Ini adalah kisah Si pemeran antagonis di dalam sebuah novel. Wanita dengan sifat keras hati, kejam, dan tidak pernah peduli pada apapun selama itu bukan tentang dirinya sendiri.
Seperti pemeran antagonis dalam sebuah cerita pada umumnya, dia ada hanya untuk mengganggu Si protagonis.
Tujuan hidupnya hanya untuk mengambil semua yang dimiliki Si protagonis wanita, harta, karir, kasih sayang keluarganya, bahkan cinta dari protagonis pria pun, ingin ia rebut demi misi balas dendamnya.
"Aku akan mengambil semua yang Karina dan Ibunya miliki. Aku akan membuat mereka menanggung karma atas dosa yang meraka perbuat pada Ibuku!" ~ Roselina ~
"Apa yang kau lakukan itu, justru membuat mu mengulang kisah Ibu mu sendiri!" ~ Arsen ~
"Ternyata, laki-laki yang katanya pintar akan menjadi bodoh kalau sudah berpikir menggunakan perasaannya, bukan otaknya!" ~ Roselina ~
Akankah Roselina Si wanita yang tak percaya dengan yang namanya cinta itu akan berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah Rose selanjutnya
"Kau harus cari tau tentang ini Boy!" Rose memberikan fotonya tadi malam kepada asisten setianya itu.
"Ini apa?" Pria gemulai itu mengambil selembar foto berisikan tiga orang di dalamnya dengan latar perkebunan strawberry.
"Cari tau saja tentang tempat itu. Siapa pemiliknya dan dimana tempatnya! Aku sudah lupa tempat itu karena foto itu diambil saat aku terkahir kali datang ke sana!"
Boy menatap Rose yang ada di dalam foto itu. Kemudian kembali menatap Rose yang sekarang ada di hadapannya. Mereka sungguh dua orang yang berbeda.
"Kenapa?" Rose menyadari tatapan Boy.
"Apa kau yakin, kau dan gadis kecil ini adalah orang yang sama?"
"Maksud mu?" Rose tampak tak mengerti.
Boy mensejajarkan foto tadi ke samping wajah Rose.
"Lihatlah, di dalam foto ini. Gadis kecil ini terlihat ceria dan bahagia. Sedangkan dirimu.." Boy menatap Rose dengan seksama. Boy tidak mengatakannya, namun dari matanya saja sudah mengisyaratkan semuanya.
"Ck!" Rose menyingkirkan tangan Boy yang masih memegang foto di sisi wajahnya.
"Kau sudah bosan bekerja denganku rupanya?"
"Bukan begitu Honey. Aku hanya heran saja, kenapa kalian begitu berbeda!"
"Heran? Bukannya kau sudah tau sejak dulu?" Rose melirik tajam pada Boy.
Lelaki itu hanya tersenyum kaku karena dia memang sudah mengenal Rose sejak dulu. Boy tau kenapa Rose menjadi wanita yang begitu dingin dan apatis seperti itu.
"Oke kembali ke topik. Kau ingin aku mencari tau tentang tempat ini. Laku setelah itu?"
"Kau cari tau dulu semuanya. Aku akan mengatakannya setelah kau dapat semuanya. Tapi sebelum itu, ada yang ingin aku lakukan!"
Boy menatap Rose dengan penuh pertanyaa, apalagi melihat senyum misterius di bibir Rose. Dia sudah hafal betul bagaimana ekpresi Rose ketika dia mendapatkan suatu ide atau rencana untuk merebut apapun yang Karina punya.
"Apa yang ingin kau lakukan kali ini?" Boy begitu penasaran. Lagipula, dia juga terlibat dalam segala urusan Rose termasuk keserakahan yang Rise lakukan pada adiknya sendiri.
"Nanti kau juga tau. Sekarang aku harus pergi, kau tetap di sini dan laporkan apa saja yang anak haram itu lakukan!"
"Akan aku lakukan apapun untuk mu sayang!" Sahut Boy dengan gaya centilnya sebelum Rose pergi dari ruangannya.
Rose mengendarai mobilnya seorang diri menuju ke suatu tempat. Di sana adalah tujuan Rose selanjutnya untuk melanjutkan permainannya. Semua itu tentu saja sudah ada dalam rencananya yang tersusun dengan rapi.
Mobilnya berhenti di sebuah mansion yang tak kalah besar dengan mansion keluarga Martinez. Dia sudah beberapa kali datang ke sana bersama Neneknya dan tentu saja Rose sudah cukup akrab dengan penghuni mansion itu.
"Selamat siang Nenek. Apa kabar?" Rose langsung diantar menemui Nyonya besar memilik mansion itu.
