"Bapak, neng lelah kerja. Uang tabungan untuk kuliah juga gak pernah bisa kumpul. Lama-lama neng bisa stress kerja di Garmen. Cariin suami yang bisa nafkahi neng dan keluarga kita, Pak! Neng nyerah ... hiikss." isak Euis
Keputusasaan telah memuncak di kepala dan hati Euis. Keputusan itu berawal karena dikhianati sang kekasih yang berjanji akan melamar, ternyata selingkuh dengan sahabatnya, Euis juga seringkali mendapat pelecehan dari Mandor tempatnya bekerja.
Prasetya, telah memiliki istri yang cantik yang berprofesi sebagai selebgram terkenal dan pengusaha kosmetik. Dia sangat mencintai Haura. Akan tetapi sang istri tidak pernah akur dengan orangtua Prasetyo. Hingga orangtua Prasetyo memaksanya untuk menikah lagi dengan gadis desa.
Sebagai selebgram, Haura mampu mengendalikan berita di media sosial. Netizen banyak mendukungnya untuk menghujat istri kedua Prasetyo hingga menjadi berita Hot news di beberapa platform medsos.
Akankah cinta Prasetyo terbagi?
Happy Reading 🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Hujan, bangku taman dan tangisan.
Hai Readers... Bab ke dua puluh tiga, "Tempatku berpijak adalah tanah merah bukan marmer mewah. Jika hujan tiba, tergenang kubangan—tanah menjadi bubur, kakiku terperosok di lumpur. Aku tidak membenci hujan, Tuan. Tapi aku berharap musim ini ada jeda, biarkan tanah mengering. Agar aku bisa berjalan tanpa khawatir tubuhku terguling." (Euis)
Happy Reading 🩷 🩷
🌷🌷🌷
"Jadi apa tujuan anda ke sini?" tanya Pras, suaranya dingin lalu memicingkan mata.
"Aku ingin mengajak Euis mengelola cafe, memang bukan cafe besar tapi lokasinya sangat bagus untuk tempat tongkrongan anak muda." ujar Rayhan
Wajah Euis berbinar, secerah mentari yang baru saja mengintip hari, seakan menemukan jalan keluar dari labirin masalah yang tidak berujung. Perubahan wajah Euis menarik perhatian Pras, jantungnya berdenyut perih, ia belum pernah membuat istrinya tersenyum dengan mata berbinar cerah.
Pras segera memotong ucapan yang baru saja akan Euis utarakan, "Tidak bisa! Euis sudah sibuk mengurus keluarga. Selagi saya masih bisa memberinya nafkah, Euis tidak boleh bekerja, bukankah istri lebih baik di rumah." seakan meminta persetujuan ibu mertuanya, Pras menatap wajah Surti.
Surti yang ditatap secara spontan hanya bisa terdiam, tidak salah yang Pras utarakan tapi ia juga tidak ingin mematahkan hati putrinya. Binar cerah di wajah Euis seketika meredup, gadis itu menunduk.
Rayhan masih belum mempercayai gadis yang ia taksir sudah menikah, ia mencari cara agar Euis menerima tawarannya. "Euis, kamu masih bisa mengurus keluarga. Kita akan buat aturan yang tidak terlalu mengikat. Aku ingin yang mengelola usaha ini kalangan anak muda, makanya waktu kerja pun aku buat fleksibel, kamu masih bisa kuliah."
"Aku akan pikirkan dulu, Aa Ray. Bagaimana juga sekarang aku punya suami, semua harus atas ijin suami." lirih Euis, menekan perasaan sedihnya.
Pras merasakan kemenangan, Euis mendengarkan dan menghargai ucapannya. Akan tetapi Pras tidak tahu, baru saja luka gores di hati Euis tercipta karena ucapannya.
"Euis! Ini kesempatan untuk kamu berkembang, kamu berhak menentukan hidupmu. Hanya lelaki berjiwa patriarki yang melarang istrinya berkembang " Rayhan berusaha memprovokasi Euis.
"Anda ingin mengatakan saya patriarki? saya sangat memberi kebebasan pada Euis untuk berkembang, tapi bersama dengan saya. Bukan dengan lelaki lain." sengit Pras, lalu menatap istrinya, sorot matanya dingin menghujam manik mata Euis, tatapan yang menembus relung hatinya.
Euis kembali menundukkan pandangannya, tangannya meremas sisi baju yang ia pakai. Terkadang Euis sangat keras kepala dan suka membantah jika ia berada di posisi yang benar, tapi di satu sisi, Euis akan jadi penurut jika memang sudah menjadi keputusan bapak dan suaminya.
"Aku rasa anda bukan suami yang baik, dari awal anda mencegah Euis mengutarakan apa keinginannya, anda tidak mengenal Euis dengan baik, apa anda tahu Euis bermimpi memiliki usaha sendiri. Aku berniat mewujudkan itu, tapi anda menjegal jalannya." provokasi Rayhan
"Saya bilang, Euis akan berkembang bersama saya, suaminya, bukan orang lain. Kenapa kamu begitu ngotot ingin Euis ikut usaha kamu? Apa kamu punya motif lain?" cecar Pras
Ketegangan menggantung di udara, dua orang lelaki yang memiliki sifat dominan saling menatap dengan sorot permusuhan, mereka sudah memasang kuda-kuda ingin saling menyerang dengan serbuan kata-kata tajam.
