Kisah ini bukanlah tentang perasaan yang timbul karena adanya ketertarikan pada seseorang, melainkan tentang adanya perasaan yang diawali dari kebencian, lebih tepatnya adalah balas dendam.
Semuanya dimulai dari Devano Alian Laxbara, seorang pemimpin geng motor besar sekaligus pengendali teknologi. Dia memiliki sikap dingin, tegas, dan wajah yang nyaris sempurna. Siapa sangka, seorang Vano yang tak ingin terjerumus ke dalam percintaan kini seketika berubah saat bertemu Azzura Hasnal Alexander, gadis yang dikenal ramah dan ceria, namun ternyata menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Ia sengaja mendekati Vano dengan alasan balas dendam melalui pembunuh bayaran. Seiring berjalannya waktu, ia malah terlanjur jatuh cinta berkali-kali sehingga ia lupa dengan rencana balas dendamnya, yang pada akhirnya ia masuk ke dalam perangkapnya sendiri.
Vano yang curiga akhirnya mengetahui bahwa Zura, yang selama ini ia prioritaskan, ternyata ingin menghancurkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidaAlhasyim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GHEZAR KEMBALI
Sasya dan Bara baru saja memasuki markas dengan membawa tiga kantong plastik besar, berisi sebuah nasi bungkus dan minuman dingin yang di pesan dari warteg Bang Edah . Ini semua atas dasar saran dari Akmal yang langsung disetujui oleh Vano , karena semua anggota baru saja bekerja untuk membangun sebuah dinding tinggi untuk keamanan markas, lagi pula mereka pasti sangat lelah dan tidak langsung pulang kerumah masing-masing. Maka dari itu, para anggota di minta untuk makan malam bersama di markas.
"Bar, gue satu lagi dong ayamnya!"Bara sedikit heran saat Rangga tiba-tiba meminta, biasanya cowok itu langsung mengambil tanpa seizinnya.
"Aelah tumben, biasanya juga lo nyolong."
Rangga membalasnya dengan cengiran.
"Bener tuh bar," sahut Ariyan, ia sedang menyuapkan nasi kedalam mulutnya sambil melihat kearah layar ponsel, yang mana ia sedang siaran langsung bersama Arin. 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐛𝐮𝐜𝐢𝐧!
"Untuk saat ini, gue harus banyak sadar diri, walaupun kita sahabat, yang namanya hati, itu tak ada yang tau." Rangga lagi- lagi membuat Bara heran akibat ucapannya barusan.
Sedangkan Vano bersama Akmal dan Sasya, usai makan tadi, ketiganya pun asik bercerita.
"Eh Mal, tadi Zeyna tuh seneng banget, waktu lo makan bekal yang dia buatin!" Sasya bercerita sambil mencolek- colek lengan Akmal layaknya ibu- ibu yang sedang ghibah.
Akmal sudah terbiasa dengan tingkah gadis itu barusan. Bahkan, gadis itu pernah memukulinya dengan brutal,akibat menahan tawa.
"Enak? " Vano bertanya sambil menunggu jawaban Akmal.
"Enak, tapi gue elergi setelahnya. "
Akmal menunjukkan lengan kekarnya yang putih bersih, kini timbul bintik-bintik mereka akibat memakan nasi goreng bercampur telor dadar yang dibuat oleh idya, karena menghargai masakan yang dikhususkan untuk nya, ia pun memakanya langsung didepan gadis itu,dan rela elergi setelah nya.
"Hahaha, bisa- bisanya.kalo gue tau lo elergi telor, pasti gue bilangin ke Zeyna." Tawa Sasya memenuhi seisi ruangan. Hal itu membuat semua orang yang berada di sana, kini menatapnya heran.
"Sayang, kenapa teriak-teriak sih!" ucap Bara penuh percaya diri. Sasya yang mendengarnya langsung bersemu, apalagi Rangga dan Ariyan juga ikut mengejeknya.
"EMANG BOLEH SESAYANG ITU!" teriakan Rangga menimbulkan gelak tawa semua orang.
Sedangkan disisi lain, seseorang di luar sana, melihat keramaian di dalam markas yang pintunya sedikit terbuka. Orang itu tersenyum miring saat sekilas melihat Vano juga berada di sana.
"Gue bakal dengan mudah ngabisin lo, setelah tau apa kelemahan lo! " ucap seseorang itu, kemudian ia pergi dengan motor sport birunya.
