Rabella membenci Alvaro, adik angkatnya!
Semua orang tau itu, tapi apa jadinya kalau Rabella malah jadi istri kedua Alvaro karena kecerobohannya sendiri? Setelahnya, Rabella harus menanggung nasib paling buruk yang tak pernah dia impikan!
Apa yang terjadi sebenarnya?
Yuk simak cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alnayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tantangan Alvaro
"Tantangan? Berhenti main-main sama gue ya! Gue bukan orang yang bisa lo bodohin kayak yang lainnya!" seru Rabella, menolak tawaran Alvaro.
Entah apa juga tantangan yang Alvaro inginkan, tapi Rabella yakin kalau hal itu akan merugikannya.
Rabella enggan setuju dengan tawaran Alvaro yang masih abu-abu itu.
Rabella juga berusaha melepaskan cengkraman Alvaro di tangannya yang cukup erat, sampai wanita itu merasa sakit karena Alvaro.
"Lepasin, sialan!" pekik Rabella lagi.
"Kenapa kakak langsung nolak tantangan dari aku sih? Padahal kan kakak gak tahu, apa tantangannya. Kenapa? Kakak takut kalah ya? Kayaknya kakak bener-bener udah gak sanggup melawan aku ya, sayang banget... Padahal aku juga senang kalau bisa bersaing secara adil sama kakak."
Rabella diam, menatap sengit pada Alvaro. Hati kecilnya seolah dicubit oleh ucapan Alvaro barusan.
Dia tidak takut kalah dari Alvaro, Rabella hanya muak melihat wajah Alvaro ataupun dekat-dekat dengan pria itu.
Maka dari itu, dia memilih pergi saja dan akan protes pada papanya yang berani menempatkan Alvaro sebagai atasannya. Sekali lagi, papanya benar-benar merusak ekspektasi Rabella.
Melihat bagaimana Rabella diam, akhirnya Alvaro yang angkat suara lagi.
"Tantangan dari aku simpel aja kok, Kak Rabella dan pastinya itu bakal menguntungkan buat kakak. Aku cuma mau bersaing sama kakak secara adil, kakak tahu sendiri selama ini aku selalu dibantu sama papa Felix kan? Bagaimana jika kita bersaing tanpa bantuan dari siapapun? Bahkan dari papa Felix, kak Rabella yakin gak mau?"
"Caranya??" Entah kenapa, Rabella merasa tertarik dengan ucapan Alvaro yang sialnya memang benar.
Selama ini papanya memang sering ikut campur, sedangkan Rabella tidak pernah didukung. Berbeda dengan Alvaro yang mendapatkan dukungan penuh dari papa Felix.
Maka dari itu, Rabella selalu merasa tidak adil pada papanya yang lebih perhatian pada Alvaro yang hanya seorang anak angkat saja, tanpa hubungan darah atau apapun.
Alvaro menarik sudut bibirnya ke atas, senang karena Rabella akhirnya merespon ucapannya.
"Gampang, kakak cuma perlu jadi Sekretaris ku selama tiga bulan. Selama itu, kakak bisa melakukan apapun untuk menunjukkan kecakapan kakak sebagai calon Direktur Utama, kalau kakak berhasil menyelesaikan minimal tiga proyek selama tiga bulan itu, aku bakal bilang ke papa dan mundur dari jabatan Direktur Utama saat ini, dan pastinya aku bakal nyaranin papa buat angkat kak Rabella jadi pengganti aku. Gampang kan?"
Rabella diam sejenak, merenungkan ucapan Alvaro barusan.
Memang terdengar menguntungkan untuknya, bahkan sangat! Tapi, ada yang aneh, kalau hanya dirinya yang diuntungkan di sini bukan?
Lalu, apa yang akan didapatkan Alvaro dengan melakukan tantangan bersamanya ini?
"Terus kalau gue kalah, gimana?"
"Ya gak bakal ada apa-apa, aku tetap jadi Direktur Utama dan kak Rabella bakal tetap jadi Sekretaris ku. Aku sebenarnya orang baik loh, Kak Rabel. Cuma kakak aja yang mandang aku jahat, jadi aku begini deh."
