Dunia Kultivator adalah dunia yang sangat Kejam dan Keras. Dimana yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan ditindas. Tidak ada belas kasihan, siapapun kamu jika kamu lemah maka hanya ada satu kata untukmu yaitu "Mati".
Dunia yang dipenuhi dengan Keserakahan dan Keputusasaan. Dewa, Iblis, Siluman, Monster, Manusia, dan ras-ras lainnya, semuanya bergantung pada kekuatan. Jika kamu tidak ingin mati maka jadilah yang "Terkuat".
Dunia yang dihuni oleh para Predator yang siap memangsa Buruannya. Tidak ada tempat untuk kabur, apalagi bersembunyi. Jika kamu mati, maka itu sudah menjadi takdirmu karena kamu "Lemah".
Rayzen, salah satu pangeran dari kekaisaran Awan putih, terlahir dengan kekosongan bakat. Hal itu tentunya membuat Ia tidak bisa berkultivasi. Ia dicap sebagai seorang sampah yang tidak layak untuk hidup. Banyak dari saudara-saudaranya yang ingin membunuhnya.
Tetapi tanpa diketahui oleh siapapun, Reyzen ternyata memiliki keberuntungan yang membawanya menuju puncak "Kekuatan".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RantauL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33. Tim Pemburu Kekaisaran Awan Kelabu
Besok paginya, kesepuluh penyusup kini mati tanpa memberikan perlawanan yang berarti. Beberapa tubuh terbakar, beberapa hancur, dan lainnya mengalirkan darah ke lantai kayu penginapan.
Pemilik penginapan dan para tamu penginapan lain sangat dikejutkan dengan mayat para bandit itu. Mereka yang awalnya meremehkan Ray Zen dan para pengwalnya menjadi gemetar ketakutan. Apalagi setelah mengetahui jika mayat-mayat itu adalah mayat anggota bandit Serigala Darah.
Di halaman penginapan, sinar matahari pagi mengintip keluar ketika Ray Zen muncul dengan wajah bersih dan bersinarnya, penuh dengan semangat. Dia mengenakan pakaian sederhana—jubah putih yang menyiratkan kekuatan dan kedisiplinan. Bai Hu dan empat pengawalnya berdiri rapi, postur tubuh masing-masing menunjukkan kesiapan penuh, untuk melanjutkan perjalanan.
“Kalian terlalu cepat,” katanya dengan senyum tipis. “Tapi sudahlah, ayo kita lanjutkan perjalanan.”
Para pengawal mengangguk serempak. Mereka menunggang kuda meninggalkan penginapan yang kini menjadi saksi dari keganasan mereka.
Kabar kematian anggota Bandit Serigala Darah—yang dikenal kejam—menyebar bak api dalam kabut pagi, ke seluruh bagian kota Sramm. Para penduduk berbisik di balik pintu, anak-anak terdiam ketakutan, dan pemuka desa menunduk hormat ketika Ray Zen dan rombongannya melintas, meninggalkan kota mereka.
Selama dua hari perjalanan berikutnya, menembus jalanan desa, hutan dan rawa, Ray Zen merasa ketegangan kian menebal setiap langkah semakin dekat dengan kota tujuan mereka. Setiap desa yang dilewati berlinang berita tentang kekejaman dari Bandit Serigala Darah.
Tidak hanya itu, sehari sebelumnya, ketika Ray Zen dan rombongannya menginap disalah satu kota kecil yang mereka lewati, Ray Zen mendapat kabar bahwa kota di bagian timur yang menjadi tujuan mereka telah sepenuhnya dikuasai oleh kelompok bandit Serigala Darah. Bisa dibilang, kota itu sekarang berada dibawah kekuasaan pemimpin para bandit.
Saat berada cukup dekat dengan kota tujuan mereka, rombongan Ray Zen mendapatkan sedikit masalah. Banyak sekali jebakan yang dipasang oleh para bandit disepanjang jalan yang mereka lewati. Bahkan puluhan bandit yang berjaga dijalanan itu, juga datang menyerang mereka secara langsung. Tetapi semua itu masih dapat mereka atasi dengan mudah. Para bandit itu bukanlah tandingan para pengawal Ray Zen.
Setelah melewati itu semua, akhirnya rombongan Ray Zen tiba di dekat gerbang kota kecil yang menjadi tujuan perjalanan mereka. Kota kecil itu bernama Dukee, sebuah kota penting yang menjadi salah satu pusat perdagangan di wilayah timur kekaisaran.
Gerbangnya tinggi berdiri, berhiaskan ukiran-ukiran kuno. Didepan gerbang terdapat puluhan penjaga berbadan besar. Dari pakaian yang mereka kenakan, jelas jika orang-orang itu adalah anggota bandit Serigala Darah.
...*****...
Dua hari yang lalu di Balai Kota Dukee...
Seorang pria paruh baya, berusia sekitar 40 tahun, duduk santai di atas kursi mewah berbentuk Serigala. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya menyiratkan bahaya dan kelicikan. Dua wanita muda duduk di sisi kanan dan kirinya, memijat kaki dan tangannya dengan penuh hormat, nyaris takut. Sementara di depannya, duduk sepuluh orang berjubah merah darah dengan aura yang mengerikan.
Langkah kaki berat terdengar mendekat. Seorang pria berjubah hitam masuk ke dalam aula utama. Di dada jubahnya, terpatri lambang serigala merah yang tampak mencolok. Ia berlutut dengan satu tangan menekan lantai marmer yang dingin.
"Hormat hamba, Tuan," kata pria itu dengan suara serak.
