"Jika aku bisa memiliki keduanya kenapa aku harus memilih salah satu saja." Alkama Basri Widjaya.
"Cinta bukanlah yang kamu butuhkan, pilih saja ambisimu yang kamu perjuangkan mati-matian." Nirmala Janeeta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dyawrite99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Kama harus menelan kekecewaannya. Pasalnya Nirmala benar benar marah besar. Wanita itu mengamuk melihat mainan baru Kama yang berkedok hadiah.
Alhasil malam ini Kama hanya bisa gigit jari. Ia tidak dapat menuntaskan fantasi yang sedari siang ia inginkan.
Kotak hadiah berisi mainan itu langsung Nirmala buang ke tempat sampah.
Wajah Kama benar benar masam sekarang. Ia duduk di sofa sambil melihat tayangan televisi yang menampilkan acara berita politik.
Nirmala memperhatikan Kama yang memandangi televisi namun ia tahu jika tayangan itu tidak sama sekali Kama hiraukan.
Nirmala menolak mentah mentah hadiah Kama. Bagaimana mungkin Nirmala mau mengikuti kemauan Kama untuk memakai borgol dan penutup mata serta aksesoris lainnya yang mengerikan itu. Membayang jika semua benda itu terpasang ditubuhnya membuat Nirmala merinding.
Kama keterlaluan menjadikan tubuh Mala sebagai mainan untuk dipasang benda benda aneh dibagian privasinya.
Ya walaupun semua bagian tubuhnya sudah dijamah keseluruhannyan oleh Kama. Namun Nirmala enggan untuk melakukan aktraksi yang mengarah kepada hubungan intim yang kasar, apalagi dengan alat.
Pastinya itu semua akan memacu adrenalin Kama dengan benda benda mainan itu. Dan Nirmala tidak mau melakukan itu semua. Nirmala tidak ingin menjadikan tubuhnya seperti boneka yang bisa dimainkan sesuka Kama. Tubuhnya masih milik Nirmala, ia berhak penuh atas kuasa dirinya sendiri.
Pikiran Kama kusut antara menahan hasrat dan keinginannya yang tidak terwujud. Rasanya Kama ingin mengamuk. Namun ia tahan takutnya ia akan memaksa Nirmala.
Kama sedang menekan egonya. Kama sadar jika ia tidak bisa memaksakan kehendaknya pada Nirmala. Kama sadar jika keinginannya tidak boleh menyakiti atau membuat Nirmala merasa tidak nyaman. Semua hal yang mereka lakukan harus berdasarkan suka dan tanpa paksaaan.
Kama berdiri dan menghampiri Nirmala yang sedang memasak makan malam mereka. Sedari tolakan yang diucapkan Nirmala, keduanya masing masing terdiam.
Dalam diri mereka berdua siap untuk memuntahkan amarah dan kekesalan masing masing. Namun mereka tahan dan berusaha menenangkan diri.
"Sorry." Kama memeluk Nirmala yang sedang memasak.
"Jangan minta maaf kalau kamu tidak memahami arti kata itu." Jawab Nirmala tetap lanjut memasak walau susah bergerak karena Kama yang menempel padanya.
"Aku serius minta maaf. Aku janji gak akan memaksa kamu. Aku gak akan meminta kamu pakai benda benda kayak tadi. Maafin ya sayang." Bujuk Kama.
"Aku pegang omongan kamu. Kalau sampai kamu minta yang aneh aneh lagi untuk aku pakai. Seterusnya aku gak mau kalau kamu minta jatah sama aku." Ancam Nirmala.
"Iya sayang janji. Takut banget ancamannya. Sekarang coba kamu balas peluk aku."
Nirmala tetap diam. Ia tidak berniat membalas pelukan Kama.
Kama merasa jengkel. Pasalnya Nirmala belum juga membalas pelukannya. Apa wanitanya ini masih marah?
Nirmala menghiraukan Kama ia melanjutkan acara memasak. Setelah matang Nirmala mengangkat penggorengan dan menuang menu makan malam mereka pada piring yang sudah disiapkan sebelumnya.
"Kelihatan enak." Fokus Kama berpindah ke menu makan malam mereka. Nasi goreng spesial ala Nirmala.
Ia mencoba mencairkan suasana dan sedikit merubah topik. Rasanya Kama sudah meminta maaf. Dan Kama rasa masalah sebelumnya tidak perlu dibahas kembali. Kama akui dirinya salah.
Kama berinisiatif menyiapkan minum mereka. Setelah itu ia duduk menunggu hidangan dari Nirmala.
Mereka mulai makan dan suasana kembali hening.
Selesai makan mereka dan membereskan peralatan makan Kama yang tidak tahan didiamkan segera menghampiri Nirmala yang telah selesai mencuci piring.
Kama membalik Nirmala menghadap dirinya kemudian mengangkat tubuh Nirmala untuk dipindah duduk diatas meja makan yang telah rapi.
"Aww." Pekik Nirmala terkejut. "Kamu ngapain sih. Turunin aku Kama." Nirmala mencoba turun dari kungkungan Kama.
