NovelToon NovelToon
Istri Paksa Tuan Arka

Istri Paksa Tuan Arka

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta Terlarang
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Alya, gadis kelas 12 yang hidup sederhana, terkejut saat mengetahui ayahnya terlilit hutang besar pada Arka Darendra — CEO muda paling berpengaruh di kota itu.

Saat debt collector hampir menyeret ayahnya ke polisi, Arka datang dengan satu kalimat dingin:

“Aku lunasi semuanya. Dengan satu syarat. Putrimu menjadi istriku.”

Alya menolak, menangis, berteriak—tapi ayahnya memaksa demi keselamatan mereka.

Alya akhirnya menikah secara diam-diam, tanpa pesta, tanpa cinta.
Arka menganggapnya “milik” sekaligus “pembayaran”.

Di sekolah, Alya menyembunyikan status istri CEO dari teman-temannya.
Di rumah, Arka perlahan menunjukkan sisi lain: posesif, protektif, dan… berbahaya.

Mereka tinggal seatap, tidur sekamar, dan gairah perlahan muncul—walau dibangun oleh luka.

Konflik berubah ketika masa lalu Arka muncul: mantan tunangan, dunia bisnis yang penuh ancaman, dan rahasia gelap kenapa ia sangat tertarik pada Alya sejak awal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Malam yang Nyaris Tidak Bisa Dihentikan

Setelah momen emosional di conservatory, Alya dan Arka kembali ke villa. Suasana di antara mereka dipenuhi dengan chemistry yang eksplosif dan keheningan yang sarat makna. Mereka tidak lagi berbicara tentang Tanaya, ancaman, atau pun bisnis. Semua yang ada di udara adalah pengakuan yang baru saja terukir: mereka saling menginginkan.

​Alya berjalan ke kamar tidur utama, tubuhnya masih terasa lemas karena luapan emosi, tetapi jantungnya berdebar kencang karena antisipasi. Arka mengikutinya, mengunci pintu kamar di belakang mereka. Tindakan sederhana itu terasa seperti sebuah janji, sebuah klaim baru yang kini diterima Alya.

​Arka mendekati Alya, wajahnya menunjukkan perpaduan antara kelembutan dan hasrat yang tertahan. Dia membelai pipi Alya, sentuhan itu begitu ringan, seolah takut Alya akan kembali pecah dan melarikan diri darinya.

​“Kau yakin dengan ini, Alya?” tanya Arka, suaranya dalam dan serak. Ini adalah pertama kalinya Arka meminta persetujuan Alya, bukan menuntut kepatuhan.

​Alya menatap Arka, matanya yang basah karena tangisan kini dipenuhi dengan api baru. Dia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri lagi. Dia menginginkan Arka. Dia ingin tahu apakah kelembutan yang ia rasakan di malam sakitnya itu nyata.

​“Saya tidak tahu apa yang saya rasakan, Tuan Arka. Tapi… jangan lepaskan saya,” bisik Alya. Permintaan itu adalah jawaban.

​Arka tidak perlu diyakinkan lebih jauh. Dia menunduk, mencium Alya. Ciuman ini jauh melampaui ciuman posesif atau ciuman tulus di conservatory. Ciuman ini adalah api.

​Alya membalasnya dengan seluruh kepolosan dan gairah yang ia miliki. Dia memeluk leher Arka, menarik Arka lebih dekat. Semua ketakutan tentang Arka sebagai penculik dan tuan, sejenak menghilang. Yang tersisa hanyalah Arka, pria yang menunjukkan kerentanan di hadapannya, pria yang kini diinginkannya.

​Malam yang Nyaris Tidak Bisa Dihentikan

​Arka mengangkat Alya ke pelukannya, menggendong Alya ke ranjang.

​Lampu di kamar dimatikan, hanya menyisakan cahaya rembulan yang masuk melalui jendela besar, menyinari kamar dengan keperakan.

​Arka menatap Alya, matanya gelap oleh hasrat.

​“Aku ingin kau tahu bahwa aku menghargai ini. Aku menghargai kau memilih untuk kembali padaku, Alya,” bisik Arka, sebelum menenggelamkan dirinya kembali ke dalam ciuman.

​Tangan Arka yang biasanya kuat dan dingin kini bergerak dengan kelembutan yang mengejutkan. Perlahan, Arka melepaskan dasi yang dipakai Alya—dasi sekolahnya—simbol terakhir dari kehidupan lamanya. Lalu, Arka membuka kancing atas kemeja sekolah Alya, satu per satu.

​Alya merasakan jantungnya berdebar kencang. Sentuhan Arka membakar kulitnya. Ia tidak menghentikan Arka. Sebaliknya, Alya meraih kemeja Arka yang sudah kusut dan menariknya lepas.

