Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.
Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.
Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.
Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?
Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beauty and The Beast 16
Brakk... Prang... Bruk...
Suara pecahan, hantaman, dan benturan menggema di seluruh ruangan. Saga mengamuk mendapati Nirmala telah pergi dari mansion, terlebih tidak ada satu pun pengawal yang tahu saat Nirmala keluar dari mansion.
"Bodoh kalian semua! Menjaga gadis kecil seperti Nirmala saja bisa kecolongan!" bentak Saga.
Bagaimana tidak mengamuk? Lebih dari tiga puluh orang berjaga di mansion, namun tidak satu pun di antara mereka yang melihat kepergian Nirmala.
"Cek CCTV!" perintah Saga dengan dada yang naik turun, menandakan dirinya sangat emosi.
Ace, selaku asisten, hanya bisa diam berdiri di belakang Saga sambil melipat kedua tangannya ke belakang, menikmati adegan demi adegan sang bos menghajar puluhan anak buahnya hanya demi seorang Nirmala.
"Maaf, Bos. Semua CCTV mati, hanya CCTV yang berada di balkon saja yang berfungsi," ucap salah satu anak buahnya dengan nada bergetar sambil menyerahkan laptopnya.
Saga meraih laptop tersebut. Ia melihat Nirmala berdiri di balkon malam itu, terus mengusap pipinya, dan tangannya menggenggam erat hingga terlihat memutih, semua itu tak luput dari pandangan Saga.
Ia menelisik jam dan tanggal yang tertera di pojok layar, tanggal dan jam yang sama saat ia baru saja keluar menemui Isabela pada malam itu.
Apakah Nirmala melihatnya? Melihat semuanya? Saat di mana ia dipeluk oleh Isabela?
Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepalanya, membuatnya limbung. Ia menjatuhkan diri di kursi sambil memijat keningnya.
"Apakah ini semua sudah kamu rencanakan, Nirmala? Di mana rasa terima kasihmu setelah aku menjagamu selama dua malam ini?" gumam Saga.
Ia sangat menyayangkan perbuatan Nirmala yang memilih pergi dari sisinya. "Lacak nomor teleponnya," perintah Saga.
"Ma-maaf, Tuan, apakah Tuan memiliki nomor telepon Nona?" tanya anak buahnya dengan ragu-ragu. Saga memejamkan matanya erat, penyesalan kini muncul di benaknya.
Selama Nirmala bersamanya, kenapa tidak terpikirkan olehnya untuk meminta nomor ponsel gadis itu? Dan apakah gadis itu memiliki ponsel? Karena selama berada di dekat Saga, Nirmala sama sekali tidak memegang benda pipih itu.
Ace tersenyum sinis. Jika bisa, ia ingin menjitak kepala Saga sekarang juga. Ia hanya berdiam diri, tapi di dalam dirinya ada gejolak dan setan yang berbisik, "Jitak saja kepala Saga! Pria yang berkuasa, tapi bodoh dalam mengelola perasaan." Setan saja mendukung jika Ace menjitak kepala Saga apa lagi Author
?
******
Di sebuah apartemen di lantai lima, seorang wanita tengah duduk bersantai sambil menikmati kopi latte-nya. Dengan asap yang masih mengepul, Nirmala perlahan menyeruput kopi tersebut dan sesekali tersenyum.
Ia meraih map merah di hadapannya, membuka lembaran demi lembaran. Kini, namanya telah berubah menjadi Alexa Maxim, anak bungsu keluarga Maxim.
Nirmala tersenyum puas dengan hasil kerja Isabela. Begitu besar niatnya untuk menjauhkan dirinya dari Saga.
Malam ini, Nirmala harus bersiap mengunjungi rumah keluarga Maxim, karena identitasnya kini adalah bagian dari keluarga tersebut.
Usai membersihkan diri, Nirmala, atau lebih tepatnya Alexa, sudah siap. Ia mengenakan long dress hitam bertabur swarovski di seluruh bagiannya, dengan belahan dada rendah dan belahan samping kanan dari lutut hingga ke bawah.
Mungkin jika saat ini ia berada di hadapan Saga, ia akan dilahap oleh pria itu dengan rakus. Ya, kini dirinya tampil seksi, dengan aura yang memikat.
Perlahan, ia memasuki mobilnya, berkendara membelah jalanan di tengah hiruk pikuk kehidupan malam di kota B.
