PENGORBANAN Mantan NARAPIDANA

Mata elang itu masih betah menatap punggung rapuh yang bergetar didepannya. Terlihat, sesekali pemilik punggung mengusap pipi yang dialiri airmata. Tangan yang perlahan membuka koper, mengambil baju untuk dipakai, terlihat lemah tanpa daya.

Vinder mengbuang nafas dengan sekali hentakan, lalu menggerakan kaki mendekati Lada dan menarik lengan gadis itu dengan sedikit kencang tapi tidak sampai menyakiti.

Lada terjingkat, tubuhnya memutar lalu menabrak dada bidang Vinder. Belum sempat bereaksi, bibir meronanya sudah dibungkam Vinder dengan ciuman.

Mata Lentik Lada memejam, tangannya bergerak menyusuri punggung kokoh Vinder dan berhenti dipudak pria itu kemudian meremas gemas, mengiringi ciuman lembut bibir Vinder yang menari diatas bibirnya. Ciuman pertama yang ia dapat dari sang penyelamat.

Dari perlahan, lembut meresapi, lama kelamaan ciuman itu semakin memanas. Tangan keduanya juga sudah bergerak menyusuri tubuh satu sama lain.

Nafas mulai memburu, seiring bibir yang seirama beradu.

Vinder menarik tali jubah yang melingkar dipinggang ramping Lada, hingga menampakan kulit putih mulus tanpa cacat. gerakan mereka memanas.

"Vin...!" Lada meloloskan suara merdu setelah pergulatan bibir itu terlepas, bersamaan dengan jari jemari Vinder yang bermain dikulit halusnya.

Vinder meloloskan jubah mandi dari tubuh Lada hingga jatuh teronggok kelantai. Bibirnya menyusuri leler jenjang itu, dengan tangan yang merengkuh posesif tubuh polos sang pemilik hatinya.

Nafas keduanya semakin tak terkontrol, seiring pergerakan tangan juga bibir yang dengan rakus saling mencumbu.

Vinder membawa tubuh polos itu keranjang, merebahkannya dengan hati-hati, tanpa melepaskan cumbuan.

"Ah, Vin...!" Lada menggeliat, matanya terpejam menahan rasa yang sulit dijabarkan. Dadanya membusung seiring sentuhan dipuncaknya.

Vinder bangkit, melepas semua kain yang menempel ditubuhnya, sembari menatap penuh hasrat, tubuh indah Lada yang sudah pasrah ditengah ranjang.

Vinder kembali menindih tubuh telanjang itu, mencumbu serta menyentuh setiap inci tanpa ada yang terlewati.

"Ohh, Vin...!" dada itu membusung, jari jemarinya membelai lalu meremas surai lebat Vinder yang sedang bermain didadanya.

Vinder mensejajarkan wajahnya dengan Lada, diusapnya bibir merona yang tengah terbuka sesual itu. Ditatapnya guratan air muka yang amat menawan terbingkai dinetranya.

"Kamu yakin mau melakukan itu...?" tanya Vinder dengan nafas memburu karena nafsu yang sudah membumbung tinggi.

Lada mengangguk lalu menghisap bibir Vinder dengan penuh hasrat, pertanda bahwa ia mengingkan lebih dari sekadar cumbuan saja.

Vinder pun bersiap, membuka lebar kaki Lada dengan bibir yang menyusuri leher gadis itu.

"Aku akan bertanggung jawab." bisiknya sembari bergerak masuk.

Lada menggeleng "tidak perl----

Ucapan Lada terhenti, berganti dengan pekikan kala Vinder berhasil merenggut kegadisannya dengan sekali hentakan.

Vinder mengerang halus, merasakan sensasi nikmat dibawah sana. Ditatap wajah Lada yang sedikit memucat menahan sakit. Diusapnya airmata yang mengalir dari ujung netra wanita itu.

"Vin...!" Lada membuka mata yang langsung bersitatap dengan netra pria tampan itu.

Vinder melu-mat bibir Lada sebelum akhirnya ia bergerak, berpacu dengan nafsu bersama erangan, serta nyanyian merdu menuju puncak kenikmatan.

"Vin...!" desis Lada mencengkram lengan Vinder yang berada dikedua sisi tubuhnya yang terhentak.

"Bareng La...!" ucap serak Vinder yang berganti erangan panjang.

Sore itu, kedua anak manusia mengarungi dosa yang esok hari akan merubah lembaran kisah hidup mereka.

Sore yang seharusnya Lada lalui bersama sang suami Rey Andra, justru ia arungi bersama Vinder Putra Abimana. Pria yang selalu dan siap melakukan apa saja demi dirinya bahagia.