Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga bejat, dipaksa menikahi Lin Xue, gadis cantik namun cacat dan sekarat.
Dipertemukan oleh takdir pahit dan dibuang oleh keluarga mereka sendiri, Jian Feng menemukan satu-satunya alasan untuk hidup: menyelamatkan Lin Xue. Ketika penyakit istrinya memburuk, Jian Feng, yang menyimpan bakat terpendam, harus bangkit dalam kultivasi. Ia berjanji: akan menemukan obat, atau ia akan menuntut darah dari setiap orang yang telah membuang mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33- Feng kau gila?
DI ALAM BAWAH SADAR:
Jian Feng, yang kini sadar, tampak tiduran santai di lantai void hitam, menyilangkan kedua tangannya di belakang kepala. Ekspresinya menunjukkan kelegaan total.
"Bagus, Feng! Rasanya aku malas sekali harus menghadapi kroco seperti mereka. Tapi sekarang waktunya aku mengambil alih. Aku harus berurusan dengan anak-anak yang kau selamatkan itu." kata Jian Feng, nadanya kembali datar.
Sisi gelapnya, Feng, langsung melompat dari sudut kegelapan. Ia tampak kecewa. "Ck, tidak seru! Padahal aku masih ingin membunuh lebih banyak manusia! Tadi itu baru pemanasan, harusnya kita bakar seluruh hutan!"
Feng menarik napas, lalu menyeringai lebar. "Tapi ya sudahlah. Seorang villain terkeren sepertiku memang harus jarang tersorot kamera."
Jian Feng langsung duduk tegak. "Kamera? Apa itu? Istilah apa itu? Kenapa kau menjadi aneh seperti ini?"
Feng semakin sering berbicara menggunakan istilah aneh yang tidak ada di dunia kultivasi mereka, membuat Jian Feng sangat bingung.
Feng tampak tersenyum mengejek, melipat tangan di dada. "Ha, tentu saja karena aku mempunyai mata yang tidak dimiliki oleh semua orang di dunia ini. Apa kau tahu aku dapat melihat apa? Aku melihat kebenaran dari dunia ini. Aku dapat melihat mereka yang saat ini sedang menatap kita dari atas langit. Mereka disebut Pembaca!"
Feng menunjuk ke atas, ke kehampaan yang tak terlihat. "Mereka yang memutuskan nasibmu, Jian Feng! Mereka yang menikmati penderitaan dan dendammu!"
Jian Feng menggeleng, merasa pusing. "Sepertinya kau memang gila, Feng. Kau benar-benar sudah tidak waras. Ah, lebih baik aku pergi. Dasar gila!" Jian Feng tidak mengerti, ia merasa Feng hanya mencari alasan untuk menakutinya. Ia segera menarik kembali kesadarannya dan pergi dari alam bawah sadar.
***
Ketika Jian Feng sadar, ia kembali melihat anak-anak kecil yang ketakutan di dalam peti karavan. Aura Petir di sekitarnya meredup, matanya kembali menjadi hitam pekat.
"Ayo kita bawa mereka pulang." kata Jian Feng, nada suaranya kembali lembut, sangat kontras dengan teriakan gila Feng beberapa menit yang lalu.
"Iya, kasihan sekali mereka." Lin Xue tampak sangat sedih melihat mata polos anak-anak itu.
Jian Feng mengambil semua koin emas dan perak dari mayat Zoq (dia tidak mungkin membiarkan uang itu sia-sia), lalu pergi dari sana, meninggalkan mayat Zoq diikat di pohon sebagai peringatan. Ia menggendong Lin Xue di punggung, sementara anak-anak itu dipaksa berjalan ketakutan mengikutinya.
"Jian Feng, kenapa tadi kau seperti orang gila?" Lin Xue bertanya, suaranya pelan dan penuh keraguan.
Jian Feng bingung harus menjawab apa. Ia tidak mungkin menjelaskan tentang sisi gelapnya yang ingin membantai semua orang. "I-itu memang sedang seru saja. Mereka mengkhianati kita, wajar kalau aku marah."
Mereka pun membawa anak-anak itu kembali ke Kota Batas Awan dan menyerahkan mereka ke Balai Kota, tanpa menjelaskan detail kekejaman yang telah terjadi.
***
Setelah Jian Feng dan rombongannya pergi dari lokasi pembantaian Zoq dan para bandit, beberapa kelompok dengan jubah hitam muncul di sana. Mereka bukan kultivator biasa; mereka adalah anggota jaringan perdagangan gelap yang sangat terorganisir.
Mereka mengamati mayat-mayat bandit yang hangus dan Zoq yang menjadi abu.
"Api Petir... dan kekuatan yang luar biasa. Siapa yang berani melakukan ini? Berani-beraninya mereka mengganggu bisnis kita." ucap salah satu orang berjubah hitam, suaranya kasar.
"Cari tahu siapa orang itu," perintah pemimpin kelompok itu. "Kita mudah mencari anak-anak itu karena mereka sudah diberi tanda pelacak di jantung mereka."
Wajah pemimpin itu menyeringai dingin. "Orang bodoh itu mengira dia menyelamatkan mereka. Sekarang, kita hanya perlu mengikuti jejaknya. Cari tahu siapa yang berani memiliki Qi Petir sekuat ini."
Mereka pun menghilang dengan cepat, mengikuti jejak Qi anak-anak itu menuju Kota Batas Awan. Jian Feng, tanpa sadar, baru saja menarik musuh yang jauh lebih mematikan daripada Sekte Api Merah.