Apa jadinya jika Guru yang menyebalkan itu men*embak mu untuk menjadi kekasihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
"Kita jadi nikah Pak? ".
Tiba - tiba Ganes bertanya. Gadis itu masih berharap, perkataan Ayah hanya gebrakan agar Ganes berubah.
Sanjaya menoleh sekilas ke Ganes yang menatapnya.
"Tentu saja. Dokumen sedang diurus oleh pengacara, beberapa hari pasti jadi ! Kenapa? Kamu sudah tidak sabar?". Sanjaya tersenyum kecil.
"Eh bukan begitu ! Apa tidak bisa dibatalkan saja? Saya sedang berusaha berubah ! ".
"Tidak akan dibatalkan. Jangan harap ! ". Sanjaya berkata dengan tegas. Malah jika bisa, tidak usah menunggu setelah selesai ulangan.
"Bapak inget nggak pas waktu itu janji apa ke Saya? ".
"Apa? ".
Sanjaya membagi konsentrasinya. Mengemudi, dan mendengarkan celotehan Kekasihnya.
"Waktu itu Bapak janji bikin nilai Saya bagus. Mana bukti nya?"
"Kamu tidak merasa dibantu?"
"Nggak, cuman di pelajaran Kimia saja Bapak bantu Saya. Itupun pas ulangan dadakan kemarin. Untuk Ulangan besok nggak tau dibantu apa nggak. Kalau begitu tidak ada bedanya Saya jadi pacar maupun nggak. Sama aja ! "
Otak kecil Ganes mulai perhitungan. Sanjaya belum membuktikan Janjinya.
"Tanpa diimingi nilai bagus, Kamu tetap mau jadi Kekasih Saya kan Nes? Saya ganteng loh, dan sebagai informasi tambahan, Saya juga banyak uang nya ! ".
Ganes memutar bola mata nya. Malas. Baru kali ini Dia mendengar Sanjaya narsis begitu.
"Dan tanpa Saya jadi Kekasih Kamu pun, suatu hari Kita memang akan menikah ! ". Sanjaya berkata, sambil menatap Ganes penuh arti.
"Hah?".
Ganes tidak paham maksud Sanjaya. Lelaki itu tetap akan menikah dengannya, walaupun Mereka bukan sepasang kekasih?. Atas dasar apa? Tidak mungkin kan Mereka sudah dijodohkan sejak lama?
"Tidak usah dipikirkan ! Yang jelas, Saya mencintai Kamu, dan itu tidak main - main, Ganes.. ".
Sanjaya mengacak rambut Ganes. Gadis di sampingnya masih bengong. Mungkin kepikiran dengan kalimat terakhirnya tadi.
"Oh ya, Siapa Gading? Apa Dia alumni SMA xxx? Ada murid Saya dulu namanya Gading ! ".
Sanjaya ingat dengan ucapan Ganes saat di panggung. Jujur Sanjaya cemburu mendengar Ganes mengatakan SALAM BALIK tadi. Harusnya Ganes bisa menjaga perasaanya, apalagi hal itu terjadi benar - benar di depan mata nya. Walaupun Dia menyadari kegugupan Ganes, tetapi bukan berarti Ganes bisa berbicara begitu kan?
"Iya, kalo nggak salah Tami pernah cerita kalau Kakak nya Alumni SMA kita. Dia sekarang jadi Advokat di Hotman and Rekans. Keren banget ya Pak ! Hehee ".
Ganes terkekeh. Dia jadi seperti Tami yang sedang membanggakan Kakak nya.
"Ganteng mana Saya sama Dia? ".
Ganes menoleh ke Sanjaya, dan menutup mulutnya. Dia hampir terpingkal mendengar pertanyaan absurd Kekasihnya itu. Kenapa harus membandingkan sesuatu yang tidak sama?
"Ganteng Kak Gading lah ! "
Setelahnya Ganes tidak bisa lagi menahan tawanya, karena Sanjaya terlihat tidak terima dengan jawabannya barusan.
"Hahahaaa ! ".
Ganes memegangi perutnya yang kaku karena tertawa. Ekspresi Sanjaya sangat lucu.
"Senang ya Kamu ! ".
"Auhh Sakit Pakk !! ".
Ganes mengelus telinga kanannya yang baru saja dijewer Sanjaya. Gadis itu berdecak, dan melirik sebal.
Sanjaya, Lelaki itu tidak rela jika Ganes menilai Gading lebih tampan dibandingkan dengan dirinya. Dirinya Dewasa, matang, dan mapan. Bagaimana mungkin Gading yang menang?
"Walaupun hanya bercanda, Saya nggak suka Kamu terlihat seperti menyukai Lelaki lain.. ".
Sanjaya meraih tangan kanan Ganes dan mengecupnya. Mereka sedang berhenti di lampu merah.
