NovelToon NovelToon
High School Iyuna

High School Iyuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Menjadi NPC / Romansa
Popularitas:891
Nilai: 5
Nama Author: Anggara The Blukutuk³

Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ajakan kencan, lagi

Kelas dimulai, seperti biasa, Iyuna menatap datar keluar jendela sementara bu Rheina menjelaskan di depan kelas dengan suara lantang. Jari-jari Iyuna mengetuk-ngetuk meja dengan irama lambat, matanya menerawang jauh menembus kaca yang memantulkan birunya langit, sementara pikirannya mengembara entah kemana. Sesekali ia menghela napas panjang, dadanya naik turun dengan gerakan halus, kemudian menggigit ujung pensilnya dengan tatapan kosong.

Nah, setelah 3 jam pelajaran yang terasa panjang dan melelahkan, bel berbunyi nyaring menandakan waktu istirahat pertama tiba...,

Iyuna melangkah cepat menyusuri koridor dengan langkah tegas, sepatu hitamnya mengetuk lantai dengan ritme konstan. Ujung rok seragamnya berayun seirama dengan langkahnya yang penuh determinasi. Ia berdiri di depan ruang olahraga, menarik napas dalam-dalam, dadanya mengembang, lalu "brwakk" membuka pintu itu dengan keras hingga berdebam ke dinding, engsel pintunya berderit protes.

Iyuna mengangkat kepalanya dengan gerakan angkuh, dagunya terangkat menantang, bahu tegap, "Jadi? Ada apa?" Tanyanya datar, menatap tajam Reza yang berdiri di hadapannya.

Reza menyeringai, bibirnya tertarik ke satu sisi, menampakkan deretan giginya yang rapi, "Hngh, tidak bisa lebih sopan sedikit yah." Jari-jarinya menyisir rambutnya ke belakang dengan gerakan santai.

"Maaf soal itu, apa maumu?" Tanya Iyuna datar, tangannya mengusap lehernya yang terasa kaku, kakinya mengetuk lantai.

"Aku hanya ingin mempromosikan Osis," Reza mengayunkan tangannya di udara dengan gerakan teatrikal, nafasnya berhembus pelan.

"Orang sepertimu tentu tidak akan menyia-nyiakan ini kan?" Ucap Reza, bersandar pada dinding dengan sikap santai, satu kakinya ditekuk dan telapaknya menempel pada tembok, tangannya bersedekap di depan dada.

Iyuna menghela napas panjang, bahunya turun sedikit, "Aku tidak tertarik," Ucapnya, jarinya memainkan ujung rambutnya dengan gerakan malas.

Reza memasang wajah kesal, otot rahangnya mengeras, lalu menendang tembok di hadapannya dengan sepatu hitamnya hingga menimbulkan suara debam keras, debu halus beterbangan, "Hah?" — "Baiklah jika kau memang tidak mau, tapi aku akan masuk ke osis dan kau tidak akan bisa seenaknya memerintahku nanti," Ucap Reza percaya diri, dadanya membusung, matanya berkilat penuh tekad.

"Terserah saja, kau tentu tau akibatnya kan jika berani menentangku?" Ucap Iyuna datar, nadanya mengintimidasi, jari telunjuknya teracung ke arah Reza, matanya menatap tajam tanpa berkedip.

Reza menyeringai pahit, rahangnya mengeras, "Hngh," gumamnya, kepalan tangannya mengencang di sisi tubuhnya hingga buku-buku jarinya memutih. "Kau benar-benar sulit untuk diancam yah," Ucapnya, menggertakkan giginya dengan suara yang terdengar jelas.

"Baiklah, tujuanku disini sebenarnya bukan untuk mengajakmu gabung ke osis," Ucap Reza, punggungnya menegak, tangannya kini beristirahat di saku celana.

"Lalu?" Tanya Iyuna, kepalanya sedikit miring ke samping, alisnya bertaut dalam ekspresi penasaran yang samar.

"Apa kau tau Willey Zentarou?" Tanya Reza, matanya mengkilat penuh intensitas, tubuhnya sedikit condong ke depan, mengurangi jarak di antara mereka.

"Ya, dia salah satu calon ketua osis bukan? Aku tau dia," Jawab Iyuna datar, tangannya kini bermain dengan kancing seragamnya, matanya bergerak lambat.

"Kau tau? Tujuan utama Willey menjadi ketua osis adalah untuk menguasai sekolah ini, dan mengeluarkan siswa-siswi rendahan," Ucap Reza serius, alis matanya menukik tajam, jari telunjuknya mengacung ke lantai dengan gerakan tegas.