Suara derak beberapa pasang kaki terdengar mendekati rumah semi permanen yang ditempati Euis.
"Assalamualaikum... Teteeehh!" suara lembut manja milik Zaenab terdengar disertai wajah cantik yang terbalut hijab menyembul di ambang pintu.
"Masyaallah... Zen! Sama siapa ke sini?" pekik Euis seraya bergegas menyerbu Zen yang menggendong Sandra.
Zen melirik ke arah dua orang yang berada di belakangnya, Kedua mertua Euis. Euis mengambil punggung tangan kedua mertuanya, ersalamah dengan hormat.
"Anak teteh, apa kabar... Teteh kangen." Euis mengambil tubuh mungil Sandra
"Panggilnya mama dong sekarang, masa teteh sih?! Sandra udah bisa manggil mama lho teh" protes Zaenab.
"Ah masa sih, baru teteh tinggal beberapa hari." Euis menarik sudut bibirnya hingga dimple di pipi tercetak indah.
Ketegangan mencair seperti salju terpapar cahaya mentari, Pras tersenyum lebar, Surti pun berdiri ingin melihat cucu tirinya yang seringkali diceritakan Euis, sementara Rayhan melongo melihat Euis dengan mudahnya mengulas senyum dan tawa saat menggendong bayi mungil itu. Rayhan seakan kembali kecebur kolam es batu, dingin gigil, harapannya mendekati Euis telah hilang.
"Kamu lihat? Kami sebuah keluarga, Euis tidak mungkin meninggalkan putriku untuk bekerja denganmu." ucap Pras dengan wajah arogan.
Singkat saja, Rayhan akhirnya pamit karena suasana sudah berubah mencair walaupun ada luka menganga di hati Rayhan yang akan ia bawa pulang.
Abi Ali dan Arini datang ke rumah Euis selain untuk silaturahmi, juga ingin meminta Kartono menjadi pengawas pembangunan pabrik atap yang dimiliki Abi Ali.
"Saya orang kampung, juragan. Lulusan saya cuma SD, baca tulis aja saya belajar dari Euis. Apa juragan tidak salah mempercayakannya tugas penting itu pada saya?" ucap Kartono dengan suara rendah dan merendahkan diri.
"Saya butuh orang yang jujur kang Tono, orang pintar banyak, tapi orang jujur itu susah. Saya dapat rekomendasi dari Nurdin. Katanya kang Tono pernah jadi mandor proyek villa Abah saya dulu, iya betul begitu kang?" tanya Ali
"Betul juragan, waktu kakeknya juragan Pras buat villa saya yang mandori pembangunan di sana." jawab Kartono.
"Pembangunan akan dimulai bulan depan, setelah selesai pembangunan rumah kang Tono." ucap Ali.
Kartono tiba-tiba beringsut, bersimpuh di kaki Abi Ali, "Saya tidak tahu lagi harus bilang apa, kenapa kebaikan bertubi-tubi datang pada keluarga saya, juragan saya tidak minta apa-apa, saya hanya ingin Euis diterima di keluarga juragan, di bahagiakan. Saya sudah mensyukuri rezeki yang selama ini Tuhan beri, bukan menolak pemberian juragan, tapi saya rasa ini berlebihan." Kartono terisak.
"Bangun kang, jangan seperti ini. Semua karena kebaikan Euis pada keluarga kami. Kami belum bisa memberikan pesta mewah pernikahan Pras dan Euis, semoga hal ini bisa kang Tono dan keluarga terima." Ali membantu Kartono bangun lalu merangkulnya.
"Kalau teteh gak pulang ke Bandung, Zen dan Sandra akan tinggal di sini." ancam Zaenab
Euis menoleh ke ibu dan bapaknya, meminta persetujuan. Sepasang suami istri itu mengangguk dengan lembut. "Kamu jaga diri baik-baik, jaga nama baik suamimu juga keluarganya. Jangan pergi meninggalkan rumah jika ada selisih paham dengan suami." pesan Kartono.
Hari itu, dibawah guyuran hujan deras... Mereka menggulirkan roda kendaraan dan memacu di jalanan aspal, kembali ke Bandung, PMI (Perumahan mertua indah).
🌷🌷🌷
Kembalinya Euis ke rumah Abi Ali, Pras kembali hilang tanpa kabar, tidak ada denting notif pesan untuk sekedar sapa dan menanyakan kabar atau menuliskan sebaris kata rindu, Euis terdiam dalam gelisah, ia duduk di bangku taman dibawah rintik hujan yang menyamarkan tangisannya
'apakah data selulernya merambat pelan karena hujan deras? harapan yang kau janjikan seakan hanyut terbawa derasnya air hujan, aku tidak menghakimi, tapi aku juga tidak ingin menyalahkan hatiku yang terlanjur menggantungkan bahagia pada janji manismu. Memang semua hal tidak harus diberi alasan, tapi paling tidak sekali saja kau beri alasan mengapa kau diamkan aku menguyah luka sendirian lagi.' lirih Euis.
