Mohon dukungan 😁😁
Like,komen dan vote ya cinta 👌👌👌
Aku Mawar Paramitha tidak percaya dengan ada nya Tuhan,Lalu mengapa aku diminta untuk percaya pada CINTA???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma mossely, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33.Who You
Ketika Arthur kembali,semua orang sudah terlelap di kamar masing-masing.
Arthur tidak langsung masuk ke dalam kamar nya,tidak.Lebih tepat nya kamar mereka.
Dia membawa langkah kaki nya menuju ruang kerja berada.Setelah masuk,dia memilih duduk di sofa mahalnya.
Tubuh nya sepenuh nya bersender ke bantalan sofa,mata elang nya menatap kearah tangan nya yang kini dibalut perban.
"Siapa kau??"
Tanya nya dengan lirih namun tatapan nya tidak lepas dari tangan nya.
Masih hangat didalam ingatan Arthur tentang ekspresi kejam Mawar saat menyerang nya.
Mata itu kejam dan tanpa perasaan.
"Jika hanya seorang perempuan biasa,dia tidak akan setenang itu saat menghadapi kematian.Tetapi jika dia adalah seseorang yang berbahaya, apa tujuan nya?"
Arthur sibuk menerka-nerka di dalam hatinya.
Tak
Tak
Samar telinga Arthur mendengar suara aktivitas yang sepertinya berasal dari dapur.
Kening nya berkerut dalam.
Siapa yang berada di dapur larut malam begini?
Arthur melirik jam di pergelangan tangan nya yang tengah menunjukan waktu pukul satu malam.
Karna rasa penasaran nya,Arthur memilih bangkit dari duduk nya dan keluar dari ruang kerja.Dia ingin melihat siapa yang bangun di tengah malam begini.
Arthur berjalan dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara sedikit pun,dia tidak ingin membuat keributan yang tidak perlu.
Apalagi Kakek nya memiliki insomnia yang akut,jika tidurnya terganggu sedikit saja maka akan sangat sulit baginya tidur kembali.
Saat Arthur mati-matian menahan langkah nya agar tidak terdengar,tiba-tiba suara mendesis terdengar dari dapur.
Lalu disusul oleh aroma lezat dari makanan yang menggugah selera.
Arthur mempercepat langkah nya,hingga akhirnya dia sampai di pintu penghubung antara dapur dan ruang makan.
Disana ,wanita itu tengah sibuk berkutat dengan panci ditangan nya.
Rambut sebahunya hanya diikat sembarangan,kulit coklat nya dibiarkan terekspose karna Mawar hanya mengenakan kaos pendek tanpa lengan.
Beserta celana training murahan yang sudah menjadi ciri khas nya.
Mawar sama sekali tidak peduli jika tindakan nya membuat seisi rumah bangun.
Yang ada dipikiran nya saat ini adalah makanan.
Ya.
Mawar yang terlihat dingin dan tidak berperasaan mempunyai kebiasaan makan yang menakutkan,terutama saat suasana hati nya sedang buruk.
Setelah memastikan mie rebus nya matang,Mawar kemudian mematikan api dan membawa panci yang berisi mie rebus itu keatas meja.
Dan diatas meja juga sudah ada tumis sayur bawang putih,udang asam manis,daging babi cincang pedas dan nasi putih hangat.
"Aku tidak akan menaruh racun didalam makanan ini,karna aku juga ikut memakan nya.Tetapi jika kau tertarik untuk mencoba maka duduk lah."
Mawar berbicara tanpa memandang Arthur.
Suara nya seperti biasa,datar dan tidak berperasaan.
Arthur sama sekali tidak terkejut ketika Mawar menyadari keberadaan nya,karna mulai dari kejadian di club tadi.Arthur telah memandang Mawar dengan cara yang berbeda.
Mawar tidak peduli apakah Arthur akan bergabung dengan nya atau tidak.
Dia mulai menikmati makan malam yang sangat terlambat.
Kruyukkk
Perut Arthur tiba-tiba berbunyi membuat suasana yang sudah hening terasa semakin hening.
Arthur sangat bersyukur karna Mawar sama sekali tidak mengangkat wajah nya dari mangkuk nya,jika tidak Mawar pasti akan melihat betapa memalukan nya dia saat ini.
Namun demi cacing-cacing diperutnya,akhirnya Arthur melangkah mendekati meja makan.
Arthur tampak selera melihat makanan diatas meja,dia mulai mengisi piring nya sendiri dan mulai menikmati suapan pertama nya.