Ganes menatap tangannya yang masih digenggam Sanjaya. Gadis itu tidak tahu, sedalam apa perasaan Sanjaya pada nya. Sikap Lelaki itu kadang terlihat sangat - sangat mencintainya, tanpa dusta. Pelukan Sanjaya kemarin bahkan masih Ganes ingat rasanya. Pelukan hangat, dan menenangkan.
Apakah Aku harus menerima takdir ini? Menikah? Aku nggak tau perasaanku bagaimana ke Dia. Aku suka dengan perlakuannya yang manis, walaupun terkadang nyebelin. Tapi memangnya itu cinta? Apa baik - baik saja menikah dengan perasaanku yang masih abu - abu?
"Mama tadi menelpon pas Kamu tampil. Mama bilang penampilanmu bagus sekali ! ".
"Ah benarkah? Ku pikir Mama hanya bercanda saat bilang itu semalam ! ".
Ganes memilih berpura - pura tidak tahu. Padahal tadi Dia sudah membahas dengan Sasi. Gadis itu belum ingin memberitahukan ke Sanjaya kalau salah satu sahabatnya mengetahui hubungan Mereka.
"Mama kalau sudah bilang A, pasti A ".
Ganes mengangguk. Mama seorang yang punya pendirian kuat. Mungkin Sanjaya mewarisi sebagian gen itu dari Mama nya.
"Oh ya, hari sabtu besok Kita keluar cari cincin ya.. "
"hmm.. Tapi jangan terlalu pagi ! ".
Bukan tanpa alasan Ganes menjawab itu, Hari sabtu Ganes sudah berjanji membantu Mama nya memanen selada di kebun kecil belakang rumah. Kemudian membagikannya ke tetangga Mereka. Mama sudah mewanti - wanti nya untuk tidak bangun kesiangan, karena selada di belakang rumah harus segera di panen.
Mama nya yang berasal dari Desa, dan tumbuh hingga remaja di Desa, sangat hobi berkebun. Kelebihan lahan di belakang rumah Mereka, sudah Mama sulap menjadi kebun kecil yang hijau. Itu juga alasan Mengapa Ganes dan keempat sahabatnya lebih senang berada di area belakang, karena bisa melihat hijau - hijau di sana.
"Dan satu lagi, Kamu mau mahar berupa apa?". Mumpung sedang bersama Ganes, dan karena Mama nya juga terus mengingatkan, sekalian saja Dia bertanya.
"Terserah lah ! Masa tanya Saya si? ". Heran Ganes. Bukankah benda itu sesuai kemampuan calon suami?
"Kok terserah? Kalo Saya kasih sandal, kayak pernikahan yang sempat viral, memang Kamu mau? ".
"Nggak masalah ! Asal sandal nya terbuat dari emas !.. Memangnya nggak malu ?, narsis bilang banyak uang, tapi kasih mahar sepasang sendal ! " Ejek Ganes.
Sebenarnya Dia tidak terlalu peduli dengan mahar apa yang diberikan Sanjaya. Karena hal seperti itu dipikirkan oleh Mereka yang memang mau untuk dinikahi. Berbeda dengan dirinya yang hanya mengikuti arus.
"Susah memang. Ditanya bilang terserah, giliran dikasih sesuai kata TERSERAH, malah protes ! ".
"Bapak sekarang jadi cerewet ya? Padahal sebelum ini, Bapak kelihatan misterius ! ".
Ganes menyipit, menilai Lelaki di sebelahnya. Rupanya Sanjaya mempunyai kepribadian lain yang ditutupi nya. Cerewet dan narsis !
"Saya menyesuaikan keadaan, nggak mungkin Saya misterius, kalau Kamu ngajak Saya perang begitu ! ". Jawab Sanjaya.
Sanjaya harus menahan diri. Menghadapi Ganes yang berusia dua belas tahun dibawahnya, harus benar - benar sabar. Jika tidak ingat nasehat Papa dan Mama nya, serta Permintaan Ayah dan Ibu Ganes, bisa jadi Sanjaya kelepasan !
Persoalan mahar tidak lagi Sanjaya lanjutkan. Dia pikir Ganes mempunyai keinginan tertentu, yang hendak Sanjaya wujudkan dalam bentuk mahar. Rupanya Gadis itu tidak memikirkan sesuatu yang menjadi hak nya. Biarlah nanti Dia memberikan sesuai apa yang tempo hari Dia rencanakan.
Mobil Sanjaya sudah memasuki halaman rumah Ganes.
"Nggak mampir? ". Tanya Ganes basa basi. Kekasihnya itu biasanya akan mampir, walaupun hanya sekedar menyapa Ayah atau Ibu saja.
"Tidak, salam saja untuk Ayah dan Ibu ! ".
Ganes mengangguk.
"Tunggu ! "
Sanjaya mencegah Ganes yang akan membuka pintu mobil.
Ganes menoleh ke belakang, dan ..
Cup !
.
.
.
Bersambung 😁