Seperti burung yang terbang bebas tanpa beban, ya, begitulah yang dirasakan oleh Nirmala, alias Alexa.
Sesampainya di halaman, ia sudah disambut oleh beberapa penjaga. Dengan sopan, penjaga itu membukakan pintu mobil untuk Alexa dengan tangan yang merentang di atas kepala Alexa, menjaga agar kepala nona bungsunya tidak kejedot atap mobil.
Dengan anggun, Alexa berjalan berlenggak-lenggok seperti di karpet merah.
Para penjaga bahkan ada yang sampai ternganga melihat tubuh Alexa yang bagaikan gitar Spanyol. Belum lagi rambutnya yang tertiup angin, seolah menambah aura menggoda dari seorang Alexa Maxim.
Di depan pintu, sudah ada seorang pria, yaitu Raditya Maxim, anak pertama sekaligus kakak dari Alexa Maxim. "Cepatlah, tidak usah berlagak seperti model," ucap Raditya.
Raditya Maxim dulunya adalah teman sebangku Nirmala saat masih di sekolah menengah atas.
Dulu, Raditya bertubuh gemuk dan pendek, juga berkacamata tebal. Karena itu, banyak yang mengejek dan tidak mau berteman dengan Raditya yang dulu.
Untungnya, Tuhan mengirim sosok Nirmala yang cantik dan baik hati. Nirmala pula yang selalu membela dan menolong Raditya gemuk dari ejekan teman-temannya.
Maka dari itu, saat Isabela menawarkan pekerjaan padanya, ia mau menerima pekerjaan itu, karena melihat biodata milik Nirmala yang disodorkan olehnya.
Jika saja teman-teman Raditya mengetahui bagaimana Raditya yang sekarang, mereka pasti sudah mengejarnya. Karena Raditya yang sekarang tampan, dengan tubuh atletis, rahang tegas, ditambah aroma maskulin dan kulit putih bersih.
"Kamu mengganggu kesenanganku saja," protes Alexa.
Raditya tersenyum, ia mengacak-acak rambut yang sudah ditata rapi oleh Alexa.
"Iih..." Alexa segera menyingkirkan tangan Raditya dan pergi meninggalkannya.
Raditya menggeleng pelan. "Masih sama saja seperti dulu," gumam Raditya. Ia segera menyusul Alexa masuk ke dalam rumah. Di sana sudah ada Didi dan Mami, orang tua Raditya yang memang sudah menganggap Nirmala seperti anak mereka sendiri.
Tuan Maxim dan Nyonya Angella, itulah nama orang tua Raditya.
Alexa yang asli sudah mengetahui jika identitasnya dipinjamkan kepada Nirmala. Ia pun tidak keberatan karena Nirmala juga sering membantunya mengerjakan tugas sekolah.
Bahkan, sampai sekarang pun Nirmala masih membantunya mengerjakan pekerjaan kantor, padahal Alexa sendiri adalah pemilik perusahaan tersebut.
Nirmala bahkan tidak mau dibayar sepeser pun. Ia melakukannya dengan tulus. Nirmala sudah sangat bahagia bisa memiliki tempat di hati mereka.
Makan malam berlalu dengan damai. Hanya dentingan sendok yang menggema seperti musik yang mengiringi acara makan keluarga tersebut.
Alexa "copy" sudah selesai dengan makanannya, tapi ia masih enggan beranjak dari tempat duduknya. Ia masih menunggu anggota keluarga yang lain selesai, barulah ia akan beranjak.
"Istirahatlah dulu, besok Alexa fotokopian akan memulai jalan hidupnya," ucap Anggella.
Nirmala hanya tertawa mendengar ucapan sang Mami. Ia pun mengangguk dan berjalan menuju kamar miliknya. Ya, Nirmala memang pernah tinggal di keluarga Maxim sebelumnya.
Maka dari itu, kamar miliknya masih dijaga dengan baik oleh Anggella dan Maxim. Mereka yakin pasti Nirmala akan kembali, dan itu semua terbukti, meski dengan menggunakan identitas Alexa, anak bungsu mereka.
Dan menyembunyikan Nirmala dari Saga, pria yang memang memiliki pengaruh besar. Tapi itu semua masih sebanding dengan apa yang dimiliki keluarga Maxim. Karena keduanya memiliki perusahaan raksasa yang memang tidak bekerja sama, tapi mereka berada di lantai yang sama.