Pedas,gurih,asam,manis dan asin nya sangat pas dilidah Arthur.Baru kali ini dia menyukai rasa tajam seperti ini.
"Kau lumayan bisa diandalkan saat memasak."
Meskipun dengan nada yang datar,namun apa yang dikatakan oleh Arthur adalah tulus.
Hal itu terbukti dari tangan nya yang tidak berhenti memasukkan makanan kedalam mulut nya.
Enak.
Lezat.
"Aku wanita,jadi tentu saja bisa diandalkan."
Mawar hanya menjawab dengan cuek.
Mereka tampak harmonis ketika dilihat dari jauh.
Tetapi seperti nya ketenangan itu hanya mampu bertahan sekejab saja,karna didetik berikutnya terdengar dengusan kesal dari arah pintu.
Cih.
"Dasar cucu kurang ajar! Menikmati makanan tanpa mengajak ku."
Entah sejak kapan Riodrigo sudah berdiri di dekat mereka.
Rambut nya tampak kusut,terlihat jelas dia baru bangun tidur.
"Masih ada banyak disini,jika Kakek mau,makan lah."
Mawar segera bangkit dan mengambilkan piring dan segelas air putih hangat untuk Riodrigo.
"Karna kau sangat memaksa,maka dengan berat hati aku menyetujui nya."
Masih dengan sikap angkuh nya,Riodrigo melangkah cepat ke meja makan.
Mawar memilih tidak menanggapi ucapan Riodrigo.Dia dengan cekatan menyendok nasi beserta lauk pauk nya,lalu menyajikan nya kepada Riodrigo.
Cih.
"Dasar anak nakal! Lihat lah siapa yang lebih peduli kepada ku.Sementara kau hanya sibuk memikirkan perut mu sendiri."
Arthur berpura-pura tidak mendengar kata-kata sindiran dari Sang Kakek.
Tangan nya masih fokus berpindah dari mangkuk yang satu ke mangkuk yang lain.
"Sialan!"
Riodrigo juga tidak mau kalah,dia segera memasukkan suapan pertama kedalam mulut nya.
Mata nya segera melebar begitu merasakan nikmat nya masakan Mawar.
Riodrigo mengganggukkan kepala nya berulang kali,namun tangannya tidak lebih lambat dari tangan Arthur.
"Makan perlahan,tidak ada yang akan merebutnya dari Kakek."
Mawar mengingatkan Riodrigo agar tidak terlalu rakus.
"Aku bahkan makan dengan lambat,salahkan suami mu yang makan terlalu cepat."
Mawar memutar mata nya dengan jengah.
Pria tua ini memperlakukan dirinya seolah-olah buta.
"Kakek tidak baik makan pada malam hari seperti ini,kami masih muda,masih memiliki tenaga untuk berolah raga."
Akhirnya Arthur meletakkan sendok nya dan duduk dengan puas.
Dia yang biasanya sangat disiplin tentang makanan,kini melanggar aturan nya sendiri.
Brak.
Riodrigo sangat tersinggung dengan ucapan Arthur.
"Oh! Aku sudah sangat tua,ya? Lalu jika sudah tua,bagaimana? Lagi pula ada apa dengan kebanggaan mu tentang olah raga itu?"
Riodrigo tersinggung dengan ucapan Arthur.
Tidakkah bocah ini mengetahui jika dimasa mudanya,Riodrigo merupakan sosok pria yang sangat populer?
"Kau sangat angkuh saat berbicara kepada ku.Tetapi kau sendiri sangat tidak berguna,bukan saja tidak bisa 'tahan lama',bahkan untuk 'berdiri' saja, aku ragu kau mampu."
Mawar segera menambahkan sepotong daging kepiring Riodrigo.
"Makanlah yang banyak"
Kata nya penuh perhatian.
Lagi pula Mawar dapat merasakan jika kalimat yang diucapkan oleh Riodrigo begitu familiar di telinganya.
"Siapa yang mengatakan jika aku tidak bisa berdiri dan tahan lama.Aku bahkan mampu melakukan nya hingga berjam-jam."
Arthur masih tidak menyadari arah dan tujuan pembicaraan Kakek nya.
"Oh! Begitu? Mengapa aku tidak mempercayainya?"
Riodrigo mengabaikan cucu nya ini,dan malah sibuk menikmati makanan di piring nya.
"Bukankah selama ini...."
