkan diri."

Sandiyo berkata, "Ayo, kita masuk. Formalitas tetap diperlukan, kalau tidak, ayahku akan mematahkan kakiku saat aku pulang."

Keduanya berjalan ke ruang konferensi bersama, lalu Sandiyo menarik Brian sambil menunjuk pada dua kursi di baris terakhir dan berkata, "Kita duduk di sini saja."

Brian berkata, "Kakak Kedua, duduk di sini dulu, aku harus ke depan."

Sandiyo berkata, "Jangan membuat masalah. Semua juri sudah duduk di atas panggung, kalau kamu membuat masalah lagi, itu akan memengaruhi nilaimu."

Pada saat ini, Wendy dan Lancy yang duduk di sebelah mereka juga melihat Brian.

Ekspresi Lancy berubah dan dia berkata, "Dia benar benar datang untuk mengikuti wawancara!"

"Tidak ada gunanya dia datang, tidak mungkin dia lulus selama ada aku, kebetulan kita bisa melampiaskan emosi."

Wendy bukan magang yang ikut wawancara, dia tidak memenuhi syarat untuk duduk di sini, tetapi dia adalah keponakan Wilson dan dia akrab dengan perawat kecil di sini, jadi dia ikut masuk dengan Iancy.

Lancy berkata dengan kesal, "Ya, beri tahu pamanmu, dia tidak boleh lulus."

Meskipun dia telah putus dengan Brian, dia tidak ingin pria ini sukses. Semakin susah hidup pihak lain, semakin bahagia dia.

"Aku akan mengirim pesan ke pamanku sekarang, nanti langsung beri nilai nol dan usir dia keluar."

Saat Wendy berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan hendak mengirim pesan ke Wilson, tetapi pada saat ini, dia melihat Brian berjalan ke arah juri dan duduk di kursi tengah.

1
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz jooooz gandos lanjut terus Thor semangat semangat semangat
Syahrian
😍
Syahrian
🙏👍
Syahrian
👍
Syahrian
💪🙏
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor
Aman Wijaya
markotop top top top lanjut terus
Aman Wijaya
mantab Brian
Aman Wijaya
mantab Thor lanjut
Aman Wijaya
semangat Brian jadilah orang yang rendah hati dan bantu orang yang membutuhkan jasa akupunktur demi semua orang yang membutuhkan
Aman Wijaya
lanjut
Aman Wijaya
mantab lanjut terus
Syahrian
💪🙏
Syahrian
💪
Angah Carlos
Jasin Melaka
Syahrian
👍
Syahrian
💪
Gege
remake ceritanya kereen tor.. alurnya mirip bangeed.. semangaatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!