Dulu, Lise hanya ingin sekolah dengan tenang. Tapi sejak bertemu Kevin, pria dengan rahasia di balik setiap diamnya, semua berubah. Hatinya yang polos tak bisa membohongi getaran tiap kali Kevin menatapnya. Meski dunia Kevin gelap, Lise merasa hangat saat di dekatnya. Seolah... cinta itu memang tidak selalu datang dari tempat yang terang.
“Kalau dunia ini hancur besok, kamu bakal nyesel udah deket sama aku?” bisik Kevin di telinga Lise, jemarinya menyentuh lembut dagu gadis itu.
Lise tersenyum kecil, lalu menggeleng.
“Enggak. Karena sejak hari pertama kamu panggil nama aku, hidup aku mulai punya arti.” mata sayu nya menatap lembut pada pria yang telah mengambil hatinya itu.
------
Karya ini adalah hasil tulisan asli saya. Dilarang keras mengambil, menyalin, atau memodifikasi tanpa izin. Plagiarisme adalah pelanggaran serius dan tidak akan ditoleransi.
#OriginalWork #NoPlagiarism #RespectWriters #DoNotCopy
penulis_ Evelyne Lisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evelyne lisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 - Ciuman pertama
kevin mendorong dan menahan tubuh Lise dengan kedua tangannya, dadanya naik turun dengan napas yang masih terengah.
"Kevin, hentikan..." suaranya lirih, hampir tidak terdengar, tapi cukup untuk membuat Kevin menghentikan gerakannya.
Tatapan mata Kevin masih gelap, penuh dengan intensitas yang membuat Lise semakin gugup. Jari-jarinya mencengkeram bahu Kevin, mencoba menciptakan jarak, tapi tubuhnya sendiri terasa lemah.
"Lise..." suara Kevin dalam dan serak, napasnya berhembus hangat di atas wajah Lise.
Lise menelan ludah, jantungnya berdetak tidak karuan. Dia tahu Kevin tidak akan mudah mundur begitu saja. Tangannya sedikit gemetar saat mendorong dada Kevin sekali lagi.
"Aku tidak mengerti... kenapa kau seperti ini?" suara Lise bergetar, matanya mencari jawaban di wajah Kevin.
Kevin tidak langsung menjawab. Rahangnya mengeras, matanya menelusuri wajah Lise sebelum dia mengangkat tangannya, menyentuh pipi gadis itu dengan kelembutan yang bertolak belakang dengan intensitas dalam tatapannya.
"Kau benar-benar tidak mengerti, atau kau pura-pura tidak tahu, Lise?" suara Kevin terdengar rendah, nyaris seperti bisikan.
Lise terdiam, jantungnya semakin kencang. Apa yang sebenarnya terjadi pada Kevin? Kenapa dia begitu berbeda hari ini?
"Apa maksudmu? Kevin, kau kenapa?"
Mata Lise terbelalak lebar saat tubuhnya terdorong keras ke sofa, membuatnya terbaring sebelum Kevin mencium bibirnya dengan keras.
"enghhm"
Lise meronta-ronta dalam ciuman Kevin yang tidak terkendali. Bibir mereka bersentuhan keras. Terus saja Kevin mencium bibir Lise hingga bengkak dan memerah. Sesekali ia menghisap sampai Lise hampir kehabisan napas.
Sejenak, Lise terdiam dan menyentuh bibirnya yang agak bengkak setelah berakhirnya ciuman itu.
Gleg!
Kevin menelan salivanya melihat Lise yang terbaring di bawah tubuhnya. Belum lagi ia menatap leher putih Lise yang terekspos padanya. Kevin tambah tidak bisa menahan dirinya saat Lise masih terengah-engah.
Cup! Cup!
Dengan keras, Kevin mengecup leher Lise. Matanya terpejam, merasakan kulit lembut Lise yang sedikit berkeringat.
"Ke-Kevin!"
Lise mendorong dan menahan tubuh Kevin dengan Kedua tangannya, napasnya yang tersengal-sengal membuat nafsu Kevin terus meningkat.
"Jangan!"
Teriak Kevin menggelegar.
"Jangan apa, Kevin? Kau kenapa, sih?"
Kevin menggeram kesal.
"Jangan lagi dilihat banyak orang seperti itu!"
Warna wajahnya meledak-ledak. Lise terdiam, menganalisis.
"Kau tahu berapa banyak para pria yang melihat dan menonton mu itu?"
Lanjutnya keras, tangannya mencengkeram pinggang Lise yang masih terbaring di bawahnya.
Rupanya, Kevin tengah membicarakan saat Lise bertanding basket bersama Revan di sekolah. Memang, yang menontonnya itu sangat banyak, yang kemungkinan memang dari kelas ke kelas hingga kelas lain hadir.
Awalnya, para penonton itu mungkin hanya ingin melihat Revan yang tampan saat bermain basket. Tapi siapa sangka, Lise memiliki daya tarik untuk menarik perhatian orang lain.
"Jangan bilang kau membicarakan saat aku bermain basket?"
"Kau menyadarinya sekarang?"
Lise terdiam sebelum menatap Kevin dengan mata tajamnya. Lise tidak menyangka kalau Kevin akan membicarakan itu terlebih lagi.
"Memangnya kau tahu aku main basket?"
Kevin turun dari atas tubuh Lise dan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.
"Katakan darimana kau mengetahuinya kalau aku main basket?"
"Aku ada di sana! Tahu! Saat laki-laki sialan itu bilang namamu untuk menghukum mu, aku dengar, jadi aku ke sana!"
Lise bangun dan duduk menghadap Kevin.
"Lalu, apa alasannya kamu marah begini? Juga apa hubungannya denganmu?"
Ujar Lise tenang, mata hijaunya menatap tajam.
"Kau tahu begitu banyak pemuda yang menonton mu saat itu? Kalau tahu gimana mereka menatapmu!"
Lise tersentak sebelum tersenyum, kedua tangannya menangkup wajah Kevin.
"Rupanya Keke cemburu ya!"
Goda Lise, membuat Kevin tersentak dan memalingkan wajah kepada Lise.
"Siapa yang cemburu? Memangnya aku bilang aku cemburu gitu?!"
"Lalu kenapa kau sampai memperhatikan orang lain yang menatapku? Berarti iya, kan?"
"Iya!"
Lise tersenyum penasaran.
"Ha?"
"Aku cemburu, Lise."
___________
Btw, sorry thor, itu ada bbrp paragraf yg ke ulang²/Frown/