NovelToon NovelToon
Takdir Kedua

Takdir Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Murid Genius / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Putri asli/palsu
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Shinta Bagaskara terbangun kembali di masa lalu. Kali ini, ia tak lagi takut. Ia kembali untuk menuntut keadilan dan merebut semua yang pernah dirampas darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bos Baru di Kelas

Shinta Bagaskara mengabaikan, kembali menunduk membuka buku.

“……”

Raka Birawa terdiam. Apa dia benar-benar terlihat nggak punya wibawa sama sekali?

Matanya menyapu Shinta dari atas ke bawah. Namun, Shinta sama sekali tidak menoleh padanya, bahkan tidak melirik sedikit pun. Asap seolah keluar dari kepala Raka.

Kalau saja Shinta laki-laki, pasti sudah dia hajar sampai babak belur. Sayangnya, Shinta adalah perempuan. Sekeras apa pun dia, Raka nggak akan main tangan pada gadis. Apalagi, gadis itu memang lumayan cantik.

Raka mengepalkan tangan, lalu berdeham pelan.

“Shinta Bagaskara, kamu baru masuk kelas 12D. Sebagai anak baru, kamu tahu kan apa yang seharusnya dilakukan?”

“Aku tahu.” Shinta berdiri dengan tenang.

Raka mengangguk puas. Lumayan, masih ngerti aturan.

Namun, kalimat berikutnya membuat seluruh kelas terdiam.

“Ayo kita adu. Kamu boleh pilih sendiri tantangannya. Kalau kamu kalah, jangan ganggu aku lagi.”

“……” Raka.

“……” Seluruh kelas.

Beberapa detik keheningan lewat, lalu tawa meledak di ruang kelas.

“Hahaha! Aku salah dengar, kan? Dia barusan nantangin Bos Raka?”

“Gila, cewek baru ini berani banget.”

“Shinta, karena wajahmu lumayan, aku kasih saran—Bos Raka itu juara tak terkalahkan di sekolah ini. Pikir lagi deh, jangan sampai kamu nanti nangis.”

Raka pun ikut tertawa sampai hampir terjatuh. Dia memegangi perut sambil menunjuk Shinta.

“Shinta, lihat tangan sama kaki kecilmu itu. Sekali aku putar, bisa patah! Jangan cari gara-gara sama aku. Lagi pula, aku ini gentleman. Aku nggak mukul cewek.”

“Jangan banyak omong.” Shinta mengerutkan alis, jelas-jelas kesal.

Ia melangkah maju, langsung menangkap pergelangan tangan Raka, dan sekali putar—

“ARGHHH!” Suara jeritan pria menggema di kelas.

Raka, yang katanya jagoan, sampai keluar air mata saking sakitnya.

Murid-murid yang menonton kontan mundur serempak, wajah mereka ikut meringis.

Melihat Raka, mereka pun merasa ngilu.

Sejak kecil, Shinta terbiasa mengandalkan dirinya sendiri. Saat dipukul orang lain, dia pernah mengadu pada orang tua, tapi yang didapat hanya bentakan dan celaan. Sejak itu, dia tidak berharap lagi pada siapa pun.

Kalau ada yang memukulnya, dia pasti balas. Dan karena tenaganya cukup besar, hampir tidak ada yang bisa melawannya. Berkali-kali dia bahkan membuat lawannya masuk rumah sakit.

Di SD, SMP, sampai SMA sebelumnya, nama Shinta Bagaskara dikenal luas—si kecil penguasa yang tidak pernah takut.

Dia bukan tipe orang yang mau menelan hinaan. Masuk kelas 12D pun, tujuannya bukan untuk tunduk pada siapa pun. Urusan hubungan dengan teman sekelas? Dia tak peduli. Sejak lama, dia sudah terbiasa sendirian.

Raka meneteskan air mata. Sakitnya benar-benar luar biasa!

Wajah Shinta tetap dingin. Dia sekali lagi memutar tangan Raka, dan terdengar suara krak pelan. Semua orang kaget—tapi ternyata, bukannya makin parah, justru pergelangan tangan Raka yang terkilir berhasil dikembalikan ke tempatnya.

Namun, rasa sakit itu membuat Raka kembali menjerit seperti disembelih.

“Brengsek!” Raka sudah tidak tahan. Amarahnya meluap. Persetan dengan prinsip tidak memukul perempuan! Dia mengangkat tangan, hendak meraih bahu Shinta, berniat memberinya pelajaran.

Pergi ke neraka dengan kesatria! Pergi ke neraka dengan gentleman!

Tapi sebelum sempat menyentuhnya—

BAM!

Raka terkapar di lantai, tubuhnya jatuh keras.

Shinta menarik kembali kakinya dengan tenang, lalu kembali duduk di kursinya seolah tidak terjadi apa-apa.

“Bos Raka!”

Beberapa anak buahnya langsung panik, buru-buru membantu Raka bangkit.

Dahinya benjol besar seperti lampu bohlam. Ia meringis, menahan sakit, lalu berdiri terpincang.

Menggertakkan gigi, ia menunjuk Shinta dengan mata berapi.