Tiba-tiba ucapan Arthur terhenti sejenak.Matanya mendadak melebar ketika dia akhirnya memahami maksud dari perkataan Riodrigo.
Ck.
Arthur berdecak kesal.
Tidakkah kakeknya ini menyadari jika di meja ini ,tidak hanya ada mereka berdua.Melainkan ada Mawar juga.
Oh,Arthur.
Andai saja dia mengetahui jika pelaku yang berhasil membuatnya disalah pahami saat ini adalah Mawar.
"Bagaimana? Kau sudah sadar?"
Riodrigo menatap Arthur dengan pandangan yang begitu meremehkan.
"Aku kenyang."
Arthur tidak ingin lagi memperpanjang percakapan sialan ini.Dia segera berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Melihat cucunya yang tidak berbakti pergi,Riodrigo terkekeh geli.
"Kau tampak sangat senang membuat cucu mu marah."
Mawar tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar.
"He he, bukankah suami mu itu sangat mudah diganggu? Dia bahkan tidak bisa menang melawan pria tua seperti ku."
Riodrigo persis seperti anak kecil yang sedang gembira ketika dia memenangkan sebuah permainan.
Cih.
"Bukankah itu karena kau terbiasa curang?"
Uhuk
Riodrigo tersedak ketika mendengar kalimat tuduhan dari Mawar.
Mawar segera menuangkan secangkir teh hangat,dan memberikannya kepada Riodrigo.
"Minumlah secara perlahan."
Katanya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Riodrigo tampak cemberut,dia merasa sangat dirugikan malam ini.
♧♧♧♧♧♧
Pulau Pelangi.
Alea yang dicari oleh semua orang ,saat ini tengah terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.
Disebelahnya tampak seorang pemuda tampan,tengah duduk sembari menggenggam jemarinya yang cantik dan lentik.
"Bagaimana perasaan mu,sayang?"
Mata Restu tampak menampilkan sebuah kehangatan dan perhatian kepada Alea,layaknya seorang kekasih.
"Aku masih merasa kurang nyaman diperut ku,kak.Aku takut sekali."
Air mata membasahi wajah cantik nan pucat milik Alea.
Shuttt
"Maaf sayang,aku harus menyakiti mu seperti ini.Namun kita tidak bisa mengizinkan anak ini lahir,setidaknya tidak untuk sekarang.Aku masih harus meraih kursi itu,supaya aku dan kau bisa hidup bahagia berdua,tanpa gangguan siapapun."
Kata-kata yang sangat manis sekali.
Ya.
Alea dan Restu adalah sepasang kekasih.
Lebih tepatnya kekasih gelap.
Karena Alea sudah lebih dahulu menjadi kekasih dari Arthur.Namun demi sebuah tujuan,Restu tanpa henti mengejar Alea,hingga akhirnya Alea jatuh hati kepadanya.
Jika Arthur adalah kekasih yang bisa dipamerkan kehadapan publik,maka Restu adalah pria yang bersedia menjadi pemuas Alea.
Kepergian Alea yang mendadak kali ini adalah karena dia tidak sengaja hamil anak Restu.
Dan hal ini tidak boleh diketahui oleh siapapun,tidak sebelum Restu bisa menduduki posisi CEO di WIJAYA CORPORATIONS,menggantikan Arthur.
Setidaknya, seperti itulah yang selalu dikatakan oleh Restu kepada Alea.
Sehingga dengan satu kalu bujukan,Alea bersedia menggugurkan kandungannya di pulau terpencil ini.
"Asalkan kakak selalu bersama ku,dan menepati janji untuk menjadikan aku ratu disinggasana mu,maka pengorbanan ini sangat layak."
Alea sama sekali tidak merasa sedih karena baru saja melenyapkan satu nyawa dari kehidupannya.
Baginya,anak itu memang harus berkorban.
Cup.
"Terimakasih atas pengertian mu sayang,aku sangat mencintai mu."
Alea tersipu ketika Restu tanpa berpikir panjang,menciumnya padahal ada seorang perawat bersama dengan mereka saat ini.
"Kakak."
Lirihnya dengan manja.
Restu hanya tersenyum dengan lembut,namun jika Alea mau memahami tatapan mata Restu sedikit lebih dalam,maka dia akan menyadari jika senyum Restu sedikitpun tidak sampai dimatanya.
Namun Alea sama sekali tidak menyadarinya.
Dia terlalu hanyut dalam fantasinya sendiri.