Di hari ketika dunia runtuh oleh Virus X-Z, kota berubah menjadi neraka. Zombie berkeliaran, manusia bertahan mati-matian, dan pemerintahan hancur dalam hitungan jam.
Di tengah kekacauan itu, Raka, seorang pria yang seluruh hidupnya terasa biasa, tiba-tiba mendapatkan Zombie Hunter System—sebuah sistem misterius yang memungkinkannya melihat level setiap zombie, meningkatkan skill, dan meng-upgrade segala benda yang ia sentuh.
Saat menyelamatkan seorang wanita bernama Alya, keduanya terjebak dalam situasi hidup-mati yang memaksa mereka bekerja sama. Alya yang awalnya keras kepala perlahan melihat bahwa Raka bukan lagi “orang biasa”, tetapi harapan terakhir di dunia yang hancur.
Dengan sistemnya, Raka menemukan kendaraan butut yang bisa di-upgrade menjadi Bus Tempur Sistem:
Memperbesar ukuran hingga seperti bus lapis baja
Turret otomatis
Armor regeneratif
Mode penyimpanan seperti game
Dan fitur rahasia yang hanya aktif ketika Raka melindungi orang yang ia anggap “pasangan hidup”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Yudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bus Tempur Pertama
Angin malam berembus membawa bau anyir darah dan debu yang mengering di antara reruntuhan bangunan. Kota itu sepi… tapi bukan sepi yang menenangkan. Sepi yang membuat telinga terus waspada, seakan ada sesuatu yang mengintai di balik bayang-bayang.
Raka mengencangkan genggaman pada gagang pedang pendek yang ia ambil dari barak polisi. Langkah kakinya ringan, tetapi penuh kewaspadaan. Di belakangnya, Alya mengikuti dengan setia, membawa ransel yang nyaris dua kali berat tubuhnya.
“Raka… kita yakin harus jalan kaki sejauh ini?” tanya Alya dengan suara pelan.
“Kita butuh kendaraan. Yang kuat. Yang bisa dipakai mengangkut persediaan,” jawab Raka tanpa menoleh. “Kalau terus jalan kaki, kita pasti cepat habis stamina.”
Alya mengangguk meski Raka tidak melihatnya. Ia mempercepat langkah, menyamakan ritme dengan pria itu. Ada sesuatu tentang cara berjalan Raka—tenang, kuat, dan tegas—yang membuatnya merasa aman, walau dunia di sekitar mereka berubah menjadi neraka.
Langkah mereka berhenti ketika Raka mengangkat tangan.
Alya langsung berjongkok di belakangnya.
“Ada suara,” bisik Raka.
Dari kejauhan, terdengar gesekan besi dengan aspal… seperti sesuatu yang diseret. Dan suara itu semakin lama semakin dekat.
Raka menahan napas.
Beberapa detik kemudian, muncul tiga sosok berjalan terseok-seok di tikungan. Zombie. Tubuh mereka pucat, sebagian kulit mengelupas seperti lilin meleleh. Salah satu membawa pipa besi yang menyeret tanah, menghasilkan suara yang terdengar sejak tadi.
“Level?” tanya Alya pelan.
Raka menatap layar biru transparan yang muncul begitu ia melirik ke arah zombie-zombie tersebut.
> [Zombie Jalanan – Level 3]
[Zombie Jalanan – Level 2]
[Zombie Jalanan – Level 4]
“Tiga ekor. Satu yang level empat agak bahaya,” ucap Raka.
“Kalau kita kabur lewat kiri?”
Raka menggeleng. “Terlalu banyak reruntuhan. Kita pasti kejebak. Kita habisin aja.”
Alya menelan ludah. Ia tahu Raka kuat… tapi tetap saja, perasaan melihat zombie mendekat tidak pernah menjadi hal mudah.
Raka maju dua langkah, mengangkat pedangnya.
Zombie pertama menerjang.
Raka menarik napas pendek lalu—
WHSSH!
Pedangnya melesat cepat mengiris leher zombie itu sampai putus dalam satu tebasan.
Zombie kedua datang lebih agresif, mengayunkan pipa besi.
DUARR!
Raka menangkis dengan sisi pedang, memanfaatkan tenaga momentum zombie, lalu menghantamkan lututnya ke dada mayat hidup itu. Tulang rusuknya patah, tubuhnya terpental.
Zombie ketiga—yang level empat—melompat mengejutkan.
