Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 Pria Dalam Satu Tempat
Kamipun telah meluncur ketempat klien perusahaan ternama dalam bidang pemotretan. Dikarenakan perusahanku telah bekerjasama untuk menyewakan baju, jadi aku harus ikut andil dalam pemilihan baju yang bagus dan pas, sebab ini demi memajukan perusahaanku juga, agar lebih memperkenalkan produk pakaian dari tempatku. Dio hanya mengikuti dari belakang, saat langkah lebarku telah tergesa-gesa menuju tempat pemotretan, sebab ini sudah telat akibat janjian jam sembilan, tapi ini malah datang terlambat jam setengah sepuluh.
Ceklek, "Permisi!" sapaku pada semua orang, saat mata mereka sibuk melihat jalannya pemotretan.
"Hai Dilla. Hey, sini ... sini," panggil bos pemotretan, melambaikan tangan.
"Oh, iya ... iya. Sebentar," jawabku dari kejauhan.
Dengan segera aku menghampiri orang yang memanggil tadi, dan langsung berbalik menjawab lambaian tangan beliau.
"Nah ini, orang yang aku tunggu-tunggu dari tadi. Kamu kok lama banget datangnya?" keluh bos pemotretan.
Tangan langsung menjabat. Semua orang sudah kukenal dengan baik dan mereka cukup ramah.
"Maaf om, aku tadi ada kerjaan sedikit diperusahaan," alasanku berbohong.
"Ya sudah, gak pa-pa. Oh ya, aku akan kenalkan dari perusahaan lain juga, yang kemungkinan kalian sudah mengenal dari sesama perusahaan, sebab mereka terkenal juga diperusahaannya," tutur beliau menjelaskan.
"Siapa sih? Aku kok jadi penasaran," jawabku.
"Adalah. Nanti juga kenal."
Beliau berjalan geser sedikit. Mencoba memanggil seseorang dibalik pintu sebelah.
"Pak ... Pak sini!" panggil bos pemotretan berteriak memanggil orang.
"Iya, Om. Ada apa?" jawab orang yang
dipanggil sudah menghampiri kami.
"Aku hanya ingin kalian sama-sama berkenalan, atas bos pemilik baju-baju sewaan itu," cakap bos pemotretan.
Netra mulai fokus melihat beberapa model yang mulai melakukan sesi pemotretan, tapi yang dilakukan pertama kali adalah uji coba pemotretan.
"Hey, cantik. Ini orang yang aku maksud tadi. Kenalkan dia?" Suara Bos besar.
"Kenal saya-?" Suara tertahan sambil ingin menjabat tangan.
"Kamu?" Suara Joan kaget
"Kamu?" jawabku sudah menoleh ke arahnya.
"Kalian kelihatannya sudah saling kenal.
Baguslah kalau begitu, berarti kerjaan kita akan lancar-lancar saja hari ini."
"Iya, kami memang sudah saling kenal."
Aku hanya bisa memberi senyuman kecut tapi menghargai, pada bos pemotretan.
Wajah Joan kelihatan senang tapi juga kesal, saat melihat Dio telah hadir disampingku juga.
Dan tak kalah mengejutkan lagi, ternyata aktor pria yang memakai produk pakaian perusahaanku adalah Reyhan. Dia mulai berjalan santai ke arahku, diiringi beberapa model wanita yang habis keluar dari ruangan ganti baju.
"Aaah, situasi apa lagi ini? Kenapa Joan dan Reyhan bisa ketemu aku disini. Jangan sampai keributan seperti tadi malam terjadi lagi, sebab itu akan mencorengkan nama baikku. Ya Allah, semoga acara ini cepat selesai dan lancar, sebab aku tidak mau mereka ribut lagi gara-gara diriku," doaku dalam hati, terasa sedikit cemas.
Posisi studio pemotretan agak mendingan jauh. Saat Reyhan melakukan sesi pemotretan sering kali dia melihat kearahku, dengan tatapan penuh ketajaman. Sedangkan Joan berkali-kali melirik, diiringi dengan mulut terbungkam rapat.