“Siang nanti, setelah sekolah—kita ketemu di lapangan basket!”

Dia harus menghancurkan harga diri perempuan ini. Dia harus buktikan siapa sebenarnya bos di kelas 12D!

Bel masuk berbunyi. Bu Rinjani datang, pelajaran dimulai.

Shinta hanya meletakkan kepala di meja dan tidur dengan damai.

Di belakang, seorang siswi menatapnya dengan mata berbinar, penuh kekaguman.

Astaga, dia… keren sekali!

Gadis-gadis di depan pun sesekali menoleh ke belakang.

Bahkan beberapa cowok hampir saja memanggil Shinta “ayah”. Ya gimana, setiap cowok pasti punya mimpi jadi pendekar kan? Selama ini yang paling mereka kagumi adalah Raka, soalnya dia jago berantem.

Tapi sekarang, Shinta sudah dua kali bikin Raka keok.

Cowok-cowok pun tanpa malu langsung berpihak ke Shinta.

Bagi mereka, siapa yang paling kuat, dialah bos.

Saat sedang menyalin sebuah soal matematika, Bu Rinjani menoleh, dan pas banget melihat Shinta lagi tidur di bangkunya. Matanya menyipit, lalu ia merapikan kacamatanya.

Sebongkah kapur melayang tepat jatuh di meja Shinta.

“Shinta Bagaskara, maju ke depan. Selesaikan soal di papan tulis itu.”

Mungkin karena ketiduran, Shinta tidak bereaksi.

Teman sebangkunya, seorang gadis berwajah bulat dengan pipi chubby yang manis, buru-buru menggoyang bahunya.

Shinta mengangkat kepala, matanya masih sayu dan setengah ngantuk, sempat bengong sebentar. “Ada apa?”

“Guru nyuruh kamu ngerjain soal,” bisik Salsa Namira sambil menepuk dadanya, hampir pingsan karena kaget dengan sisi imut Shinta yang tak terduga.

“Terima kasih.” Shinta mengangguk ringan, lalu berjalan ke depan kelas. Ia mengambil kapur, menatap soal itu dengan kening berkerut.

Melihat Shinta belum juga menulis, Bu Rinjani berbalik dan mulai menjelaskan,

“Ini soal nomor 21 ujian masuk universitas lima tahun lalu, soal tersulit. Kalau kalian tidak bisa jawab, tidak masalah. Saya sengaja menyuruh murid yang tidur untuk maju, biar kalian semua ingat…”

Belum selesai bicara, Bu Rinjani menoleh lagi ke arah papan tulis. Begitu melihat isinya, ia langsung tertegun.

Menyesuaikan kacamatanya, ia berkata, “Baiklah, mari kita periksa apakah jawaban Shinta benar.”

“Guru, boleh saya kembali ke tempat duduk?” tanya Shinta tenang.

“Silakan.” Bu Rinjani melambaikan tangan sambil matanya tetap menatap papan tulis.

Begitu menelusuri langkah-langkah jawabannya, mulut Bu Rinjani terbuka lebar, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Shinta, kamu pernah belajar mata kuliah universitas?”

Soal ini memang menguji kemampuan gabungan tiga tahun pelajaran SMA, rumit banget, penuh langkah panjang. Tapi kalau pakai konsep matematika tingkat universitas, jawabannya jadi jauh lebih simpel.

Dan Shinta benar-benar menggunakan rumus kuliahan untuk menyelesaikannya.

Padahal, meski Bu Rinjani sendiri dulu dapat nilai tinggi di mata kuliah Matematika Lanjut, ia sama sekali tidak pernah terpikir menyelesaikan soal ini dengan cara itu.

“Belajar sedikit,” jawab Shinta santai.

Pelajaran SMA hampir hilang dari kepalanya, yang masih tertinggal cuma potongan-potongan pengetahuan kuliah.

“Jawabannya sempurna. Shinta, lain kali perhatikan ya. Jangan tidur di kelas.”

1
Narina Chan
ayo lanjutkan kaka
Robiirta
ayo lanjut update yg banyak kaka
Robiirta
lanjutkan kaka
Na_dhyra
2 bab gak cukup beb...hihihi
Awkarina
update yang banyak kaka
Awkarina
mam to the pus🤣🤣🤣
Awkarina
jurusnya teh hijau nih👍👍👍
Awkarina
dia jijik woy😄😄😄
Awkarina
bisa gitu🤭
Awkarina
antagonis pro nih👍
Awkarina
ini dia yang marah🤣🤣🤣
Awkarina
mati aja lo😄😄😄
Awkarina
lah dia mupeng😄😄😄
Awkarina
ko saya pengen nabok y🤣🤣🤣
Awkarina
lanjutkan 👍👍👍👍
Awkarina
lanjutkan 😍😍😍😍
Awkarina
Mantap ceritanya lanjutkan sampai tamat ya thor, aku menunggu
Robiirta
👍👍👍👍👍 LAnjutkan💪💪💪💪
Robiirta
lanjutkan💪💪💪💪
Robiirta
😍😍😍😍😍😍😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!