"Berita apa yang kau bawa, Kim?" sahut sang tuan tanpa membuka matanya.
"Izin melaporkan, Tuan. Para bandit yang kita tugaskan di kota Sramm untuk melenyapkan rombongan Kekaisaran Awan Putih... telah mati. Semua, tanpa sisa."
Sang tuan membuka matanya perlahan. Tawa lirih mulai terdengar dari tenggorokannya.
"Hahaha… menarik. Berapa orang yang melakukan itu, Kim?"
"Enam orang, Tuan. Dan... satu di antaranya adalah seorang pemuda belasan tahun. Tapi bukan pemuda biasa. Dia... pemimpin mereka semua.
Tawa pria itu membesar.
"Kaisar itu benar-benar tolol. Mengirim enam orang saja untuk menyusup ke wilayah kita? Bahkan seorang bocah? Hahaha—"
BUK!!!
Meja kayu hitam di depannya retak lalu hancur seketika oleh pukulannya yang tiba-tiba.
"Kebodohannya membuatku muak!" teriaknya marah. "Kim! Kerahkan puluhan pasukanmu, habisi mereka semua sebelum sampai ketempat ini.”
Kim menunduk dalam. "Akan segera dilaksanakan, Tuan.” ucapnya lalu pergi dari tempat itu.
“Sepertinya keenam orang itu bukanlah orang sembarangan tuan.” ucap salah seorang pria berjubah merah darah, raut wajahnya serius. “Mereka bukanlah tim pemburu kekaisaran, apalagi prajurit seperti yang sebelumnya kita kalahkan.” lanjutnya.
Beberapa orang berjubah merah darah lainnya juga mengangguk setuju. “Apa maksudmu Jing Hu?” tanya tuan itu pada Jing Hu, pria berjubah merah yang baru saja bicara.
“Ampun tuan..,” jawab Jing Hu sedikit takut. “Dari informasi yang aku dapatkan, pemuda yang menjadi pemimpin dari mereka itu adalah Ray Zen, salah satu pangeran kekaisaran tuan.”
“Ray Zen? Pangeran kekaisaran? Hahaha.., menarik. Kalau begitu, kita akan menyiapkan kejutan untuk menyambut mereka.” ucap pria itu dengan sorot mata mengerikan.
...*****...
Satu hari yang lalu di Balai Kota Dukee...
Sekelompok orang pemuda berlari cepat menyusuri tembok bagian samping kota Dukee. Jumlah mereka sekitar enam orang, dua di antaranya wanita. Dari pakaian yang mereka kenakan—jubah abu panjang dengan lambang awan berwarna kelabu—jelaslah bahwa mereka adalah Tim Pemburu Kekaisaran Awan Kelabu, pasukan Elite Kekaisaran yang ditugaskan untuk mengusut gerakan bandit-bandit berbahaya. Masing-masing dari mereka memiliki tingkat kultivasi Ekspert *1 ke atas, aura keberadaan mereka nyaris tidak terdeteksi.
Dengan langkah mengendap dan nyaris tanpa suara, mereka berenam melompati tembok kota yang tinggi tanpa terdeteksi para penjaga yang tampak malas dan mengantuk di menara jaga.
Kota Dukee, meski tampak seperti kota kecil biasa, tetapi sangat strategis dalam perdagangan antara kekaisaran Awan Putih dan Kekaisaran Awan kelabu, yang mana sekarang telah di kuasai oleh Bandit Serigala Darah.
Begitu kaki mereka mendarat di atap rumah-rumah berubin merah, salah satu dari mereka—seorang pria bertubuh tinggi dengan mata tajam seperti elang—mengangkat tangan kanannya. “Ingat! Misi kita hanya satu, mencari tahu siapa sebenarnya pemimpin dari bandit Serigala Darah ini,” bisiknya. Suaranya pelan, tapi penuh otoritas, menggema jelas dalam pikiran setiap anggota.
Dia adalah Feng Zi, kapten tim mereka. Dikenal sebagai salah satu jenius muda Kekaisaran Awan Kelabu, dia tak pernah gagal dalam misi pengintaian.
Semua anggota mengangguk, lalu dengan gerakan terlatih mereka menyebar ke berbagai penjuru kota.
Jam menunjukkan lewat tengah malam ketika Shin Mi, anggota termuda dalam tim mereka, mendeteksi jejak energi yang aneh di sebuah rumah kosong di pinggiran pasar gelap. Aura yang tertinggal sangat tipis, hampir seperti ilusi, tapi terlalu stabil untuk jadi kebetulan.
"Tempat ini bukan rumah biasa..." gumamnya.
Tanpa suara, ia mengirimkan sinyal kepada yang lain lewat batu roh komunikasi. Namun, saat mereka semua mulai bergerak kembali ke titik pertemuan—di sebuah gudang kosong dekat sungai—segala sesuatu mulai terasa salah. Udara tiba-tiba menjadi lebih dingin. Bau logam—seperti darah segar—menguar dari arah angin.
Saat keenam pemburu berkumpul kembali, seberkas cahaya merah tiba-tiba meledak dari langit-langit gudang, membentuk segel bercahaya di udara.
“Formasi Penutup Jiwa?!” seru salah satu anggota, dengan kaget. Formasi itu adalah teknik tingkat Epick yang bisa memutus hubungan mereka dengan dunia luar, bahkan membuat mereka kesulitan menggunakan energi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
q suka ceritanya
🤣😜😜🤣😜
sungguh tidak ada ide yang lain😜😜😜