NovelToon NovelToon
CEO DINGIN

CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kaya Raya / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat / Pembantu
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Arlena, gadis muda yang dipaksa menikah oleh keluarganya.
Arlena menolak dan keluarganya langsung mengusir Arlena
Arlena akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah demi mencari arti kebebasan dan harga dirinya.
Dikhianati dan dibenci oleh orang tuanya serta dua kakak laki-lakinya, Arlena tak punya siapa pun... sampai takdir membawanya ke pelukan Aldric Hartanto — seorang CEO muda, sukses, dan dikenal berhati dingin.

Ketika Aldric menawarkan pekerjaan sebagai pelayan pribadinya, Arlena mengira hidupnya akan semakin sulit. Tapi siapa sangka, di balik sikap dingin dan ketegasannya, Aldric perlahan menunjukkan sisi yang berbeda — sisi yang membuat hati Arlena berdebar, dan juga... takut jatuh cinta.

Namun cinta tak pernah mudah. Rahasia masa lalu, luka yang belum sembuh, dan status yang berbeda menjadi tembok besar yang menghalangi mereka. Mampukah cinta menghangatkan hati yang membeku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Malam itu, Aldric dan Arlena tiba di sebuah restoran mewah yang terletak di atas gedung pencakar langit, dengan pemandangan kota yang memukau dan lampu-lampu kota yang berkelap-kelip seperti bintang.

Meja mereka sudah dipesan sebelumnya terletak di pojok balkon, dihiasi lilin dan kelopak bunga mawar.

“Wah, tempatnya indah sekali,” bisik Arlena kagum dan memandang sekeliling.

Aldric menarik kursi untuknya dan duduk di seberangnya dengan senyum hangat.

“Hanya yang terbaik untuk kamu.”

Mereka makan malam sambil tertawa dan berbagi cerita ringan.

Saat makanan penutup datang, Aldric mulai menunjukkan ekspresi berbeda.

Tiba-tiba, ia meletakkan tangan di dada dan menunduk pelan.

“A-aldric?” Arlena bangkit dari kursinya, panik. “Aldric, kamu kenapa?! Sayang!!”

Aldric menunduk semakin dalam dan mulai terbatuk pelan, menahan senyum yang ingin pecah dari mulutnya.

Arlena segera mendekat, memegang wajahnya yang tampak pucat pura-pura.

“Jangan bercanda... kamu kenapa? Sakit jantung? Aku panggil ambulans ya? ALDRIC!” Arlena mulai menangis sesenggukan, wajahnya panik dan air matanya jatuh satu per satu.

Aldric mengangkat kepalanya perlahan dan menatap mata Arlena. Suaranya lirih tapi jelas.

“Sayang, sebelum jantungku benar-benar berhenti. Aku mau tanya sesuatu yang penting...”

“Apa? Apa pun! Jangan bicara seperti itu!”

Dengan satu tangan, Aldric merogoh ke dalam jasnya, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam beludru.

Ia membukanya perlahan sebuah cincin berlian berkilauan di dalamnya.

“Maukah kamu menikah denganku, Sayang?”

Seketika itu juga ia memukul dada Aldric dengan kedua tangannya.

“Kamu jahat! Aku kira kamu benar-benar sakit!” serunya, setengah menangis setengah tertawa.

“Maaf, tapi aku ingin kamu benar-benar ingat momen ini.”

Arlena tersenyum di pelukannya, matanya masih basah. Ia mengangguk pelan.

“Iya, aku mau menikah denganmu.”

Malam itu, di bawah langit kota yang temaram, cinta mereka mencapai babak baru dibalut tawa, air mata, dan satu kejutan kecil yang tak akan pernah mereka lupakan.

Setelah selesai makan malam yang penuh haru dan tawa itu, Aldric berdiri dari kursinya dan menghampiri Arlena yang masih duduk dengan senyum lembut di bibirnya.

"Ayo, Sayang. Masih ada satu kejutan lagi malam ini," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Arlena memegang tangannya dengan rasa penasaran.

"Masih ada lagi? Bukannya tadi kamu sudah hampir bikin aku jantungan?"

Aldric tertawa ringan lalu mengeluarkan sehelai kain sutra hitam dari saku jasnya.

"Tutup mata kamu dulu dan jangan tanya apa-apa. Percaya sama aku?"

Arlena mengangguk pelan, membiarkan Aldric menutup matanya dengan kain itu. "

Aku selalu percaya sama kamu."

Dengan hati-hati dan penuh perhatian, Aldric menuntunnya ke mobil.

Perjalanan berlangsung dalam diam, hanya suara pelan dari radio yang menemani.

Arlena merasakan mobil melaju lebih lama dari biasanya, tapi ia tetap diam, mematuhi permintaan sang tunangan.

Kemudian Aldric membopong tubuh Arlena masuk ke dalam jet pribadinya.

Beberapa jam kemudian tanpa Arlena tahu, mereka telah mendarat di Singapura menggunakan jet pribadi milik keluarga Maxim.

"Sudah sampai," ucap Aldric pelan saat mobil berhenti di pelataran sebuah mansion megah bergaya kolonial.

Ia menurunkan Arlena, masih dengan mata tertutup, dan menuntunnya melewati taman yang penuh dengan bunga lavender dan lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip seperti bintang.

Di depan mereka berdiri Tuan Maxim dan Nyonya Lena, mengenakan pakaian formal, ditemani oleh beberapa tamu dekat keluarga. Sebuah panggung kecil dengan dekorasi sederhana namun elegan telah dipersiapkan.

Aldric berdiri di tengah taman di hadapan orang tua Arlena dan langsung membuka penutup mata sang gadis.