"Lalu?" Tanya Iyuna, memiringkan kepalanya lebih dalam, poninya jatuh menutupi sebagian matanya.

Reza menghentakkan kakinya ke dinding dengan gerakan kasar, suara benturan bergema di ruangan kosong, "Bukankah itu sebuah ancaman?" Tanya Reza, nadi di lehernya berdenyut terlihat, wajahnya memerah menahan emosi.

"Kalau untukku, tidak," Ucap Iyuna santai, mengangkat bahunya dengan gerakan ringan, tangannya mengibaskan udara seolah mengusir lalat.

Reza menggeram, giginya bergemeretak, ia lalu mendekati Iyuna dengan langkah menghentak dan mencengkeram kerah Iyuna, jari-jarinya meremas kain putih itu hingga kusut, "Apa kau tau dampak jika ia mengambil alih sekolah? Seluruh siswa bisa jadi budaknya! Orang sombong itu....." Ucap Reza geram, napasnya memburu, wajahnya hanya beberapa sentimeter dari wajah Iyuna.

Iyuna mencengkeram tangan Reza dengan gerakan cepat, jari-jarinya menancap di pergelangan tangan pemuda itu, "Kau tau? Aku bisa saja mengeluarkannya dari sekolah ini, jika aku mau," Ucap Iyuna santai, lalu mendorong perlahan Reza ke belakang, telapak tangannya menekan dada pemuda itu.

"Tch," Reza berdecak, lidahnya mendorong langit-langit mulutnya, "Terserah kau saja! Tapi aku tidak akan tinggal diam terhadapnya," Ucap Reza mengancam, jari telunjuknya menuding wajah Iyuna.

"Lakukan sesukamu. Selama itu tidak menentang perintahku, itu tidak masalah," Ucap Iyuna datar, tangannya merapikan kerah seragamnya yang kusut akibat cengkeraman Reza.

"Hngh," Reza menyeringai, matanya menyipit, "Baiklah baiklah," Ucapnya, ia lalu berjalan melewati Iyuna, bahunya sengaja menyenggol bahu gadis itu.

"Kalau begitu, sampai jumpa nanti," Ucap Reza, lalu berjalan keluar dengan langkah lebar, sepatunya berdecit di lantai yang mengkilap.

Iyuna menatap sejenak punggung Reza yang menjauh, mengusap bahunya yang tersenggol, lalu ikut keluar dan kembali ke kelas dengan langkah lambat yang berirama.

Iyuna berjalan ke bangkunya yang ada di pojok, sepatu pantofelnya menyeret pelan di lantai kelas. Ia menoleh ke Eid yang ada di sampingnya, yang sedang menekuni bukunya dengan posisi membungkuk. "Hei Eid, dimana Sherin?" Tanyanya, menoleh ke bangku Sherin yang kosong, tangannya menunjuk kursi itu.

"Oh, dia sedang seleksi osis," Jawab Eid cuek, fokus membaca bukunya, jarinya membalik halaman dengan gerakan cepat, matanya bergerak-gerak menyusuri kalimat demi kalimat.

"Kau tidak ikut Osis?" Tanya Iyuna, menarik kursinya dan duduk dengan gerakan anggun, roknya tersibak sedikit sebelum akhirnya jatuh menutupi pahanya.

"Ti-tidak," Jawab Eid, jarinya berhenti di tengah halaman, matanya masih terpaku pada bukunya.

"bergabunglah dengan Osis, itu perintahku," Ucap Iyuna, jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme tidak sabar, matanya menatap lurus ke arah Eid.

"Hah? Kenapa?" Tanya Eid, nadanya kesal, bahunya menegang, kepalanya terangkat dari buku yang dibacanya.

"Patuhi saja, kau tau kan akibatnya jika kau menolak!?" Ancam Iyuna, matanya menyipit berbahaya, bibirnya membentuk garis tipis yang tegas.

"I-itu," Respon Eid gelisah, jarinya memilin ujung seragamnya, kepalanya tertunduk.

"Lagipula, aku yakin akan ada banyak masalah yang mendatangi Sherin nantinya," Iyuna melipat tangannya di atas meja, jari-jarinya saling bertaut.

"Apa kau tidak ingin membantunya?" Lanjut Iyuna, kepalanya sedikit miring, matanya mengunci pandangan Eid.

"Tch," Decak Eid, lidahnya mendorong langit-langit mulutnya, ia lalu menunduk memikirkan keadaan Sherin, jari-jarinya mengetuk-ngetuk dagunya yang lancip.