“Raka!!” teriak Alya.
Raka tidak sempat menghindar. Zombie itu menabraknya dan keduanya jatuh ke aspal. Raka menahan kepala zombie agar tidak menggigit, namun cengkeramannya kuat.
“Raka!!” Alya berlari mendekat.
Zombie itu mendesis, mulutnya berusaha menembus pertahanan tangan Raka. Kedua tangan Raka menahan rahangnya, tapi kekuatannya mulai goyah.
Lalu…
TING!
Sebuah panel biru muncul.
> [Mode Pertahanan: Aktif]
[Kekuatan Fisik +10% ketika melindungi unit bernama: Alya]
“Serius…?” Raka terkejut.
Tenaganya tiba-tiba meningkat. Dengan satu hentakan kuat, ia mendorong zombie itu dan membalikkan posisi. Ia menancapkan pedangnya tepat menembus kepala zombie level empat itu.
Hening.
Alya berlari dan berlutut di samping Raka. “Kamu nggak apa-apa?!”
Raka menarik napas, lega. “Aku nggak apa-apa. Jangan terlalu dekat tadi.”
“Maaf… aku cuma panik.”
Raka tersenyum tipis. “Nggak apa-apa.”
Alya merasakan dadanya sesak. Raka baru saja mati-matian bertarung… untuk melindunginya.
Melihatnya seperti itu membuat jantung Alya berdebar lebih cepat dari yang ia harapkan.
Setelah memastikan area aman, mereka kembali berjalan. Tujuan mereka masih sama: garasi pusat transportasi kota, tempat terkumpulnya kendaraan besar seperti bus dan truk.
Setelah lima belas menit berjalan, akhirnya mereka melihat bangunan besar dengan pintu hangar setengah roboh.
“Ini dia…” Raka berbisik.
Alya menyorotkan senter kecil ke dalam. Lantai penuh debu, ban berserakan, dan beberapa mobil hancur bertumpuk.
Tapi…
Di tengah ruangan, berdiri sebuah bus tua.
Bukan bus mewah. Bukan bus sekolah.
Ini jenis bus angkutan perkotaan— panjang, usang, catnya terkelupas, kacanya retak.
Raka mendekati bus itu perlahan.
Ia menaikkan System Interface.
> [Bus Kota Rusak – Grade F]
Kondisi: 29%
Kapasitas mesin: 40%
Daya tampung: 20 penumpang
Fitur: Tidak ada
[Apakah Anda ingin melakukan Upgrade?]
Alya terperangah. “Bisa di-upgrade?!”
Raka mengangguk. “Sepertinya iya. Tapi kita butuh material.”
Panel biru lain muncul.
> [Material Dibutuhkan Untuk Upgrade Level 1]
Besi: 30 kg
Baut & Komponen Mekanis: 15 unit
Bahan bakar: minimal 20 liter
Energi Sistem: 15 poin (tersedia: 17 poin)
“Cukup,” gumam Raka. “Aku cuma harus cari besi dan baut.”
Alya menunjuk rak-rak besar yang penuh dengan onderdil mobil. “Itu bisa dipakai, ya?”
Raka tersenyum. “Bagus, Alya.”
Mereka pun mulai bekerja.
Raka mengangkat lembaran besi patah, memecahnya dengan palu dan pahat darurat. Alya mengumpulkan baut, mur, kabel, dan komponen yang terlihat masih utuh.
Tidak ada suara selain dentingan logam dan napas mereka.
Setelah semua material terkumpul, Raka berdiri di depan bus.
“Alya, mundur sedikit.”
Alya melangkah ke belakang dengan penasaran.
Raka menempelkan tangannya ke kap bus.
Cahaya biru menyala terang.
> [Upgrade Level 1 Dimulai]
3… 2… 1…
Cahaya membungkus seluruh bus. Getaran halus terasa hingga ke lantai.
Besi-besi yang mereka kumpulkan terangkat ke udara, melayang berputar mengelilingi bus seperti partikel logam hidup. Suara mekanis berdenting dan menyatu dengan rangka lama bus.
Alya membuka mulut tanpa sadar. “Ini… gila banget.”
Dalam hitungan detik, bus itu berubah.
Ukuran bodinya memanjang hampir dua meter lebih panjang dari sebelumnya. Sisi-sisinya dilapisi pelat baja tipis namun padat. Rangka kaca diganti panel komposit transparan tebal. Ban yang tadi kempes kini menjadi roda off-road besar.