"Kau datang sayang, Nenek baik-baik saja. Nenek sangat merindukan mu!" Wanita yang sudah duduk di kursi roda itu merentangkan tangannya untuk meminta Rose mendekat dan memeluknya.
"Aku juga merindukan Nenek!" Rose langsung mendekat dan menghambur memeluk wanita tua renta itu.
"Di mana Bibi Nek?"
"Bibi di sini Rose!" Wanita paruh baya yang Rose cari muncul dari belakangnya.
"Bibi apa kabar?" Rose tampak begitu terlihat berbeda saat ini. Di hadapan kedua wanita itu Rose bukanlah wanita yang dingin dan sombong. Senyum cantik di wajah yang cerah justru terlihat begitu lepas.
Entah itu hanya pura-pura atau memang Rose bisa menjadi dirinya yang lain ketika berhadapan dengan mereka.
"Bibi baik, bagaimana dengan mu hmm? Kau semakin cantik seperti Ibumu!"
"Bibi bisa saja!" Rose tampak tersipu malu.
"Ayo duduk dulu kalau begitu!"
"Iya Bibi Celin!"
"Apa kau sudah makan siang? Bibi akan memasak makanan kesukaan mu, kita makan bersama ya?"
"Tidak perlu repot-repot Bibi. Aku hanya mampir sebentar saja karena aku merindukan Bibi dan Nenek!"
"Kau tidak boleh pergi kalau belum makan siang bersama kami!" Paksa wanita yang dipanggil Rose dengan sebutan Nenek.
"Baiklah Nenek. Nenek memang selalu bisa memaksaku!" Canda Rose.
"Kalau begitu, Nenek juga akan memaksa mu untuk segera menikah dengan pria bebal itu. Kau susah lama mengulur waktu, Nenek sudah habis kesabaran. Mungkin kau mau menunggu Nenek mati dulu seperti Nenekmu baru kau mau!"
"Dapat!" Batin Rose dengan bersorak. Itu menang tujuannya datang ke rumah keluarga Scott.
"Nenek, aku tidak bisa memaksanya. Dia tidak menyukaiku, yang dia sukai hanya adikku. Jadi lebih baik restui mereka saja. Lagipula adikku juga dari keluarga Martinez, dia anak kandung Ayah kan Nek?" Biar saja kali ini Rose bersikap manipulatif.
Memerankan tokoh antagonis dalam sebuah cerita, tidak perlu tanggung-tanggung bukan? Dia hanya ingin memerankan perasannya dengan totalitas dan sepenuh hati.
"Tidak bisa, Nenek tidak mau. Darah keluarga Scott harus menikah dengan keluarga Martinez sesuai dengan perjanjian yang Kakek kalian buat dulu kala. Tapi dengan catatan anak itu terlahir dalam ikatan yang sah, bukan naka haram hasil perselingkuhan seperti adikmu itu!" Nyonya besar Scott tanpak berapi-api kali ini.
Wanita tua itu tampaknya begitu mengetahui tentang keluarga Martinez.
"Apa yang Nenek katakan benar Rose. Bibi juga tidak mau keturunan Bibi lahir dari keturunan gundik itu. Sudah cukup Melisa yang pergi karena keegoisan Ayahmu dan wanita itu, Bibi tidak mau membuat hidup Gundik itu bahagia dengan menikahkan putrinya dengan keluarga Scott!" Celin tampak menyimpan kebencian di dalam matanya.
"Terima kasih Bibi selalu menyayangiku di saat semua orang tidak peduli kepadaku!" Rose menatap Celin dengan tatapan yang susah diartikan.
"Kau sudah ku anggap sebagai putriku sendiri karena Melisa juga sahabatku. Jadi jangan sungkan lagi sama Bibi. Kau bisa ada yang ke sini di saat semua orang tidak menginginkan mu!"
Rose mengangguk dengan senyum tipis diwajahnya. Satu per satu apa yang Karin miliki akan bisa Rose rebut. Semua yang membuat Karin bahagia harus hilang dari Karin seperti kebahagiaan yang dulu Rose miliki.
Rose bukan iri dengan apa yang Karin miliki dan Karin dapatkan, tapi dia memang ingin merebut semua yang Karin miliki, entah itu sebenarnya penting atau tidak bagi Rose.
"Aku tak peduli orang akan menyebutku jahat atau serakah sekalipun. Aku hanya ingin melakukan apa uang aju ingikan tanpa mempedulikan omongan orang lain. Mereka pun tak peduli kepadaku, untuk apa aku mempedulikan mereka!"
blm sadarkahhh????!!