jika ada yang bilang jika ibu tiri lebih kejam daripada ibukota, maka pernyataan itu tidaklah selalu tepat!.
tak sedikit dizaman sekarang ibu tiri lebih sayang pada anak smabungnya dibandingkan dengan ibu kandungnya sendiri. salah satu contohnya adalah ellena, gadis belia yang seharusnya masih mendapatkan kasih sayang dan bermanja dengan orang tuanya. namun takdir membawanya untuk menjadikannya ibu sambung yang baik hati
berawal dari pengasuh dengan gajih yang besar membuat ellena tergiur sampai menjadikannya ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Nenek
sabtu sore adalah hal yang paling dinantikan oleh ellena, karena selesai bekerja biasanya akan langsung pulang ke rumah neneknya yang merawatnya sejak kecil. kedua orang tuanya berpisah dan sudah saling memiliki keluarga masing-masing. saat itu usianya tak beda jauh dnegan clayton. anak kecil yang ditolongnya beberapa hari lalu
ellena tiba-tiba ingat dengan clayton dan merasa ingin sekali bertemu, sayangnya tak mungkin baginya jika harus datang secara langsung ke rumah clayton yang tak dikenalnya sama sekali, sungguh sangat aneh bagi ellena.
seperti biasa ellena yang sudah dua tahun merantau ke kota sebelah yang tak terlalu jauh dari rumah neneknya, namun karena perjalanan yang sulit ditebak mengharuskan ellena untuk mengontrak kamar kecil untuk tempatnya beristirahat usai kerja. "akhirnya besok hari bebas" ucap ellena turun dari kendaraan umum lalu dilanjutkan dengan ojek karena rumahnya cukup jauh dari pemberhentian bus yang dinaikinya dari kota tadi
"nek, aku pulang" ellena masuk ke rumah karena diketuk pintunya tak ada sahutan,ada perasaan takut terjadi sesuatu pada neneknya, orang yang paling penting dalam hidupnya saat ini
"iya masuklah, nenek lagi ambil telur untuk makan malam kita nanti" nenek mendengar suara pintu terbuka sudah tahu siapa yang datang. meski anaknya bukan orang yang kekurangan namun nenek tika memilih untuk hidup nyaman dikampung halamannya bersama dengan cucu kesayangannya.
"nenek tahu aku pulang?" ellena memeluk neneknya dari belakang dan mengambil alih untuk mengambil telur ayam yang sengaja dipelihara oleh nenek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. tak hanya itu nenek juga punya kolam ikan dan juga kebun sayuran yang cukup luas
"kamu istirahat sana lalu mandi, nenek mau masak dulu"
ellena tak membiarkan itu terjadi, "hari ini aku yang masak, nenek bilang saja mau makan apa?"
nenek tika malah tersenyum, rupannya anak kecil yang dirawatnya sejak kecil itu sekarang sudah menjadi dewasa, bahkan begutu perhatian padanya hingga membuatnya meneteskan air mata
"nek, kenapa nangis?" ellena meletakan telur yang diambilnya tadi dan memeluk neneknya, ellena tidak suka melihat neneknya menangis itu membuatnya sangat sedih
"nenek bahagia kamu sudah tumbuh dengan baik, nenek terharu karena terlalu senang, tapi nenek juga takut jika kamu meninggalkan nenek" nenek tika mengungkapkan isi hatinya
"siapa yang mau meninggalkan nenek, jangan bicara sembarangan" ellena menciumi pipi neneknya, umurnya masih sangat muda untuk menikah dan ikut suami, dan jika itu terjadi maka suaminya harus ikut tinggal didesa bersama nenek dan dirinya kelak
"sudah-sudah, buruan masak! nenek mau lihat apakah kamu sudah bisa lulus jadi calon menantu atau belum?" nenek menggoda ellena
"siap ratuku" ellena kembali ke kebun untuk memetik beberapa bahan makanan dan juga perbumbuannya yang ditanamnya bersama sang nenek
hari ini ellena berencana memasak telur balado dan juga cah kangkung yang dipetiknya. membutuhkan waktu satu jam masakan sudah siap dimeja makan, ellena pamit untuk membersihkan diri dulu sebelum makan malam bersama
kamar kecil yang penuh dengan kenangan, meski rumahnya hanya memiliki dua kamar dan ruangan yang sempit tapi sangat nyaman ditinggali. terkadang ellena juga mengingat masa kecil dimana orang tuanya terus bertengkar bahkan didepannya, rasa trauma untuk memiliki pasangan pun kadang membuatnya takiut untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis
sebuah notifikasi muncul dilayar ponselnya, ellena segera membuka pesan masuk, tentunya merasa senang karena waktunya untuk ellena gajiahan ditanggal satu setiap bulannya
"nek" ellena akan memamerkan hasil dari jerih payahnya selama satu bulaan ini, tapi nyatanya ada pemberitahuan lain selain nominal yang diterima
"ada apa?" nenek sampai kaget takut terjadi sesuatu
"nek, aku gajihan tapi" ellena sedih dan tak sanggup menjelaskannya pada neneknya
"kenapa sayang. cucu nenek ngga boleh sedih" nenek memeluk ellena
ellena menghela nafasnya, " aku dipecat nek, katanya mau pengurangan pegawai karena toko sepi" ellena harus menerima dengan ikhlas
"ya sudah, mungkin memang kamu harus lanjut kuliah dulu, nenek masih mampu untuk biayain kuliahmu. kamu ngga perlu kerja keras seperti ini"
sejak dulu ellena memang tidak diizinkan bekerja dan orang tuanya juga memintanya untuk sekolah dulu, namun ellena tak mau mengganggu kehidupan baru orang tuanya dan memilih bergantung pada diri sendiri. padahal setiap bulanya kedua orang tua ellena memberikan uang saku dan tak pernah abesn sekali pun tapi sedikitpun tak prnah digunakan oleh ellena
"nek, tenang saja meski aku lulusan SMA tapi aku cerdas, pasti akan dapat gajih yang besar" ellena meyakinkan neneknya jika dia bisa dapat pekerjaan pengganti yang lebih baik
"lalu bagaimana dengan kontrakanmu?"
"disana tidak ada barang berharga, jika satu minggu lagi tak dapat pekerjaan, aku bawa pulang barang-barangnya dan tinggal disini selamanya dengan nenek" ellena memeluk neneknya