Suaminya ketahuan selingkuh dan anak yang dikandungnya meninggal adalah petaka yang paling menyedihkan sepanjang hidup Belcia. Namun, di saat yang bersamaan ada seorang bayi perempuan yang mengira dia adalah ibunya, karena mereka memiliki bentuk rambut yang sama.
Perjalanan hidup Belcia yang penuh ketegangan pun dimulai, di mana ia menjadi sasaran kebencian. Namun, Belcia tak memutuskan tekadnya, menjadi ibu susu bagi bayi perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Penasaran dengan kisah Belcia? Ayo kita ikuti di novel ini🤗
Jangan lupa follow author💝
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Senyum Kemenangan Cindy
Cindy melemparkan beberapa lembar foto yang telah dia cetak ke atas meja. Tuan Bliss mengerutkan kening dan menyipitkan mata, lalu mengambil dengan gerakan kasar untuk melihat foto apa yang sedang diperlihatkan oleh wanita licik di depannya. Saat ini mereka ada di ruang VVIP salah satu restoran.
"Kau!" Rahangnya mengatup rapat sambil melayangkan tatapan tajam ke arah Cindy. Sementara wanita itu malah menyeringai lebar, dia berhasil membuat ayah dari atasannya shock.
"Hahaha ... Itu hanya sebagian, Tuan, ada yang lebih vulgard lagi, Anda mau lihat?" ujar Cindy, mengungkap hubungan terlarang yang ia jalin dengan sang atasan. Dan sekarang semua itu akan dia jadikan sebagai alat mencari uang tambahan.
Wajah Tuan Bliss sudah memerah, ia meremas foto-foto itu hingga tak berbentuk.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan, hah? Ronan sudah dipenjara, kau—"
"Uang! Jelas saya ingin uang!" potong Cindy dengan cepat, dia tak ingin berbasa-basi dengan Tuan Bliss. Karena tujuan utamanya memang hanya satu. Bagi Cindy uang adalah segalanya.
Tuan Bliss menarik sudut bibirnya, sudah dia duga wanita satu ini memang ingin memanfaatkannya.
"Kau benar-benar wanita licik dan rakus!" ujar Tuan Bliss mencibir. Namun, Cindy tidak masalah sama sekali.
"Benar, Tuan, kalau begitu sebaiknya Anda segera transfer uang ke rekening saya. Atau foto-foto itu akan bertebaran di internet dan membuat perusahaan Anda bangkrut!" balas Cindy mengancam.
Urat di kepala Tuan Bliss terlihat kentara, dia berusaha menahan emosi dan mengikuti permainan Cindy.
"Berapa yang kamu butuhkan?" tawarnya dengan terpaksa. Karena nama baik perusahaannya dipertaruhkan, semua perbuatan Ronan kini dia yang menanggungnya. Benar-benar sial!
Mendengar itu Cindy langsung tertawa girang dan bertepuk tangan. Ternyata mudah sekali membodohi orang kaya, selama menjadi simpanan Ronan dia sudah cukup kenyang, dan sekarang dia akan mendapatkannya lagi dari Tuan Bliss.
"100 juta pertama, saya akan tutup mulut," tukas Cindy menyebutkan nominal yang dia inginkan. Tuan Bliss membelalakkan matanya dan menggebrak meja.
"Kenapa, Tuan? Apakah Anda tidak sanggup? Menantu Anda kan juga cukup kaya, saya dengar mereka akan bercerai, mintalah harta gono-gini yang banyak!" lanjut Cindy dengan tatapan liciknya.
Tuan Bliss menghela napas kasar. Ada benarnya juga ucapan wanita ini, tapi angka 100 juta juga lumayan tinggi.
'Ck, sial, gara-gara Ronan perusahaan jadi terjebak dengan wanita gila ini.'
"Ren!" panggil Tuan Bliss pada asisten pribadinya. Pria yang sedari tadi berdiri di belakang langsung mendekat. "Ikuti perintahnya!"