​Arka tersenyum kecil, senyum kemenangan yang lembut. Dia menyentuh bahu Alya yang terbuka, lalu menciumnya. Alya memejamkan mata, membiarkan sensasi itu menguasainya.

​Arka melepaskan kemeja Alya, memperlihatkan kulit bahu dan leher Alya yang halus. Arka mencium kulit itu dengan gairah yang lama ia tahan, meninggalkan jejak panas di kulit Alya.

​Alya memeluk Arka erat, tangannya melingkari punggung Arka yang berotot. Ia merasakan kekuatannya, dan untuk pertama kalinya, ia tidak takut padanya.

​Mereka berdua tenggelam dalam keintiman yang semakin panas. Sentuhan Arka menjadi lebih menuntut, ciumannya lebih dalam. Alya, yang tidak tahu apa-apa tentang gairah, hanya mengandalkan insting dan perasaannya yang baru tumbuh.

​Arka perlahan-lahan menyentuh cincin kawin di jari Alya, ciumannya mengalir turun dari leher ke bahu, menegaskan klaimnya.

​Malam itu, Alya tidak lagi merasa dipaksa. Ia berpartisipasi. Ia ingin tahu, ia ingin merasakan. Gairah yang Arka tunjukkan kepadanya berbeda dari semua yang ia bayangkan. Itu adalah gairah yang dibangun di atas obsesi, tetapi kini dipermanis oleh pengakuan emosional yang baru terjadi.

​Arka berbisik di telinga Alya, "Kau adalah milikku, Alya. Tidak ada yang akan pernah menyentuhmu seperti ini. Kau aman bersamaku."

​Alya merasakan Arka bergerak lebih jauh, sentuhannya mencapai batas yang tidak pernah mereka lewati sebelumnya. Rasa penasaran Alya bertabrakan dengan rasa takutnya yang mendalam.

​Pada saat Arka mencoba melepaskan kemeja bawah Alya, tepat sebelum segalanya berjalan terlalu jauh, Alya tiba-tiba menahan tangan Arka.

​“Tuan Arka, tunggu,” bisik Alya, suaranya tercekat.

​Arka berhenti seketika. Gairahnya yang panas terhenti. Arka menatap Alya, matanya yang gelap kini dipenuhi kebingungan.

​“Ada apa, Alya? Kau sakit?” tanya Arka.

​“Tidak,” Alya menggelengkan kepala. “Saya… saya tidak bisa. Belum.”

​Alya memejamkan mata, malu pada dirinya sendiri karena telah memimpin sampai sejauh ini, tetapi dia masih belum siap. Seluruh keputusannya untuk mencium Arka didorong oleh emosi dan kecemburuan, bukan kesiapan fisik yang mutlak. Batasan terakhir itu, meskipun tipis, masih ada.

​Arka menarik napas panjang, menahan diri dengan kontrol diri yang luar biasa. Dia jelas sangat menahan hasratnya, tetapi dia menghormati permintaan Alya.

​Arka menyentuh wajah Alya dengan lembut. “Aku menghormati itu, Alya. Aku tidak akan memaksamu. Tidak lagi.”

​Arka kemudian mencium kening Alya, ciuman yang memuat semua frustrasi dan rasa hormat yang ia miliki. Dia berbaring di samping Alya, menarik selimut ke atas mereka.

​Arka tidak melepaskan Alya. Dia memeluk Alya, tetapi kali ini, pelukannya hanya protektif. Tidak ada lagi sentuhan yang menuntut.

​Alya membenamkan wajahnya di dada Arka. Dia bisa mendengar detak jantung Arka yang masih cepat. Dia tahu, dia telah menguji batasan Arka, dan Arka lulus.

​“Tidur, Alya,” bisik Arka, mencium puncak kepala Alya. “Mulai besok, kita akan menghadapi dunia bersama. Kau akan menjadi Nyonya Darendra yang dikenal publik. Dan aku akan berada di sisimu.”

​Alya menutup mata, memeluk Arka erat-erat. Malam itu, dia tahu, Arka telah mengklaimnya, tetapi bukan melalui kekuatan, melainkan melalui pilihan. Dan itu membuatnya semakin takut, karena perasaannya semakin nyata.

​Dia tidur dalam pelukan Arka, tidak sebagai tawanan, tetapi sebagai istri yang kini secara aktif berpartisipasi dalam takdirnya sendiri, meskipun ia tahu bahwa bahaya di luar sana semakin mendekat. Dia telah menghentikan malam itu, tetapi dia tahu, ini hanya masalah waktu sebelum malam itu tidak bisa dihentikan lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!