Setelah beberapa menit, "Baiklah! Aku akan bergabung lusa nanti!" Ucap Eid percaya diri, matanya berbinar penuh tekad, tangannya mengepal di atas meja.

Iyuna hanya menatap datar Eid, sudut bibirnya terangkat samar membentuk senyum tipis yang hampir tak terlihat, lalu duduk di kursinya dengan punggung tegak. Tak lama kemudian, bu Rheina datang dengan langkah tergesa, rambut pendeknya bergoyang seiring gerakannya, dan pelajaran dimulai dengan suara ketukan penghapus papan tulis.

Setelah pelajaran selesai, seperti biasa. Di asrama, Iyuna langsung melempar tasnya ke meja hingga menimbulkan suara bedebum pelan dan menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, pegas kasur berderit pelan menyambut beratnya.

Ia membuka satu persatu kancing kemeja putihnya dengan gerakan lamban sambil tiduran hingga terbuka, jari-jarinya bergerak malas, lalu menurunkan resleting rok nya dengan suara desisan halus dari logam yang bergesekan.

"Drrr~ Drrr~" Bunyi notif ponsel Iyuna yang tergeletak di meja, benda persegi panjang itu bergetar, cahaya layarnya menyala redup.

Iyuna berusaha meraihnya dengan malas, tangannya terulur jauh dari kasur, jarinya menggapai-gapai di udara, "E-enngh~" Erangnya pelan, napasnya terengah.

Ia menyalakan ponselnya dengan gerakan menekan ibu jari pada layar sentuh, dan menerima pesan tak lain dan tak bukan dari Rakha Vanguard. Layar ponselnya menerangi wajahnya yang kini berbaring miring, rambut tergerai menutupi sebagian pipinya.

Isi pesannya (Pov Iyuna):

Iyuna hanya menatap pesan itu dengan mata menyipit, lalu mengetik di layarnya "t-i-d" jarinya bergerak pelan di atas layar sentuh, terhenti karena terpikir sesuatu. Ibu jarinya mengambang beberapa senti di atas layar ponsel.

"Tunggu, aku bisa memanfaatkan ini untuk sedikit melupakan Anggara. Lagipula, aku bisa menjadikan Rakha sebagai 'buku pelajaran' ku nantinya," Monolog Iyuna dalam hati, jarinya mengetuk-ngetuk pinggiran ponsel dengan ritme lambat.

"Benar! Salah satu kebiasaan remaja sekarang adalah menjalin hubungan asmara. Kurasa dengan memanfaatkan Rakha, aku bisa mendapat sedikit pelajaran tentang itu," Monolog Iyuna, matanya menatap langit-langit kamar, bibirnya terkatup rapat.

Ia lalu mengetik di layarnya dengan gerakan cepat jari-jarinya menari di atas layar sentuh, dan mengesend sebuah pesan balasan, suara 'ting' halus terdengar saat pesan terkirim.

Isi pesannya (pov Rakha):

Btw, Si Rakha masih di ruang osis, melatih beberapa calon osis disana, berdiri tegak di depan mereka dengan papan catatan di tangan. "Tunggu? Apa? Dia menerimanya?" Gumamnya kaget, pipinya sedikit memerah, matanya terbelalak membaca layar ponselnya.

"I-ini tidak mungkin, tidak mungkin, apa yang ku chat ini benar benar Iyuna?" Gumamnya, pipinya memerah dan matanya terbelalak tak percaya, jarinya mengusap layar ponsel berulang kali seolah ingin memastikan pesan yang dibacanya nyata.

Rakha mengirim sebuah pesan balasan lagi, jarinya bergerak cepat di atas layar.

(pov ponsel Iyuna):

Kembali ke Iyuna, "Hah? Apa maksudnya?" Monolog Iyuna, membaca pesan balasan Rakha, alisnya bertaut bingung, bibirnya sedikit mengerucut.

Yah, ia hanya melihatnya dan langsung mematikan ponselnya tanpa membalas pesan itu, layar ponsel meredup dan mati. Ia melempar santai ponselnya ke kasur, benda itu memantul pelan di atas permukaan empuk, kemudian melepas pakaiannya dengan gerakan lambat nan lelah, kain merosot dari bahunya yang mulus, bersiap mandi. Kakinya melangkah berat ke kamar mandi, tangannya mendorong pintu hingga terbuka.

1
Jumpri Cry
lanjut
SukiDenial
Mcnya keren. Dan ada banyak fanservicenya😍. Iyuna itu waifu ku banget titik🤬
Dimas Saputra
lanjut thor, dan Saling suport
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!