NovelToon NovelToon
Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:915
Nilai: 5
Nama Author: Santika Rahayu

Ketika cinta datang dari arah yang salah, tiga hati harus memilih siapa yang harus bahagia dan siapa yang harus terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santika Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

Alleta sudah menunduk cukup lama, tangis palsunya hampir menghilang, namun Tristan tak kunjung muncul. Kekhawatiran perlahan muncul di dadanya, “kemana anak itu?, harusnya lima menit cukup untuk lepas kostum lutungnya?” guman Alleta dalam hati.

“Ayolah tuan putri, Lutung Kasarungmu sudah mati, jadilah permaisuri hamba, dan hamba pastikan hidupmu akan jauh lebih baik daripada di hutan.” Ujar pangeran Indrajaya, dia mengulurkan tangannya untuk membantu Purbasari berdiri.

Pada adegan ini, harusnya mereka hanya menunggu Tristan kembali muncul sebagai pangeran Guruminda, lalu meninggalkan panggung. Tapi sudah hampir lima belas menit, Tristan tak kunjung datang, sehingga mau tidak mau Sagara kembali menambahkan sedikit dialognya agar tidak diam begitu lama.

“Apa maksud kamu Pangeran?!!, aku ini tunanganmu!!” Sentak Nayla ikut menambahkan, ekspresinya murka mendengar hal itu, dia menarik lengan sang pangeran agar menjauh dari Purbasari.

Sagara langsung menepis tangan Nayla, tepat disaat itu, Tristan kembali memasuki panggung dengan kostum yang sudah berganti menjadi kostum berwarna coklat keemasan, bulu-bulu lutungnya tak lagi dipakai, kini ia telah berubah menjadi pangeran Guruminda.

“Purbasari.” sapanya lembut.

Alleta mengangkat pandangannya, ada rasa lega di hatinya. Namun dia kembali mengingat perannya sebagai Purbasari, matanya terlihat bingung menatap sosok yang berdiri dengan tangan terulur di hadapannya.

Dengan ragu, dia menerima uluran tangan pemuda itu, “Siapa kamu??, mengapa matamu sangat familiar?” tanya sang putri Purbasari.

Musik kembali mengalun lembut, cahaya sedikit lebih redup, pangeran Guruminda mulai bernyanyi menceritakan bahwa dirinya adalah pangeran dari khayangan yang dikutuk menjadi seekor lutung.

Mata Purbasari berbinar, antara terharu dan tak percaya. Ketika akhirnya musik berhenti, Purbararang melangkah ke depan dengan raut tak percaya, “Apa??, jadi lutung ini pangeran??” nadanya terdengar tidak terima.

“Sudah Purbararang!, kita sudah kalah!” kata pangeran Indrajaya dengan nada rendah. Dia lalu menarik Purbararang meninggalkan panggung.

Ketika akhirnya yang tersisa di atas panggung hanya Purbasari dan pangeran Guruminda, mereka berdiri berhadapan, tangannya saling bertaut. “Jadi bagiamana caranya, kamu kembali jadi manusia?” Purbasari kembali bertanya.

“Tentu saja karena cinta sejati.., dari tuan putri Purbasari..” kata pangeran Guruminda, dengan tulus.

Aru dan dua orang dayang lainnya kembali memasuki panggung dengan membawa properti bunga mereka. Musik dengan kembali terdengar, cahaya berubah berwarna merah muda, suasana menjadi lebih romantis.

Pangeran Guruminda dan Purbasari mulai menari, layaknya sepasang kekasih yang berakhir bahagia. Tarian mereka diiringi oleh para dayang, Nula dan Gazi juga ikut berjingkrak-jingkrak di sisi kanan dan kiri.

Dari belakang panggung, Sagara menyaksikan penampilan itu.

Lampu sorot yang jatuh tepat di tengah panggung membuat Alleta dan Tristan terlihat seperti benar-benar hidup di dunia lain. Tawa kecil Purbasari, tatapan Guruminda yang penuh ketulusan, membuat semuanya menyatu begitu rapi.