"Baik, Tuan," jawab pria itu, dan Cindy langsung tersenyum penuh kemenangan.
*
*
*
Pulang dari rumah kedua orang tuanya, wajah Belcia tampak sedikit murung. Hal tersebut tak luput dari perhatian Jasper yang kerap memergoki Belcia melamun, bahkan saat menyusui Leticia. Dari sana perasaan bersalah perlahan menghantui, karena hampir setiap hari dia selalu saja memarahi Belcia dan bersembunyi dibalik tameng waspada.
Malam itu setelah Belcia berhasil menidurkan Leticia, dia memutuskan untuk tidur di kamarnya sendiri, namun saat membuka pintu bersamaan dengan Jasper yang ingin masuk.
Belcia berjengit dan sempat beradu tatap, tapi dia langsung buang dan melewati Jasper tanpa bicara. Pria yang kerap bersikap arogan itu tergagap karena merasa dicueki, tapi karena egonya tinggi dia berusaha acuh tak acuh.
Jasper memeriksa Leticia yang sudah tidur di box bayinya.
"Kamu sudah tidur, Sayang?" ucapnya sambil membelai lembut pipi sang anak yang terasa lebih gembul. Seharusnya dia menyadari perubahan itu, semuanya tidak luput dari usaha Belcia saat menjaga putrinya.
"Papa akan menemani kamu malam ini," pungkas Jasper sambil tersenyum, dia mengecup kepala Leticia sekilas, lalu merebahkan diri di sofa.
Sesekali dia melirik ke arah pintu, biasanya Belcia akan kembali dengan cepat, tapi entah kenapa sudah setengah jam berlalu wanita itu tetap tak muncul.
"Hah!" Jasper menghela napas kasar sambil melipat kedua tangannya, sudah kesekian kali dia memperhatikan benda persegi panjang itu. Namun, tetap saja Belcia tak lagi kembali.
"Cih, lagi pula untuk apa aku mengharapkannya? Dia pasti merasa bahwa tugasnya sudah selesai, mau kembali atau tidak, ya biarkan saja," gumam Jasper merasa bodoh dengan tingkahnya sendiri. Akan tetapi anggota tubuhnya berkhianat, sekali lagi dia melirik ke arah pintu, mengharapkan seseorang membukanya dan tidur seperti malam-malam sebelumnya.
Sementara di kamarnya sendiri Belcia membolak-balikkan badan karena tidak bisa tidur. Dia mulai berpikir masa depannya, walau bagaimanapun dia tidak boleh terlalu terikat dengan Leticia.
"Pelan-pelan aku harus bisa, karena jika dia terus bergantung padaku, akhirnya pasti akan sulit. Aku tidak akan pernah bisa keluar dari rumah ini, sementara aku juga punya kehidupan," gumam Belcia sambil memeluk guling. Dan tiba-tiba getaran ponsel di atas nakas memecahkan lamunannya.
Dia segera meraih benda pipih itu, ternyata ada pesan dari ibu mertuanya.
[Besok aku ingin bertemu denganmu. Temui aku di cafe balmond jam 10 pagi.]
Belcia sudah seperti seorang bawahan yang harus menuruti perintah, tidak ada basa-basi atau apapun dari wanita paruh baya itu. Belcia pun mendesahkan nafas, dia mulai sadar sekarang bahwa sifat seseorang benar-benar bisa diwariskan. Tidak anak, tidak ibu, tidak ayah, semuanya sama.
"Apa yang dia inginkan? Sejak hari itu dia tidak menanyakan kabarku, apalagi menjengukku di rumah sakit, sekarang dia malah memintaku bertemu?"
Cie cie om dudah, di balik rasa perdulimu sama belcia. pasti ada rasa yang lain kan om? kiw kiw ehek ehek 😆 kalau suka cepat ungkapin om, sebelum di tikung Marteen wkwkwk