Akhirnya cahaya mereda.
Bus itu kini tampak seperti kendaraan tempur ringan.
Panel baru muncul.
> [Bus Sistem – Level 1]
Grade: E
Kapasitas mesin: 80%
Material armor: Baja komposit ringan
Fitur:
Mode Auto-Lock
Kapasitas penyimpanan kecil
Pintu otomatis
Kursi pengemudi sistem-link
[Atribut Spesial Terbuka]
– Guardian Shelter (Aktif Saat Alya Ada di Dalam Kendaraan)
Efek: +10% armor, +10% daya tahan mesin
Alya menatap Raka. “Guardian… shelter? Berarti bus ini jadi lebih kuat kalau aku ada di dalam?”
“Sepertinya begitu,” jawab Raka sambil mengusap dagunya. “Sistem ini memang aneh… tapi berguna.”
Alya tersenyum kecil. “Berarti… aku penting ya?”
Raka memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan semburat merah di pipinya. “I—Iya. Maksudku, penting untuk keselamatan kita.”
Alya tertawa kecil.
Suasana tegang yang sejak tadi menekan mulai mencair.
“Coba nyalain, Yuk,” ucap Alya.
Raka masuk ke kursi pengemudi. Kursinya lebih empuk, desainnya modern, dan terdapat panel hologram kecil di depan setir.
Ketika Raka menyentuhnya—
VRRRMMMMMM!!!
Bus itu hidup.
Mesinnya halus, tidak seperti bus tua pada umumnya. Suara mesinnya lebih mirip kendaraan militer modern.
“Gila… ini keren banget,” kata Raka kagum.
Alya masuk dari pintu samping yang kini terbuka otomatis.
“Dalamnya juga berubah…” gumamnya.
Interior bus itu berubah menjadi seperti mini-armory. Kursi penumpang berkurang menjadi 10, tapi ada rak penyimpanan, lemari senjata kosong, dan ruang belakang untuk barang besar.
Alya duduk di kursi paling depan. “Raka… ini kayak markas berjalan.”
Raka mengangguk.
“Dan ini baru Level 1,” tambahnya.
Alya merinding membayangkan level berikutnya.
Ketika mereka bersiap keluar dari garasi, tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari arah luar.
DAARR!!
Raka langsung menghentikan mesin dan memberi isyarat kepada Alya untuk diam.
Dentuman itu disusul suara-suara lain: teriakan…
tembakan…
dan suara geraman banyak zombie.
“Ada orang?” bisik Alya.
Raka mengangguk, wajahnya berubah tegang. “Sepertinya para survivor.”
Suara kaca pecah.
Suara mesin motor.
Suara seseorang berteriak minta tolong.
Raka menarik napas panjang. “Alya, tetap di sini.”
Alya memegang lengan Raka.
“Jangan. Kita harus bantu. Kalau itu kita… pasti juga mau dibantu.”
Raka mematung sejenak.
Alya benar.
Dan entah kenapa, ketika Alya memintanya seperti itu… ia tidak bisa menolak.
Ia memegang bahu Alya. “Tetap di dalam bus. Apapun yang terjadi.”
Alya mengangguk walau jelas khawatir.
Raka turun dari bus dan membuka pintu garasi perlahan.
Pemandangan di luar membuat jantungnya berdegup lebih cepat.
Di jalanan utama, sekitar delapan orang survivor terpojok di antara mobil-mobil terbakar. Mereka dikepung oleh belasan zombie level 3–5. Beberapa jatuh, beberapa nyaris digigit.
Di sisi lain, sebuah kelompok manusia bersenjata motor—mungkin bandit— sedang tertawa sambil menembaki zombie tanpa peduli survivor yang terjebak.
Mereka datang bukan untuk menolong.
Mereka datang ingin merampas barang.
Raka mengepalkan tangan.
“Brengsek…”
Dari dalam bus, Alya berdiri di belakang jendela. Ia melihat Raka mengambil posisi siap bertarung.
Bus itu bergetar sedikit.
> [Mode Sinkronisasi: Siap]
Alya menahan napas.
Bus itu seolah “merespons” Raka dan Alya secara bersamaan.
Raka maju…
Zombie-zombie menoleh ke arah suara langkahnya…
Dan Babak Baru pun akan dimulai.
semangat thor