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
Arlino sejak tadi tidak bisa memejamkan matanya, entah mengapa otaknya memikirkan hal buruk yang akan terjadi. Bau- bau darah tiba-tiba memasuki indra penciumannya.
𝐘𝐚 𝐚𝐥𝐥𝐚𝐡.. 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐚𝐩𝐚 𝐢𝐧𝐢?...
Cowok itu pun memeriksa Bunda nya yang sedang sibuk berkutik dengan leptopnya. ia juga sempat memikirkan keberadaan Vano.
"Bun, Bang Vano mana?" pertanyaan Arlino menghentikan aktivitas Clary. Wanita itu mengubah posisi duduk kearah putranya itu.
"Kan masih di mar---, astagfirullah! Arlino, kok kamu jadi pucat gini!"
Clary memegang kening Arlino yang sudah dipenuhi keringat dingin.
"Bun, aku takut nanti terjadi sesuatu sama Bang Vano!"
"Kita berbaik sangka aja ya. "
Clary berusaha menyakinkan Arlino, walaupun dirinya juga merasa khawatir. Hal ini sudah sering terjadi, Arlino memang punya pirasat yang kuat.
Clary tiba-tiba gemetar akibat dihantui oleh pikirannya sendiri, wanita itu pun mencoba menghubungi Vano .
"Halo, kenapa Bun?" suara Vano membuat Clary sedikit tenang.
"Van, kamu jangan kemana- mana ya. Kalo bisa, kamu tidur di markas aja ya!"
"Loh kenapa, gak terjadi apa- apa kan Bun?"
Kekhawatiran pun di rasakan oleh Vano di seberang sana.
"Pokoknya, kamu ja--------- Arlino! aaaa tolong!
"Bun!, Bun, Arlino, halo?"
Vano semakin khawatir saat Clary berteriak. Di benaknya terpikir ada hal buruk yang sedang terjadi di sana. Vano kembali fokus saat ponsel kembali bersuara.
"halo, Bun? "
"Lama tak berjumpa, sang ketua yang terhormat! "
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
"Turun dulu kebawah, ada temen kamu, Bunda pergi kekantor sebentar."
Zura menutup buku pelajarannya, karena Clara menyuruhnya untuk turun . Saat ini gadis itu sejak tadi hanya berada di dalam kamar. Sedangkan Arza, ia akan pergi sebentar untuk menyelesaikan proyeknya.
"Ghe-- ghezar!"
Zura menutup mulutnya tak percaya, melihat siapa yang datang, ia pikir yang datang adalah teman sekolahnya.
"Kenapa cantik, kaget ya?" Ghezar duduk santai diatas sofa sambil menghisap rokoknya.
"Ngapain lo kesini, bukanya urusan kita udah selesai? " Zura berbicara masih dengan posisi berdiri, tanpa berminat untuk melayani Ghezar sebagai seorang tamu.
Perkataan Zura membuat Ghezar tertawa, cowok itu kemudian berjalan kearah gadis itu. Zura pun mundur beberapa langkah ke belakang, takut-takut bila cowok itu merencanakan sesuatu yang akan membahayakannya.
"Siapa bilang udah selesai, nyatanya lo sendiri yang ga mau kalo Vano mati! " Ghhezar semakin dekat kearah Zura . Seleakin dekatnya , aroma rokok masuk ke indra penciuman gadis itu.
"Gue kangen Ra, kangen buat bunuh orang."
"Maksud lo apa?" Zura berteriak, sembari menahan gejolak rasa takut ketika Ghezar kembali dengan jiwa pembunuhnya .
"Lo lupa, kalo gue udah pernah membunuh lebih dari 100 jiwa!" Cowok itu merapikan poni di dahi Zura dengan tersenyum sinis "Vano jadi orang selanjutnya."
𝙋𝙇𝘼𝙆!!!
"Brengsek! ".
Ghezar kembali tertawa setelah mendapat tamparan yang menurutnya bagaikan terkena hembusan angin . Lagi pula ia sudah terbiasa bergelut dengan benda tajam sekalipun.
Cowok itu pun mengeluarkan sebuah suntikan yang sudah berisi cairan yang biasanya ia gunakan untuk melemahkan organ tubuh seseorang yang akan dibunuhnya.
"Udah berani ya sekarang, selamat tidur sayang!"
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