NovelToon NovelToon
EMERIS SANG PEWARIS

EMERIS SANG PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nens

Ada sebuah rahasia besar dibalik sosok M, seorang dance crew populer di Surabaya dan sekitar Jawa Timur. Sosok yang misterus dan di puja banyak kaum hawa itu nyatanya memilih menjadi pelampiasan sang selebgram cantik asal Surabaya, Miki namanya.
Miki yang baru saja ditinggal pergi pacarnya demi gadis lain pun menerima M sebagai pelampiasan. Ia mengabaikan berbagai macam rumor yang beredar tentang M yang selalu memakai masker hitam ditiap kemunculannya.
Tapi siapa yang akan menyangka, sosok asli dari M si dancer jalanan itu, dancer yang di rumorkan memiliki wajah yang buruk rupa hingga harus menyembunyikan wajahnya di balik masker hitam itu, nyatanya adalah seorang pewaris tunggal dari Misha Corp sebuah perusahaan raksasa yang terkenal di Indonesia. Emeris Misha.
Kisah cinta Miki dan sang pewaris pun memunculkan banyak rahasia besar yang telah terkubur dalam pada keluarga Misha.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32

Mata Miki memandang sayu punggung Bian yang menyeretnya pergi dari M dan kerumunan murid-murid. Ia terlihat pasrah mengikuti langkah Bian membawanya. Hingga kemudian langkah Bian berhenti.

Bian tidak langsung menoleh. Ia terdiam dengan pundak naik turun.

"Bae...," panggil Miki dengan panggilan sayang.

Bian tidak langsung menoleh, ia butuh beberapa detik setelahnya untuk menoleh dengan perlahan ke arah Miki yang berada di belakangnya. Ditatapnya Miki lekat-lekat.

Miki pun tidak mau kalah. Ia mengimbangi tatapan dalam itu. Sorot mata yang ia berikan seakan ia gunakan untuk perantara ungkapan hatinya yang tidak mampu dikatakan dengan ucapan. Sorot matanya dengan jelas mengatakan 'Kembalilah' pada lelaki cinta pertamanya itu.

"Kamu kenal dia?" tanya Bian akhirnya.

"Hah?" ulang Miki tersadar dari buaian penuh harapnya.

"Kamu bener-bener kenal sama dia? M...," jelas Bian.

Miki masih memandangi Bian tanpa berniat ingin menjawab pertanyaan itu.

"Hhh...,aku tahu. Kamu mau bener-bener cepet move on dari aku. Tapi seenggaknya cari cowok yang jelas," cecar Bian dengan sorot mata sok perhatian kepada mantannya.

"Apa? Maksudmu?" walau masih sedikit buram, tapi Miki mulai memahami situasi antara dirinya dan Bian saat ini.

Bian membuang muka sesaat sebelum memulai menyerocos indahnya. "Miki. M itu asal-usulnya nggak jelas. Asalnya dari mana nggak ada yang tahu. Nama asli apa lagi. Wajah pun..., liat aja. Dia mesti pakek masker. Wajahnya aja nggak jelas! Kenapa kamu mau-maunya deket sama dia?"

Miki mengerutkan kedua alisnya mulai tidak suka dengan apa yang diucapkan mantannya itu.

"Aku tahu Mik..., aku paham situasimu yang sulit move on dari aku. Tapi please! Cari penggantiku yang lebih jelas. Jangan orang macem M. Wajah aja nggak jelas. Siapa tahu itu muka aslinya ancur. Giginya tonggos!" Bian dengan lancar mencecar M.

"Apa maksudmu ngomong gitu??!" geram Miki yang sekarang paham benar dengan ucapan Bian.

"Miki," Bian memegang kedua pundak Miki erat. "Aku itu masih care sama kamu. Aku nggak mau kamu asal milih pacar cuma buat biar bisa move on dari aku. Aku tahu, sosokku di hidupmu itu udah melekat banget. Jadi kamu susah move on. Aku paham..., paham banget! Aku nggak masalah kalau kamu butuh waktu lebih lama buat move on dari aku. Asal kamu bisa dapet pengganti yang lebih baik dari aku, aku nggak keberatan buat tetep stay nunggu kamu bener-bener move on,"

"Soal Regina, aku bakalan nanganin dia. Kamu nggak usah takut sama Regina. Oke?" Bian merasa telah menjadi orang paling berarti dalam hidup Miki.

Miki terdiam sejenak. Mencerna semua ucapan Bian. Tidak ada satu kalimat pun yang mengungkapkan keinginan Bian kembali padanya atau memutuskan Regina atau meminta maaf padanya atas penghianatan yang ia lakukan.