"Dari tadi kamu diemin aku. Kan aku sudah minta maaf sayang."
"Ya udah. Aku sudah maafin kamu kok. Sekarang lepas." Nirmala masih mencoba turun.
"Tapi kenapa masih diam. Hmm?" Kama mensejajarkan wajah mereka.
"Udah dimaafin kok."
Kama menatap wajah Nirmala. Mata keduanya beradu pandang.
"Okey. Terimakasih ya sayang sudah maafin aku." Kama membelai wajah Nirmala. "Kalau memang aku salah kamu berhak marah tapi marahnya jangan lama lama."
"Kalau itu tergantung sikap kamu. Makanya jangan suka aneh aneh."
"Aku niatnya coba coba saja sayang. Aku tadinya mau suasana baru, gaya baru." Kama melirik bibir Nirmala dikalimat terakhirnya.
"Tapi aku gak suka yang aneh aneh. Itu sudah masuk kekerasan loh sayang. Aku gak bisa nikmatin kalau aku harus diposisi dijadikan mainan kamu dengan pakai alat alat itu. Cukup yang kemarin saja. Gak boleh yang lain lagi."
"Okey. Aku paham. Maaf ya." Kama mencium ujung hidung dan diakhiri kecupan dikening Nirmala. "Malam ini aku tidur sama kamu ya. Mau peluk kamu semalaman. Janji cuman peluk, boleh?" Kama menatap Nirmala penuh permohonan.
"Boleh. Tapi aku mau kamu elus punggung sama rambut aku semalaman."
"Dengan senang hati sayang."
Kama langsung mengangkat tubuh Nirmala. Mengendong menuju kamar milik Nirmala. Sepanjang jalan Kama menciumi bahu Nirmala yang terbuka.
"Kama geli."
Setelah sampai dikamar kama mendudukan dirinya di atas tempat tidur sambil memangku Nirmala.
"Lusa aku harus ke Amerika."
"Berapa lama." Nirmala mengusap rahang tegas Kama. Mereka berdua saling bertemu pandang. Menatap satu sama lain dengan intens.
"Sekitar satu bulan."
"Hmm." Kembali Nirmala ditinggal begitu lama.
Dalam hubungan mereka Kama adalah orang sibuk.
"Aku bakalan kangen banget sama kamu." Kama memeluk Nirmala erat. Ingin rasanya mengajak Nirmala kemanapun ia pergi namun itu rasanya tidak mungkin.
Nirmala merasa tenang dipelukan Kama. Dapat ia rasakan kehangatan dari pelukan seorang Kama.
"Aku ingin kamu ikut." Kama meminta dengan suara serak. Nafasnya sudah berat duduk dengan posisi ini.
"Aku kerja sayang." Jawab Nirmala.
"Hmm." Kama tahu jawaban itu. Ia hanya mengutarakan keinginannya yang sedari dulu diinginkannya.
Dari dulu Kama menginginkan Nirmala untuk bisa ikut kemanapun ia pergi. Awalnya Kama tidak mengizinkan Nirmala untuk bekerja karena akan sangat sulit jika Nirmala juga sibuk bekerja seperti dirinya. Namun Nirmala punya keinginan lain.
"Alll.." Nirmala kegelian. Tangan Kama mulai bergerilya.
"Al. Aku mau tidur." Nirmala menghentikan tangan Kama yang sudah masuk dan menyentuh perut miliknya.
Kama mau tidak mau menghentikan segala aktivitasnya.
"Okey."
Mereka malam itu benar benar tidur sesuai keinginan Nirmala. Dan Kama sesuai keinginan Nirmala mengelus punggung kekasihnya sambil berpelukan. Malam itu mereka tidur lelap sambil memeluk satu sama lain.
****
Esoknya mereka melakukan aktivitas seperti biasa. Kama bersiap pergi ke kantor begitu juga Nirmala.
Bohong jika Nirmala biasa saja setelah Kama mengatakan akan pergi selama sebulan. Jika bisa Nirmala pasti akan ikut kemanapun Kama pergi. Namun akan sangat tidak pantas seorang wanita pergi kemanapun kekasihnya pergi. Mau dianggap wanita macam apa dirinya, yang kerjanya hanya ikut terus pada pasangan. Nirmala ingin dilihat sebagai wanita mandiri yang bisa dibanggakan seorang Kama dan bisa berdiri tegak disamping seorang Kama.
Satu hal terbersit dibenak Nirmala saat ini.
Ia ingin menyiapkan hadiah sebelum kepergian Kama. Hadiah yang pastinya akan diingat terus menerus oleh Kama selama ia pergi.
Nirmala mengambil ponsel miliknya dan mengirim pesan pada Kama.
Nirmala.
Selamat siang sayangku.
Ada hadiah untuk pacarku nanti malam.
Jadi jangan sampai pulang terlambat ya.
Di tunggu di rumah sayang ❤️
Nirmala akan memberikan hadiah yang pastinya amat disukai oleh Kama.