Perjuangan Dalam Pernikahan Dini

Cahaya matahari mulai masuk ke kamar Willie dan Mentari. Tapi kedua anak manusia itu masih belum ada yang bangun. Mungkin terlalu nyaman dengan posisi tidur mereka berdua.

Willie mengerjapkan matanya beberapa kali karena pantulan cahaya matahari. Rasa pusing di kepalanya sudah mulai berkurang.

Saat dia melihat ke samping Willie melihat satu sosok gadis yang tengah tertidur pulas dalam dekapannya.

“cantik” gumam Willie untuk kesekian kali nya tanpa sadar.

“Enggh” lenguh Mentari terdengar, yang menandakan kalau dia akan bangun.

Willie yang mendengar lenguhan gadis itu langsung saja menutup kembali matanya rapat-rapat menghadap pada Mentari. Seolah-olah dia masih tertidur dan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Mentari membuka matanya dan melihat sosok Willie yang masih tertidur lelap.

“Kak Willie masih tidur?” monolog Mentari sambil menatap kearah cowok itu.

“Tapi kenapa bisa aku sudah tidur di samping kak Willie? Perasaan semalam aku tidur di bawah” gumam Mentari merasa bingung.

“Sudah lah..”

Mentari menatap wajah Willie dengan begitu intens. Wajah yang sempurna dan sangat teduh saat sedang tertidur.

“Kakak ganteng kalau lagi tertidur seperti ini” gumam Mentari.

‘Itu artinya gua jelek kalau nggak tidur’ batin Willie tidak terima dengan ucapan Mentari.

Mentari mengambil handphone yang tergeletak di sampingnya. Dia terkejut saat melihat jam yang menunjukkan pukul setengah tujuhan. Setelah itu dia kembali meletakkan handphone Willie di tempatnya kembali.

Saat Mentari hendak berdiri, ia merasa tubuhnya berat seperti ada sebuah tangan yang menghimpit perutnya.

Mentari baru sadar kalau ternyata tangan kekar Willie melingkar diatas perutnya. Dia berusaha memindahkan tangan kekar tersebut dengan sangat hati-hati supaya Willie tidak terbangun.

Willie membuka matanya perlahan, ia bisa melihat wajah Mentari yang sedikit memerah dan dengan berusaha untuk memindahkan tangannya.

“Engghh” Willie pura-pura melenguh dengan menaikkan kedua tangan nya.

Membuat Mentari langsung terkejut dan mematung ditempat. Melihat Willie yang mulai membuka matanya.

“Tari” Willie memanggil Mentari dengan suara paraunya.

Mentari langsung saja menoleh pada Willie dengan wajah bengong nya. “Iya kak.”

“Lu nggak sekolah?” tanya Willie sambil berusaha mendudukkan dirinya.

“Kakak jangan bangun dulu, pasti badan kakak masih sakit” cegah Mentari, lalu mendorong tubuh Willie dengan perlahan untuk tiduran kembali.

“Gua udah nggak papa Tar” ujar Willie.

Mentari menempelkan tangan-nya di kedua pipinya lalu ke dahi Willie.

“Badan kakak kok panas gini? Kepala kakak masih sakit? Aku ambilin kompresan dulu ya kak” Mentari hendak turun dari kasur dengan terburu-buru, dia tidak menduga kalau badan Willie akan panas seperti ini.

“Tari” Willie menahan tangan Mentari.

“Gua nggak papa dan kepala gua udah nggak terlalu sakit lagi” ujar Willie.

“Lu kenapa khawatir kayak gini?” tanya Willie memancing Mentari.

“Gimana aku nggak khawatir, kalau sampai kakak sakit kan aku juga yang cemas” ujar Mentari.

“Kakak itu suami aku, jadi apa pun yang terjadi sama kakak itu adalah tanggung jawab aku sebagai seorang istri” lanjut Mentari menjelaskan dengan penuh penekanan.

Willie hanya diam saja mendengarkan ucapan Mentari yang panjang lebar. Dia tersenyum tipis mendengar ucapan gadis itu yang mengkhawatirkan dirinya.

“Udah kakak tunggu disini, jangan banyak gerak! Aku ambil kompresan dulu!” Mentari langsung saja turun dari kasur dan berjalan dengan cepat keluar dari kamar menuju ke dapur.

“Apa gua harus memberi Mentari kesempatan untuk membuktikan rasa sayang dia” gumam Willie.

Mentari kembali dengan membawa handuk dan air es di wadah kecil.

“Kakak pake ini dulu, dan jangan di lepas! Tari mau buat sarapan untuk kakak” ujar Mentari.

“Kok lu jadi keras gitu sama gua” ucap Willie ketus.

“Kalau kakak nggak di kerasin pasti kakak akan menolaknya!”

“Udah diam-diam aja di kamar” ucap Mentari ketus, ia langsung saja keluar dari kamar itu.

.

.

Di sekolah kini berita perkelahian antara Willie dan Regal sudah sampai di telinga seluruh anak-anak di SMA Cakrawala.

Mereka semua bertanya-tanya apa yang membuat Willie sampai emosi pada Regal dan sebaliknya kenapa Regal seperti mencari-cari sama dengan alumni paling famous di sekolah ini.

“Gila ngeri banget gua lihat kak Willie menghajar Regal kemarin”

“Iya bener, baru kali ini gua lihat kak Willie berantem di sekolah. Dulu selama ia sekolah mana pernah ada masalah soal perkelahian gitu.”