Alvaro berkata demikian, dengan santai.
Mengabaikan ekspresi Rabella yang kebingungan, sampai keningnya berkerut.
"Hah, gila. Baik dari mananya? Lo itu emang jahat, lo aja yang pinter ngibulin orang-orang sampai mereka ngira lo itu malaikat. Padahal sebenarnya lo itu iblis kan?"
Alvaro malah tertawa mendengar ucapan Rabella.
"Inilah yang aku suka dari Kak Rabella, kakak pintar sekali membaca kepribadian orang. Kakak tahu kalau aku memang iblis yang menyamar sebagai malaikat," balas Alvaro, sembari mendekatkan wajahnya pada Rabella.
Cup. Satu kecupan yang berhasil dicuri Alvaro dari Rabella dengan begitu cepat.
Membuat Rabella mematung, antara terkejut karena kecupan Alvaro. Dia juga terkejut karena Alvaro membenarkan tuduhannya, tentang iblis yang menyamar sebagai malaikat.
Padahal, niat Rabella tadi hanya sebagai hinaan saja. Siapa sangka kalau Alvaro menanggapinya dengan wajah serius.
Tangan Rabella juga sudah dilepaskan Alvaro, pria itu berbalik badan dan meninggalkan Rabella begitu saja, sendirian di basement.
Tapi, sebelum Alvaro benar-benar meninggalkan Rabella, pria itu berkata, "Kalau Kak Rabella berminat memenuhi tantangan dari ku barusan, maka mulai hari ini, tantangan itu berlaku. Kakak harus melakukan pekerjaan kakak dengan baik jika ingin menjadi Direktur Utama bukan?"
Setelahnya dia benar-benar pergi meninggalkan Rabella, sejenak kaki Rabella mendadak lemas.
Tubuhnya bahkan hampir oleng.
Tapi cepat-cepat berdiri tegap, dan manatap kepergian Alvaro dengan tatapan tajam.
"Ya, kenapa juga gue harus kalah dari anak itu? Kali ini tanpa dukungan dari papa, emangnya dia bisa apa? Bodoamat sama keuntungan yang bakal dia dapat, selama gue bisa geser dia dari posisi saat ini, gue bisa membuktikan diri ke papa. Ya, gue harus menang kali ini!"
Tekad Rabella sudah bulat, dengan langkah yang percaya diri, dia kembali naik ke lantai atas. Kembali ke ruangannya lagi, dan duduk dengan tenang.
Tak lama kemudian, Pak Cakra keluar dari ruangan yang sekarang jadi milik Alvaro.
Wajahnya terkejut, seperti baru saja melihat hantu. Tentu pria dewasa itu kaget, karena tak menyangka kalau Rabella akan kembali ke meja kerjanya lagi.
Entah apa yang dilakukan Alvaro, hingga membuat Rabella yang keras kepala dan ego-nya yang tinggi ini bisa menurut kembali seperti semula.
Cakra menghela nafas, dia merasa bersalah pada Rabella karena ucapannya beberapa waktu lalu.
"Rabella, maafkan ucapan saya tadi. Saya tidak bermaksud buruk pada kamu," ucap Pak Cakra sungguh-sungguh.
Rabella hanya tersenyum tipis, mengangguk begitu saja.
"Kamu, yakin mau bekerja dengan Alvaro?" tanya Cakra lagi, masih merasa tak nyaman dengan respon Rabella yang terlalu cepat dan santai.
Kali ini, Rabella benar-benar fokus menatap Pak Cakra.
"Iya, Pak. Terima kasih atas bimbingan Pak Cakra selama dua minggu ini, saya akan berusaha keras, tolong Pak Cakra doakan saya supaya bisa menang ya!"
"Menang? Maksudnya?" Jelas Pak Cakra bingung, tak paham dengan ucapan Rabella.
Tapi, akhirnya Rabella tak memberikan penjelasan apapun. Hanya tersenyum tipis sampai Pak Cakra pergi dari sana.