Arlena perlahan membuka matanya dan ia langsung membelalakkan matanya saat melihat sekeliling dimana cahaya lampu, hamparan bunga, dan kedua orang tuanya berdiri tak jauh dari mereka dengan senyum penuh haru.

"Aldric..." bisiknya, nyaris tak percaya.

Aldric memegang tangannya erat, menatap matanya dalam-dalam.

Lalu ia berlutut di hadapan semua orang, tepat di depan Tuan Maxim dan Nyonya Lena.

"Arlena, aku sudah jatuh cinta padamu dari sejak kamu datang ke hidupku bukan sebagai pelayan, bukan sebagai orang yang harus kulindungi, tapi sebagai wanita yang meluluhkan dinding di hatiku. Malam ini aku tak hanya ingin kamu menjadi kekasihku, tapi menjadi istriku... seumur hidupku."

"Di hadapan orang tuamu, aku ingin bertanya sekali lagi. Maukah kamu menjadi istriku, Arlena Maxim Smith?"

Suasana menjadi hening dan Tuan Maxim menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca, sementara Nyonya Lena menggenggam tangan suaminya.

Arlena tak bisa berkata-kata, air matanya jatuh dan ia mengangguk sambil tertawa dan menangis bersamaan.

"Iya, aku mau!"

Sorak sorai kecil terdengar dari keluarga dan staf yang hadir.

Aldric menyematkan cincin berlian yang lebih besar dan indah di jari manis Arlena.

Ia berdiri, memeluknya erat, dan membisikkan di telinganya.

"Kini kamu bukan hanya pelayan di rumahku, kamu adalah ratu di hatiku."

Di malam itu di taman keluarga Maxim, di bawah langit Singapura yang cerah cinta mereka disahkan dengan restu, kehangatan, dan impian baru yang segera dimulai.

Beberapa hari setelah pertunangan yang mengharukan

Tuan Maxim Hendricko memutuskan untuk mengadakan konferensi pers besar-besaran di ballroom hotel bintang lima milik keluarganya, di jantung kota Singapura.

Sebagai salah satu tokoh bisnis paling berpengaruh di Asia Tenggara, kehadiran Tuan Maxim sudah cukup untuk membuat para media berebut tempat.

Panggung dihiasi dengan latar belakang elegan bertuliskan

"Konferensi Pers Resmi Keluarga Maxim Hendricko: Reuni dan Pertunangan Putri Kami, Arlena Maxim Smith"

Para wartawan dari berbagai negara telah duduk rapi, kamera sudah siap, dan mikrofon-mikrofon berdiri di hadapan podium.

Sorotan lampu mengarah pada panggung saat Tuan Maxim naik dengan anggun, didampingi oleh istrinya, Nyonya Lena, yang menatap penuh bangga.

"Ladies and gentlemen, thank you for being here," ujar Tuan Maxim membuka konferensi dengan suara tegas dan berwibawa.

Ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk utama dan mengangguk.

Dari balik pintu, muncullah Arlena, mengenakan gaun putih klasik berpotongan simpel namun elegan.

Rambutnya ditata lembut, senyumnya menawan namun canggung karena sorotan media yang tiba-tiba begitu besar.

Di sampingnya berjalan Aldric, mengenakan setelan jas formal berwarna navy, wajahnya tenang namun penuh hormat.

Para wartawan segera mengambil foto, blitz kamera menyala silih berganti.

"Perkenalkan," ucap Tuan Maxim dengan suara yang lebih lembut,

"Putri kandung kami yang telah lama hilang Arlena Maxim Smith. Dan pria di sampingnya adalah calon suaminya, Aldric Evan Hartanto, seorang pemimpin muda dan mitra kepercayaan dalam ekspansi bisnis kami ke Eropa."

Terdengar bisikan dan gumaman terkejut dari para wartawan.

"Setelah dua dekade pencarian, keajaiban mempertemukan kami kembali. Arlena tumbuh dalam keadaan yang tidak mudah, tapi ia tumbuh menjadi perempuan yang kuat, cerdas, dan penuh kasih. Kami bangga menyambutnya kembali ke dalam keluarga."

Nyonya Lena menambahkan sambil menahan air matanya .

"Hari ini bukan hanya hari pengumuman, tapi hari pembuktian. Bahwa cinta dan takdir tidak pernah salah arah. Kami bersyukur pada Tuhan dan semua orang yang membantu membawa putri kami kembali."

Arlena kemudian diberi kesempatan berbicara. Dengan suara bergetar namun tulus, ia berkata:

"Terima kasih telah menerima saya kembali. Saya bukan siapa-siapa tapi sekarang saya merasa menjadi seseorang karena cinta dari keluarga saya... dan Aldric."

Aldric, tanpa banyak bicara, hanya menggenggam tangan Arlena erat dan menatapnya dengan mata penuh makna.

"Dia bukan sekadar calon istri saya karena dia adalah alasan saya percaya bahwa kebaikan yang tulus akan selalu menemukan jalannya pulang."

Konferensi pers ditutup dengan tepuk tangan meriah. Keluarga Maxim kini lengkap kembali, dan dunia menyaksikan sebuah kisah nyata tentang kehilangan, perjuangan, dan cinta yang akhirnya menemukan jalannya pulang.

Arlena bukan lagi sekadar gadis pelayan, tapi Putri Maxim dan calon istri dari pria yang mencintainya dengan segenap jiwa.

1
Rohana Omar
up la 1 atu 2 bab baru hati nak bacanya....ni up 1 bab lepas tu tercari2 bab seterusnya......
Kadek Bella
lanjut thoor
my name is pho: siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!