Tidak ada!

Ia justru menemukan banyak kalimat yang terdengar seperti merendahkan dirinya sebagai perempuan yanggagal move on karena sosok Bian terlalu hebat dan tidak tergantikan di hidupnya.

Miki menahan napas. Kedua tangannya mengepal kuat.

"Ngomong sampah!" desis Miki dengan sorot mata tajam ke arah Bian.

"Hah?" ulang Bian.

"Ngomong sampah!!!" sentak Miki lalu mendorong jauh tubuh Bian.

Bian terhunyung kebelakang. Ia memandang Miki tidak mengerti.

"Kamu...,Jangan pernah ikut campur urusan ku!! Siapa yang nggak bisa move on? Siapa?? Aku?? Sorry ya, aku udah MOVE ON DARI COWOK PAYAH KAYAK KAMU!!" maki Miki dengan garangnya. Ia lalu berjalan cepat dan dengan sengaja menabrak tubuh tinggi Bian dengan pundaknya.

Sekali lagi Bian terhunyung menoleh ke arah Miki yang melewatinya.

"Mik! Dengerin aku dulu! Aku nggak mau kamu salah–"

"Aku emang salah. Aku salah karena selama hampir tiga tahun ini suka sama cowok payah kayak kamu!!" sambar Miki yang langsung berbalik menghadap Bian, sekaligus memutus perkataannya. "Dan inget...,M itu memang pacarku!! Paham kamu?!!" tambahnya sengit.

Merasa tidak perlu menunggu reaksi Bian, gadis Hobbit itu pun kembali berbalik hendak pergi. Ia seketika terkejut mendapati sosok Regina sudah berdiri tidak jauh dibelakangnya. Ia tidak tahu sejak kapan Regina berada disana. Yang jelas dari ekspresi wajahnya, sepertinya ia mendengar percakan Miki dengan Bian.

"Berapa kali aku kudu bilang. Jadi pelakor itu totalitas! Bisa ngerebut kudu bisa ngejaga! Jangan sampe orang yang kamu rebut ikut campur sama hidupnya si mantan lagi!! Nggak profesional banget sih!" maki Miki kepada Regina.

Regina tentu saja langsung terkejut mendengar sentakan keras Miki. Ia hanya terdiam merasakan sakit hati akan ucapan Miki. Ia pun hanya bisa menatap lurus ke arah Bian begitu Miki mulai berjalan dan melewatinya begitu saja.

Sedangkan Miki, ia baru tersadar kalau Bian membawanya ketempat terpencil di sudut sekolah.

Ah, cowok gila!Makinya dalam hati.

Ia kemudian berlari secepat mungkin ke arah luar sekolah. Ia berharap M masih berada disana. Kini ia baru menyadari akan tindakan bodohnya. Meninggalkan M yang dengan tulus mencoba menahannya dan malah mengikuti Bian.

Si brengsek Bian!!!

"Ah! Sialan!!" maki Miki pada dirinya sendiri.

Bagaimana ia bisa berharap dan berfikir Bian akan kembali padanya. Seharusnya dia bersyukur bisa lepas dari laki-laki yang ternyata brengseknya tidak tanggung-tanggung. Dengan PD nya menjudge Miki tidak akan bisa move on dari dirinya. Lucu sekali! Mungkin ia merasa hanya dirinyalah laki-lakiterganteng dan terhebat di muka bumi ini hingga membuat Miki tidak akan bisa move on dari dirinya.

"Aaaah!! Miki!! Sadar!! Hop,berharap sama Bian! Sekarang yang terpenting adalah M!!" gumam Miki kesal dengan dirinya sendiri.

Miki akhirnya tiba di depan sekolah. Di tempat dimana tadi M berdiri menggandeng tangannya dan nyatanya sosok M sudah menghilang. Miki menoleh ke kanan dan ke kiri. Menebar pandangan kesekitar mencoba menemukansosok lelaki bermasker itu.

"M...," desisnya cemas dan bingung.

Ia lantas mengeluarkan HP-nya dan mendial nomor M. Menelfon lelaki itu. Beberapa kali ia menelfon tapi tidak ada satupun yang dijawab. Hanya nada sambung tanpa ujung yang terdengar.

Miki mulai panik.

Panik karena ia sadar akan kesalahan bodohnya. Ia takut hal itu melukai M dan membuatnya marah sampai akhirnya tidak mau mengangkat telfonnya. Padahal jelas-jelas tadi M mengatakan kalau dia sengaja datang ke sekolah Miki untuk bertemu dan meminta maaf secara langsung atas kesalahan yang ia lakukan kemarin.

