Setelah menikah, Laura baru tau kalau suaminya yang bernama Brian sangat posesif, bahkan terkadang mengekang, semua harus dalam pengawasannya.
Apakah Laura bahagia dengan Brian yang begitu posesif? akankah rumah tangganya bisa bertahan? sejauh mana Laura tahan dengan sikapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon israningsa 08., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My posesif husband. 33. Mau membantu
Bukan tanpa sebab Laura tidak nyaman dengan kehadiran Mila dirumah itu, dia yang sifatnya susah akrab dengan orang baru seringkali kesulitan menghadapi hal-hal yang diluar dugaannya.
Dia sering kali berfikiran aneh, namun semua ada penyebabnya, ia pertama kali hilang respect pada Mila ketika ia setiap pagi menyiapkan bekal makan siang untuk Brian bawa ke kantornya.
Hanya untuk Brian!!! Tak ada untuknya dengan alasan katanya Laura ingin diet padahal dia tak pernah mengatakan itu.
Ia juga sering kali menyiapkan segelas kopi untuk Brian setiap melihatnya sibuk berkutat dengan keyboard laptop saat dirinya sedang berada di teras samping rumah.
Laura mulai tak nyaman dengan perhatian kecil yang Mila berikan pada suaminya, ia cemburu, Tentu saja.
Sudah beberapa kali Laura berfikir kalau Mila ingin mengincar Brian, tapi selalu bersikap munafik, untung saja tadi malah ia melihat sifat aslinya, jadi dia tak perlu bersikap kalem lagi di hadapan wanita seperti itu.
***
Pagi hari yang begitu cerah, perlahan Laura membuka matanya yang terasa begitu berat, ia meraba bantal yang disamping, mencari sosok Brian yang ternyata sudah tidak ada di tempatnya.
"Mass... Mas.... " Panggilnya.
Ia melihat sekeliling kamar, bahkan melirik kearah kamar mandi tapi Brian memang tak ada di kamar itu.
Laura lalu melirik jam, dia syok ternyata sudah jam 10 pagi. "Ya ampun! Kok mas nggak bangunin aku sih!"
Ia buru-buru ke kamar mandi membilas wajahnya, namun ia terdiam melihat pantulan wajahnya dicermin. Mata yang masih bengkak, rambut acak-acakan bahkan pipinya yang terlihat lebih tirus dari sebelumnya.
"Jangan nangis terus Ra... Kamu harus bahagia, ingat kamu menikah dengan orang yang mencintai kamu secara ugal-ugalan, pokoknya tiap hari harus bahagia ya?!" Ucapnya sebagai afirmasi pagi ini.
Setelah selesai, barulah ia keluar dari kamar. Senyum yang tadinya semringah langsung hilang begitu saja saat melihat Mila duduk di kursi meja makan dengan menggendong Khanza sambil melihat Brian sibuk menyiapkan sarapan.
"Mas! Kamu ngapain?" Tanya Laura menghampiri mereka.
"Ehh kamu udah bangun sayang, ini aku masak buat kamu sama Mila!"
"Iya mbak! Mas Brian ngotot mau masak, padahal tadinya aku mau bantuin tapi dia bilangnya nggak usah! Makanya aku duduk aja disini!" Ucap Mila.
Laura menyunggingkan sudut bibir atas kanannya mendengar Mila mengatakan itu.
"Kenapa mas nggak bangunin aku? Kan aku bisa masakin buat kamu!"
"Nggak apa-apa sayang, lagian aku nggak punya kerjaan hari ini. Aku juga tau kamu kurang tidur gara-gara semalam, makanya sengaja nggak bangunin kamu!"
Laura berjalan mendekat, ia kini berdiri di samping Brian yang tengah membersihkan sayur kol.
"Sini mas, biar aku bantuin!"
"Nggak usah sayang, kamu duduk aja sama Mila! Biar hari ini aku yang masak!"
"Nggak! Aku lebih suka bantuin kamu mas!!" Ucapnya tegas dengan alis sedikit berkerut.
Brian menghela nafas, "ya udah! Kamu bantuin irisin kentangnya, tapi hati-hati ya sayang... Jangan sampai kena tangan kamu!"
"Ehm... Aku juga mau bantuin kamu mas! Aku bisa ngerjain apa aja kok!" Kata Mila tiba-tiba berdiri disamping kanan Brian sambil menggendong Khanza.
"Gimana mau bantuin kalau kamunya juga lagi gendong Khanza. Udah nggak usah, kamu duduk aja! Nanti Khanza kena uap panas bisa bahaya!"
"Ehm... Gimana kalau kamu aja yang jagain Khanza mas, biar aku sama mbak Laura yang masak! Karena masak itu harusnya tugas perempuan lohh.... " Katanya.
"Mas Brian itu bukan suami patriarki mbak! Jadi nggak masalah dia yang masak atau aku yang masak!" Seka Laura sambil meliriknya sinis.
"Iya, Laura benar! Kalau aku bisa kerjain kenapa enggak!" Lanjut Brian, "Kamu duduk aja, biar aku sama Laura yang masak!"
"Ya udah deh!"
Pada akhirnya Mila duduk kembali sambil menyodorkan botol susu itu kemulut Khanza. Brian mengambil sesendok kuah sup menawarkannya pada Laura, "sayang, cobain! Udah pas belum? Apa kurang asin?" Tanyanya.
"Udah pas mas! Enak... Emang yah kalau kamu yang masak pasti hasilnya enak banget!" Puji Laura.
Mila yang mendengar dan menyaksikan itu langsung jealous, "mas aku juga mau cobain dong! Beda lidah beda rasa kan? Bisa aja di aku belum pas!" Katanya.
Laura menoleh, ia menatap Mila dengan tersenyum kikuk, "Udah pas kok mbak! Lidahku nggak pernah salah kalau soal rasa!" Ucapnya ketus.
"Iya Mil... Malah aku yang sering keasinan kalau masak, Pokoknya Laura itu serba bisa! Kadang yah... Aku sampai mikir buat suruh dia mendaftar di lomba master chef Indonesia lohh!"
"Ihh apaan sih mas!"
Meskipun Brian bercandanya berlebihan, tapi Laura dibuat senyum-senyum. Ia puas mendengar Brian memujinya didepan Mila.