Tatapan pemuda itu begitu dalam, mata elangnya tak lepas dari wajah Alleta yang menari tanpa beban di atas panggung. Entah apa yang dipikirkan Sagara, yang jelas rasa yang selalu mengganjal di hatinya terasa semakin kuat melihat pemandangan itu.

Tak ingin terlalu lama merasa tidak nyaman, Sagara memutuskan untuk berhenti memandangi panggung. Namun ketika menoleh ke samping, pemandangan yang dilihat adalah pemuda dengan kostum Jaka Tarub yang tengah merancau histeris di tengah tempat duduk anak kelas XI IPS 1.

“My baby Alleta..., harusnya kamu kayak gitu sama aku..” rengek Dipta dramatis, membuat Sagara benar-benar muak melihat.

Rengekan Dipta semakin menjadi, suaranya terdengar cukup keras hingga beberapa siswa di barisan depan menoleh ke arahnya. Beberapa bahkan tertawa geli, mengira itu hanya candaan berlebihan.

Namun bagi Sagara, itu sama sekali tidak lucu. Adegan di atas panggung terus berlanjut, dan diakhiri dengan Purbasari yang dinobatkan sebagai ratu kerajaan Pasir Batang setelah Purbararang menyadari kesalahannya.

Tepuk tangan membahana memenuhi aula. Sorak sorai bercampur siulan menggema ketika semua pemeran menaiki panggung untuk mengucapkan kata-kata penutup.Tirai perlahan menutup, musik penutup mengalun megah, menandai berakhirnya pementasan yang sukses besar itu.

Mereka kemudian mengambil tempat diantara penonton untuk menyaksikan drama selanjutnya. Semuanya mendapat tempat duduk di barisan tengah aula, tepat di antara siswa kelas lain yang masih riuh membicarakan pementasan barusan.

Alleta duduk diampit oleh Aru dan Nayla, sementara Tristan duduk di belakangnya, bersebelahan dengan Sagara dan yang lainnya. “Lo tadi lama banget gantinya, hampir aja gue panik.” kata Alleta, tubuhnya sedikit berputar agar bisa berbicara dengan Tristan.

Tristan tersenyum tipis, “Ada kendala dikit, kostumnya nyangkut.” jawabnya santai.

Nula, Gazi, dan yang lainnya yang tadi berada di belakang panggung saling pandang, mereka jelas tau apa yang sebenarnya terjadi. “Ee, All. Sebenernya...” Aru hendak mengatakan sesuatu, namun tatapan tajam yang dilayangkan Tristan ke arahnya membuat gadis itu seketika bungkam.

“Sebenernya apa?” Alleta memiringkan kepalanya sedikit.

“Hehe, gak ada..” jawab Aru cepat.

“Udah, udah, mau mulai tuh..” potong Tristan, berusaha membuat semuanya fokus ke arah panggung.

Flashback..

“Lo berat banget anj*ng.” Nula mengumpat, merasakan Tristan begitu berat seolah tubuhnya sengaja dilemaskan.

Saat sampai di belakang panggung, ketika Tristan diturunkan, pemuda itu tetap memejamkan mata. “Udah ege, niat banget Lo aktingnya..” kata Gazi sedikit tertawa.

“Tris?” Nula menepuk pipi pemuda itu pelan. “Lo jangan bercanda deh, ini udah detik-detik.”

Tak ada respon.

Bara yang sejak tadi memperhatikan akhirnya berjongkok, menempelkan dua jarinya ke pergelangan tangan Tristan. Alisnya langsung berkerut. “Ini bukan akting.”

Nula refleks berdiri. “Hah? Maksud Lo?”

“Dia pingsan beneran cok.” ujar Bara terkejut. “Ehh gayss, ini gimana??, pingsan beneran nih..” dia memanggil rekan lainnya yang berada di belakang panggung.

Aru langsung menghampirinya dengan raut serius, “Hah?, pingsan??” tanyanya, gadis itu menepuk keras pipi pemuda itu, benar-benar tidak ada respon.