Kami bertiga saling mencuri-curi menatap, tapi terasa leganya aku berdiri agak jauh dari mereka berdua. Dio sudah melihat kearahku dengan serius juga, tapi aku hanya pura-pura tak mengetahuinya. Aku tahu kalau Dio khawatir sekali atas diriku, yang dalam keadaan terjebak oleh pacar lagi. Wajah tetap kuusahakan untuk tenang, sebab semua tak ingin terjadi kekacauan lagi, saat ingin memajukan dan membanggakan nama perusahaan.
"Kamu baik-baik saja 'kan, Non?" tanya Dio
Kelihatannya yang paling khawatir adalah dia.
"Aku baik, Dio."
"Tapi kelihatan sekali kalau wajah kamu itu seperti gelisah? Ada aku disini, kamu tidak usah takut, dan tenangkan dirimu supaya tak mengacaukan acara ini," ujar Dio berusaha menghibur.
"Terima kasih, Dio. Huffff, iya. Semoga semua baik-baik saja."
Sampai pada akhirnya pemotretan dengan tema baju pengantin dari perusahaan akan dimulai. Lagi dan lagi, Reyhanlah yang akan menjadi model prianya dalam pemotretan.
"Kamu harus mencium bibir si mempelai wanita," suruh bos pemotretan.
"Apa? Enggak ... enggak, aku ngak bisa!" tolak Reyhan, dengan mata menatap ke arahku.
"Kenapa ngak bisa? Kamu harus profesional dalam perkerjaan ini. Takkan tadi pemotretan bisa mesra berpelukan, sekarang untuk masalah kiss saja kamu menolaknya. Bukannya artis terkenal seperti kamu sering melakukannya?" Bos masih kekuh.
"Iya juga sih, tapi sekarang punya alasan tersendiri kenapa tidak bisa."
"Kami tidak mau tahu. Kamu harus selesaikan pekerjaan ini, atau kontrak kita akan batal. Ini semua demi kualitas foto, agar kelihatan nyata kalau kalian itu pasangan pengantin yang serasi" ancam bos pemotertan.
"Aahgh, kenapa harus ciuman? Apa tidak ada yang lain," Kekesalan Reyhan protes.
"Ngak ada."
"Ayolah, Bos."
"Tetap harus profesional."
"Tapi-?" Reyhan berusaha menawar.
"Mau lanjut apa ngak, adegannya? Kalau ngak, aku sudah siap akan membatalkan kontrak segera. Lagian kamu ngak usah berpikiran yang aneh-aneh, sebab ini hanya pura-pura," jelas bos pemotretan.
Reyhan berusaha mengajakku bicara dengan bahasa isyarat kebisuan, dan aku hanya bisa menjawab dengan menengadahkan tangan ke atas, dan kelihatan sekali kalau Reyhan begitu kesal.
"Baiklah. Ok, ini hanya pura-pura, tapi hanya satu adegan saja 'kan?"
"Iya, bawel. Satu saja."
Aku yang berharap Reyhan tidak akan melakukan itu, harus menahan kekecewaan. Dugaan ternyata sangat meleset. Mungkin Reyhan juga binggung atas pilihan ini. Pekerjaannya sekarang penting, jadi dia juga merasakan pilihan yang sulit.
Dengan perlahan-lahan bibir Reyhan sudah mulai mendekat ke bibir model wanita. Sebab aku tak kuasa jika melihatnya, sampai pada akhirnya lengan baju Dio berusaha kuremas-remas secara kuat, dengan wajah berpaling melihat ke arah tubuh belakang Dio, supaya tidak melihat adegan yang menurutku tak perlu dilakukan. Dio berusaha meletakkan tangannya diatas telapak tanganku, dengan tujuan supaya aku bisa menerima dan sabar atas adegan yang Reyhan lakukan.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️