Miki menepuk puncak kepalanya dengan risau.

Ia juga ingin menemui M saat ini juga untuk meminta maaf. Tapi ia tidak tahu dimana M berada. Atau alamatnya. Atau segala informasi tentangnya. Ia belum mengetahui apapun tentang M. Kecuali dia yang dengan tulus mau menjadi pelarian move on-nya.

Miki pun mengirimkan chat kepada M.

Me:

M....

Km dimana?

Maaf.., maafin aku....

****

Hujan gerimis tengah mengguyur senja kota Surabaya ketika seorang CEO muda memilih menikmati segelas red wine sembari duduk di tepian jendela kaca dalam baluta kimono berwarna gelap. Sang CEO muda menyesap red winenya lalu memandangi langit senja yang berwarna ke oranyean dan sedikit pink. Cukup lama ia memandang kosong kearah langit di luar jendela itu. Beberapa detik kemudian ia mulai menggulirkan  manik matanya ke arah smartphone yang tergetak di hadapannya.

Ia memandang datar benda persegi panjang yang sedari tadi menyala dan bergetar tanpa henti. Kembali, ia menyesap minumannya. Mengecap kecil kemudian. Sorot matanya masih tetap menatap dingin ponselnya. Tidak ada niatan secuil pun untuk menerima panggilan telfon itu.

Ia sengaja membiarkan ponsel milik M berbunyi. Ia sengaja tidak menerima telfon dari Miki.

Kenapa?

Tentu saja ia merasa kesal dengan kelakuan gadis Hobbit itu tadi siang. Walaupun ia tidak bisa mengatakan bagaimana usaha kerasnya dan pengorbanan yang ia lakukan agar bisa menemuinya di sekolah, setidaknya Miki tidak seharusnya melakukan hal seperti itu. Itu sama saja dengan mempermalukan M di depan umum.

Padahal Emeris sudah merasa sangat bersalah padanya. Pertama, karena ia melupakan gadis Hobbitnya seharian. Kedua, ia melakukan cara kotor, menghack smartphone Miki. Ketiga..., karena ia melihat set dalaman hitam dan....

Tubuh Miki....

Emeris kembali teringat lekuk tubuh mungil itu. Ia segera mengambil napas dalam, memejamkan matanya erat lalu menghembuskan napasnya pelan. Ia kembali berusaha mengendalikan dirinya. Ia tidak ingin semakin berimajinasi dengan lekuk tubuh mungil itu.

Ia kembali membuka matanya begitu dapat mengendalikan dirinya lagi. Dipandanginya langit senja yang semakin menggelap itu.

Ponselnya berdering lagi. Ia kembali menoleh ke benda itu. Ada nama Miki tertera di screen. Tidak akan ia jawab. Karena ia memang tidak ingin menjawab telfon itu. Berapa kali pun Miki menelfon, tidak akan pernah ia angkat.

Sudut matanya melihat tubuh Tina menggeliat dari balik selimut di atas tempat tidur. Melihat tanda-tanda Tina akan bangun dari tidurnya, Emeris pun segera mengambil ponsel M dan menyembunyikannya di tumpukan baju miliknya.

Tidak lama tubuh Tina menegak. Rambut panjang wanita sexy itu terlihat berantakan. Namun kesan sexy justru makin terlihat nyata begitu wanita itu menoleh kearah Emeris dan menatapnya dengan senyuman manis.

"Kamu ngapain disitu?" tanya Tina sembari membalut tubuh telanjangnya dengan selimut. Ia lalu berdiri.

"Wine..., senja...," jawab Emeris mengangkat gelas wine ditangannya.

"Kayaknya kombinasi yang pas banget," Tina melangkah mendekati CEO muda itu.

"Kamu mau?" tawar Emeris kemudian menyesap wine-nya lalu mengangkat gelasnya kearah Tina.

Tina tersenyum penuh arti. "Aku lebih suka nyicip yang disini," ucapnya lalu menunduk mencium bibir Emeris.

Emeris meladeni ciuman itu dengan kecupan-kecupan ringan.

Tina pun duduk dipangkuan Emeris dan melanjutkan ciuman manisnya. Menaikkan ritme dan dalamnya panggutan begitu ia merasa Emeris mulai merabai dirinya.

1
YenYuanTyan
SEMANGAT YAAA KAKAKK NULISYAAA!! Bagus kok ceritanya, jangan nyerah yaaa 🔥
anyway baca punyaku juga boleh dong? 👉👈
I'm Nens: terima kasih kak. nanti aku sempatkan buat mampir/Smile/
total 1 replies
naotaku12
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Kruzery
Menggugah perasaan
I'm Nens: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!