“Regal juga berani bangat cari masalah sama kak Willie, nggak takut di keluarin apa dia dari sekolah ini”

“Kayak nggak tahu Regal aja gimana”

“Tapi gua kira kak Willie nggak bisa berantem loh, ternyata suhu”

Omongan-omongan itu terus saja terdengar oleh Gibran dan Geral sepanjang mereka berjalan di koridor menuju ke kelas.

“Woii Gib si Willie datang nggak ke sini hari ini? Atau dia nggak masuk kuliah?” tanya Geral pada Gibran saat baru memasuki kelas.

“Nggak tahu gua, coba aja lu tanya sama ceweknya tu” tunjuk Gibran pada Natasya.

“Males banget gua harus nanya sama tu cewek” ujar Geral menatap Natasya jengah.

Natasya sendiri dari tadi menunggu Willie datang ke sekolah ini. Dia ingin meminta maaf pada cowok itu dengan bersikap manja dan sedih pada cowok itu.

“Gib, Willie hari ini nggak datang ke sekolah ini?” tanya Natasya pada Gibran.

“Ngapain nanyain Willie sama gua lu. Kan lu pacaranya, masak nggak tahu dimana Willie” balas Gibran dingin.

“Nggak usah banyak bacot lu! Tinggal jawab aja susah banget” ucap Natasya kesal.

“Gua nggak tahu!” Gibran langsung saja pergi dari sana.

“Lu ger?” tanya Natasya pada Geral.

“Lu nanya sama gua? Kalau gua tahu juga nggak bakalan gua kasih tahu sama lu” ujar Geral ketus dan menyusul Gibran pergi dari sana.

“Sialan mereka berdua!” gumam Natasya.

“Lihat aja, kalau gua udah baikan sama Willie. Gua akan nyuruh Willie untuk jauhin lu berdua” Natasya menatap tajam pada Gibran dan Geral.

Di dalam ruangan BK kini Regal tengah disidang oleh pak Monti dan juga kepala sekolah.

“Kamu tahu Regal, kamu itu sudah banyak buat ribut di sekolah ini. Dan sekarang bisa-bisa kamu berkelahi dengan Willie!” ujar pak Monti.

Regal hanya menatap gurunya itu dengan sangat santai. Seperti tidak ada rasa takut akan hukuman yang akan ia dapat dari guru BK nya itu.

“Tapi bukan saya yang mulai duluan pak! Willie yang sengaja nyenggol saya” ujar Regal memanipulasi.

Sebenarnya dia memang sengaja menyenggol Willie untuk memancing emosi cowok itu. Semua juga tahu jika Regal yang memukul Willie terlebih dahulu.

“Kamu jangan mencoba untuk memanipulasi semua ini. Saya tahu kalau kamu yang mulai terlebih dahulu” ucap pak Setya selaku kepala sekolah di SMA Cakrawala.

“Kami semua sudah melihat videonya dan rekaman cctv di tempat itu!”

‘Sial! Kenapa gua lupa kalau disana ada cctv sekolah. Dan juga siapa yang berani merekam kejadian itu’ batin Regal sambil mengepalkan tangan nya kuat.

“Pihak sekolah udah memutuskan memberikan hukuman sama kamu!” ujar pak Monti.

“Kamu di skorsing selama 3 hari!”

“Nggak bisa gitu dong pak! Saya tidak akan memulai kalau Willie tidak mengompori saya” ujar Regal tidak terima.

“Kamu nggak usah cari alasan lagi, ini udah keputusan pihak sekolah” ujar Pak Monti yang sudah mulai geram dengan Regal.

“Jangan ngatur pihak sekolah kamu Regal” ucap Pak Setya.

“Ehmm.. hanya karena dia anak donatur terbesar di sekolah ini dan alumni kebanggaan sekolah diperlakukan dengan istimewa!”

“Jalani aja hukuman kamu, dan jangan membantah lagi!” ucap Pak Monti dengan menghela nafasnya berat.

“Iya pak, kalau gitu saya minta maaf!”

Dengan wajah memerahan menahan emosi Regal keluar dari ruangan Pak Monti.

“Gimana Gal?” tanya Natasya yang sudah menunggu Regal di luar ruangan BK.

“Aku di skorsing selama 3 hari” ujar Regal santai.

“Yah terus aku nggak ketemu sama kamu selama 3 hari ini” ujar Natasya dengan wajah cemberut nya.

“Beby.. kan kamu bisa datang ke markas aku. Kalau tidak nanti aku ke rumah kamu.”

“Untuk menghabisikan malam bersama kamu lagi” bisik Regal di telinga Natasya sambil tersenyum miring.

Natasya langsung saja mencubit pinggal Regal dengan keras.

“Aku nggak mau yang lainnya tahu akan hal itu ya” ucap Natasya dengan menatap tajam Regal.

“Iya beby,, tenang saja.”

“Aku minta maaf ya soal Willie kemarin. Gara-gara dia kamu di skorsing” ujar Natasya.

“Udah aku bilang, kalau lagi sama aku jangan bahas anak itu!”

“Iya-iya deh maaf” ucap Natasya lembut.

“Kamu di skorsing, Willie juga nggak datang ke sekolah hari ini” ujar Natasya dengan cemberut.

“Malah bagus, kalau perlu sekarat tu anak biar nggak datang lagi ke sekolah ini” ucap Regal ketus.

“Maksudnya?”

Bersambung…