“Cepet.., lepas bulu-bulunya..” Aru segera bangkit, membiarkan Vero dan yang lainnya membantu melepaskan kostum bulu-bulu lutung kasarung di tubuh pemuda itu, sementara dirinya mengambil kipas dan minyak angin.

Aru berlutut di samping Tristan, mengibas-ngibaskan kipas tepat di wajahnya. “Tris, bangun. Pliss, giliran Lo sekarang,” suaranya berusaha tenang, meski tangannya sedikit gemetar. “Nih olesin..” dia memberikan minyak angin pada Nula yang langsung dioleskan pada kening dan dada Tristan.

Nula kemudian mendekatkan botol minyak angin ke hidung pemuda yang masih tak sadarkan diri itu, “Tris bangun..” lirihnya masih dengan harap-harap cemas.

Tristan mengerang pelan. Alisnya berkerut, napasnya tersengal sejenak sebelum akhirnya teratur kembali.

“Ehh gerak Cok..” seru Vero cepat.

Kelopak mata Tristan bergerak pelan, lalu terbuka setengah. Pandangannya kosong beberapa detik sebelum akhirnya berusaha mengenali wajah-wajah di sekelilingnya.

Nula menghela napas lega setengah mati. “Astaga, lo bikin jantung gue copot.”

Bara menekan bahu Tristan agar tetap berbaring. “Jangan sok bangun dulu. Lo pingsan, tau.”

Tristan terdiam sejenak, lalu seolah tersadar akan sesuatu. Matanya membesar. “Adegan… Guruminda…”

Gazi melirik ke arah tirai panggung. Dari balik sana, suara Sagara masih terdengar—jelas sedang mengulur waktu. “Masih ditahan. Tapi gak lama.”

Aru menggigit bibirnya. “Lo yakin bisa lanjut? Kalau enggak, kita bilang ke panitia—”

“Jangan.” Tristan langsung memotong, suaranya masih lemah tapi tegas. Ia berusaha bangkit, meski tubuhnya sempat oleng dan langsung ditahan oleh Bara. “Gue masuk.”

Semuanya saling melirik, berpikir sejenak, sebelum akhirnya mereka setuju. “Oke, tapi kalau gak kuat langsung keluar aja, jangan sampai Lo pingsan lagi.” kata Aru pada akhirnya.

Tristan mengangguk, dia kemudian merapikan kembali kostum pangerannya yang sudah terpasang di dalam kostum lutung kasarung tadi. Sebelum keluar dia menatap serius ke arah teman-temannya, “Oh ya, jangan ada yang tau soal ini ya.” Ada jeda sesaat sebelum Tristan melanjutkan ucapannya, “Cukup kalian aja, yang diluar gak usah tau, apalagi Alleta, gue gak mau dia khawatir.” tegasnya.

Mereka semua mengangguk, meskipun raut khawatir belum menghilang dari wajah masing-masing.

“Thanks.” ujar Tristan akhirnya sebelum dia melangkah kembali ke celah tirai.

Flashback off

...****************...

Alleta merebahkan tubuhnya di atas kasur, senyumnya tak henti mengambang sejak tadi. Gadis itu benar-benar bahagia, latihan susah payahnya selama sebulan ternyata membuahkan hasil yang maksimal.

Semuanya tampil dengan sangat baik, meskipun ada sedikit kendala, tapi semuanya berakhir sempurna. Gadis bermata cokelat itu membuka ponselnya, memilah foto-foto yang diambil setelah mereka pentas tadi untuk diposting di akun instagramnya.

Hingga pada sebuah foto, memperlihatkan kesemua pemeran, dalam foto terlihat semuanya tertawa lepas, termasuk Sagara yang berdiri di belakangnya.

“Tuh kan.., Lo ganteng kalau lagi senyum..” katanya seperti sedang memarahi foto itu.

Alleta menatap foto itu lama, sebelum akhirnya dia teringat sesuatu. Gadis itu segera mengambil tas kecilnya yang dibawa tadi, di dalam sana masih tersimpan kertas yang terlipat rapi, yang diberikan oleh Sagara.