......Flashback On ......
Setelah mengantarkan Euis kembali ke rumah orangtuanya, Pras pamit untuk ke pabrik memantau pengiriman barang ke Sulawesi. Saat itu senyuman manis semanis janjinya, Pras mengatakan akan kembali ke rumah orangtuanya dan bermalam di sana. Euis percaya.
Ia melepas suaminya dengan mantra doa yang ia langitkan di saat hujan deras dan bunyi petir saling bersahutan. Kecupan di kening dan di punggung tangan pun menjadi penghantar kepergian Pras.
Semua janji berubah saat sebuah pesan dari bank membuat Pras memutar arah rencananya yang hendak ke pabrik jadi kembali ke rumah istri pertamanya.
["Istri bapak barusan datang ingin mencairkan cek senilai lima milyar, kami butuh konfirmasi bapak... "] pesan dari Kepala cabang Bank.
Bruaakk !!
"Apa maksud kamu Haura? Sejak kapan kamu menjadi pencuri? Aku tidak pernah curiga sedikitpun padamu. Tapi konfirmasi perbankan, kamu sudah sering melakukan kecurangan di belakangku!!" maki Pras, tatapannya menyorot Haura begitu tajam.
"Pras... Aku terlilit hutang arisan, beberapa anggota ku kabur tidak membayar arisan. Jadi aku yang tanggung jawab membayarnya, kamu mau aku di penjara, Pras." isak Haura.
"Kenapa kamu yang di penjara, seharusnya mereka yang tidak bayar yang di kejar, bukan kamu yang tangung jawab!" bantah Pras
"Pras, aku tidak tahu harus cari mereka kemana... Hiks... "
"Sudah seringkali aku bilang, lebih baik kamu ikut pengajian atau kursus apapun yang bermanfaat daripada ikut arisan sosialita yang gak jelas itu, susah sekali aku mengajarimu, Haura!!" omel Pras sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Pras sudah!! Aku sudah stress jangan kamu buat aku stres lagi!" bentak Haura
"Haura!! Mulai berani kamu membentak ku!" amarah Pras tersulut.
"Pras... A-akuu minta maaf, aku sedang stres sayang, jangan begini padaku, aku akan ganti uang kamu, jangan marahi aku ya, hmm... " Haura melembutkan suara dan memeluk Pras dengan erat. Pras mendorong tubuh Haura dengan sedikit kasar. Amarahnya belum bisa ia redakan.
Tok tok tok!
"Maaf ibu mengganggu kalian, i-ibu hanya ingin membawakan minum." ucap Salamah dengan tangan bergetar memegang nampan.
Salamah meletakkan teh hangat dan sepiring cemilan untuk menantunya. Matanya melirik Haura dengan takut, sebuah rencana tersembunyi sedang mereka siapkan untuk kembali membuat Pras luluh dan masuk dalam genggaman Haura.
"Terima kasih Bu... " ucap Pras, nadanya melembut.
"Keluarlah Haura, aku butuh waktu berpikir dan meredakan amarahku." usir Pras, ia meletakkan sikunya di atas meja dan memijat pelipisnya yang menegang.
Di ruang makan
"Bagaimana ma? Sudah mama masukan air dari Ki Ageng?" Haura mencekal lengan Salamah.
"Ra, kamu kenapa tega begitu sama suami kamu. Pras sudah banyak berkorban untuk keluarga kita." Salamah menepis tangan Haura dan menatap wajah anaknya dengan iba.
"Udah deh mama diam aja lagian uang yang Haura ambil juga buat papa dan bayar kuliah Joana!" bentak Haura
"Kamu kasih uang ke papa dan bayar kuliah Joana tidak sampai sepuluh juta, lantas yang kamu ambil dari Pras lima milyar, untuk apa uangnya Haura?!" omel Salamah.
Haura mencengkram wajah mamanya dan menatapnya dengan lekat, "Mama pikir, minta air mantra dari Ki Ageng bayar pakai daun? Atau mama mau Joana aku jadikan tumbal rencanaku kali ini, mau kalian berkorban untukku? Kalian tahunya hanya membuka telapak tangan menunggu kiriman dariku!"
"Bagaimana kalau Pras sampai sakit dan hilang ingatan, Ra. Mama kasihan sama anak itu. Berubah lah Haura sebelum terlambat, selagi dia masih menyayangi kamu, Ra. Dekati Pras dengan cara baik, jangan kamu obatin terus suamimu" tidak bosan Salamah menasehati putrinya yang keras kepala.
"Itu yang aku harapkan, susah sekali mencuci otaknya Pras jika masih ada kedua orangtuanya. Lebih baik dia hilang ingatan, lagian ya mam... Dia tidak akan berpaling dariku, Pras terlalu bucin padaku."
Salamah hanya menggelengkan kepala dan menatap nanar Haura.
...Flashback end...
...💐💐💐💐💐...
B e r s a m b u n g...
wajar Harris gak euis istri kedua prass....