Alleta membuka lipatan kertas itu perlahan. Tangannya sempat berhenti di tengah, seolah ragu untuk melanjutkan. Entah kenapa, dadanya terasa sedikit berdebar, padahal ia sendiri tak tahu kenapa selembar kertas bisa membuatnya setegang itu.

Alleta mengernyit, namun tetap membaca isinya.

“Niat banget gila..” gumam Alleta, dia membaca surat itu berkali-kali untuk memastikan.

Detik berikutnya dia terdiam–speechless.

“Sejak kapan dia bisa sepuitis ini??” Alleta masih tampak bingung, “Wait.., wait.., maksudnya Sagara suka sama gue??” ujarnya menyimpulkan.

Perlahan senyum kecil mengambang di wajahnya, pipinya memerah pertanda salting. Jujur saja, Alleta juga merasakan hal yang sama ketika berada dekat dengan pemuda itu, hatinya berdebar namun ia masih menganggap itu sebagai sekedar rasa kagum.

Detik berikutnya, Alleta langsung membenamkan wajahnya pada bantal, rasa letih di tubuhnya seketika hilang. Ingin sekali gadis itu berteriak keras, reaksinya benar-benar seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta.

“Ya ampun… ini apaan sih,” gumamnya lirih, suaranya teredam kain bantal.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan badan, menatap langit-langit kamar yang tampak biasa saja—namun malam itu terasa berbeda. Tangannya kembali meraih surat itu, membuka lipatannya sekali lagi, seolah takut maknanya berubah jika dibaca ulang.

Kalimat demi kalimat semakin masuk di kepalanya, Alleta merasakan sesuatu di perutnya seolah kupu-kupu yang berterbangan menyebar rasa bahagia.

Ketika dia masih sibuk dengan isi surat itu, ponselnya tiba-tiba bergetar di samping bantal.

Tristan

[Barusan Luna sama Naren nonton video dramanya, mereka muji Lo keren banget, bunda juga nonton.]

Alleta tersenyum, jarinya membalas cepat.

Alleta

[Makasih, Lo juga keren. Tapi sumpah gue panik pas Lo gak muncul.]

Beberapa detik kemudian, balasan kembali muncul.

Tristan

[Hehe, maap ya. Tapi happy ending kan😉]

Alleta membaca pesan itu, lalu tanpa sadar kembali melihat surat di tangannya.

Happy ending

Entah kenapa kalimat itu seolah punya arti lain.

Notifikasi lain muncul.

Kali ini dari nama yang membuat jantungnya kembali berdetak tak karuan.

Sagara

[Besok tanggal merah, jalan yu]

...Bersambung......

...–Entah ini hanya rasa Suka, atau mungkin sudah Cinta....

...Aku tidak tahu bagaimana endingnya....

...Hanya semesta yang tau apa yang terjadi pada akhirnya.–...

1
Fathur Rosi
asik akhirnya up lagi
butterfly
lanjuttttt💪💪💪💪
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
mantap
Lilis N Andini
lanjut /Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Sant.ikaa
Kalian tim Tristan Alleta OR Sagara Alleta
Sant.ikaa
Yang mau lanjut absen dongg
butterfly
lanjut thor 💪💪
Sant.ikaa: sudah nihh
total 1 replies
Fathur Rosi
asik ceritanya...... gassssss
Siti Nina
Oke ceritanya Thor 👍👍👍
Lilis N Andini
ceritanya bagus,dengan latar sekolah yang menggemaskan seakan bernostalgia ketika masa putih abu
Sant.ikaa: terimakasih dukungannya😊
total 1 replies
Lilis N Andini
ditunggu upnya kak/Heart/🙏
Lilis N Andini
Aku mampir kak....semangat/Rose//Rose/
kalea rizuky
lanjut banyak thor nanti q ksih hadiah
kalea rizuky
aduh km knp Tristan
kalea rizuky
yaaa sad boy donk tristan
kalea rizuky
kasian Tristan jd Ubi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!