Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Hubungan
Hara sudah berlari tiga putaran di gelora yang panjang track-nya 400 meter persegi. Dan saat ini dia sedang terbungkuk di tengah-tengah lapangan mengatur napasnya.
"Lumayan juga" Gumamnya dengan napas pendek-pendek, dia melihat smartwatch miliknya. Langkah hariannya meningkat drastis. Dan sekarang dia ingin beristirahat.
Matanya mengawasi sekeliling tribun untuk mencari Kama.
Kama yang memang sedari tadi mengawasinya tau bahwa Hara sedang mencarinya, dan dia melambaikan tangan.
Hara berjalan menyebrangi lapangan sembari memegangi perutnya yang nyeri karena terlalu memaksakan diri. Untung saja waktu lari dan makan malamnya punya jarak yang cukup, jika tidak mungkin saat ini Hara sudah memuntahkan kembali isi perutnya.
"Memangnya lo mau jadi atlet maraton" Cibir Kama melihat Hara yang terseok-seok berjalan menaiki tangga tribun.
Namun Hara sudah tak sanggup menjawab, dia langsung mendudukkan dirinya di bangku bawah tepat di depan Kama, dia menggoyangkan tangannya sebagai jawaban kalau dia sudah tidak sanggup bicara apapun.
Dia menarik turun kantong kresek yang ada di sebelah Kama, mencari air minumnya, namun rupanya Kama yang sudah dapat memprediksi itu langsung mengulurkan botol air mineral yang sudah dia buka tutupnya.
"Aaahh...." Hara mendesah lega setelah air dingin itu membasahi tenggorokannya yang kering. Air dalam botol langsung berkurang setengahnya.
Kama menggelengkan kepala melihat tingkahnya. Dirinya yang seorang anggota saja merasa malas jika harus berlari mengelilingi lapangan.
"Makasih" Ujar Hara setelah berhasil menguasai napas dan dirinya.
"Ngapain sih nyiksa diri pake lari-larian begitu?" Tanya Kama bingung, bukannya cewek lebih suka jalan-jalan di mall sembari belanja sebagai kegiatan olahraganya.
"Kenapa?" Hara balik bertanya.
"Olahraga kan bagus" Hara kembali merogoh kantong kreseknya, mencari-cari lolipop stroberi miliknya.
"Bagus apanya" Cebik Kama mengejek. Dia melirik Hara yang kini sedang membuka permen lolipopnya.
Suka permen?
Kama menilai.
"Bagus lah, bisa mengalihkan fokus saat banyak pikiran" Hara memasukkan lolipop ke mulutnya.
"Contohnya?" Tanya Kama asal.
"Ya galau-galau, overthinking, kesepian, banyak kan?" Kini Hara merogoh kantong kreseknya lagi untuk mengambil camilan kripik singkongnya.
"Patah hati juga?" Kama hanya berusaha memperpanjang percakapan, topiknya tidak menarik tapi pembicaranya yang membuatnya tertarik.
"Bisa juga" Hara sedang berusaha membuka bungkusan kripik singkongnya, tapi karena tangannya yang berkeringat membuatnya licin dan menjadi sulit.
"Jadi ini pelarian lo gara-gara patah hati? Bener-bener lari" Kama mengambil kripik itu dari tangan Hara dan lalu merobek bungkusnya. Kemudian mengulurkannya kembali kepada Hara.
"Apa iya ya?" Hara malah balik bertanya, dia terlihat berpikir. Dia memang sedang patah hati, dan tentu saja rasanya sakit, tapi selama ini dia belum merasa butuh sesuatu untuk mengalihkan fokusnya, kerjaannya saja sudah cukup membuatnya sibuk.
Kama yang melihat Hara berpikir jadi penasaran tentang apa yang membuat mereka putus. Dan kenapa Hara tidak mengamuk saat di putuskan, atau menangis, merengek atau setidaknya merana. Hara justru terlihat biasa saja dan normal.
"Lo putus kenapa?" Tanyanya begitu saja.
"Beda agama" Hara sibuk mengintip isi di dalam kantong kripik yang dia pegang, lalu mengocoknya ringan.
Kama mengernyitkan keningnya semakin dalam, dia kira alasan putusnya adalah sesuatu hal yang berhubungan dengan prinsip hidup atau selingkuh atau masalah besar lainnya, ternyata hanya beda agama.
Bukankah di jaman sekarang banyak pasangan yang menikah beda agama dan sah, jika tidak bisa menikah di negara ini, menikah saja di luar negeri, bukan hal yang harus di ributkan.
"Cuma itu?" Kejar Kama penasaran, rasanya tidak mungkin jika hanya itu penyebabnya, jika itu adalah salah satu alasan mungkin dia akan maklum, tapi jika itu adalah alasan utama dan terbesar, dia merasa Hara terlalu berpikiran sempit dan picik.
"Iya" Jawab Hara singkat sembari memakan camilannya.
Kama sangat bingung dengan gadis yang ada di depannya itu, bagaimana bisa hal sepele seperti agama membuatnya menyerah begitu saja dengan cintanya. Sedangkan dia, tidak ada ikatan hubungan saja sudah sering melakukan hubungan intim, bahkan dengan banyak wanita.
Terdorong rasa ingin tau dari perbedaan mereka yang sangat besar bagai langit dan bumi, Kama jadi penasaran apakah Hara juga melakukan apa yang dia lakukan dalam sebuah hubungan, mengingat hubungan Hara dan mantannya bahkan lebih jelas statusnya, sepasang kekasih.
"Lo pernah pegangan tangan sama cowok lo?" Tanya Kama. Dan Hara hanya mengangguk sebagai jawaban, dia masih fokus dengan kripik singkongnya.
Wajar
Kama menyetujui, siapa sih di dunia ini yang tidak pernah berpegangan tangan, bahkan nenek-nenek yang dia bantu menyeberang jalan saja berpegangan tangan dengannya.
"Kalau pelukan?" Kejar Kama. Dan lagi-lagi Hara mengangguk sebagai jawaban.
Lumayan
Kama juga menyetujui hal itu, sesama teman saja bisa saling berpelukan jika sudah lama tak bertemu, apalagi pacar. Itu sudah seperti say hi di jaman sekarang.
"Kissing?" Kama semakin penasaran. Dan lagi-lagi Hara mengangguk. Namun yang berbeda kali ini adalah perasaan Kama, sedikit dongkol saat mengetahui jawaban Hara.
"Pipi? Kening? Bibir?" Nadanya mulai menuntut kesal. Dia melihat Hara sedang meletakkan kantong camilannya di samping kanannya dan kemudian menegak habis sisa air minumnya.
Pipi aja, pipi aja, pipi aja
Kama bolak balik mengulang hal itu di pikirannya.
Namun jawaban Hara sangat ambigu, dia hanya mengangguk sekali sebagai jawaban dari tiga pertanyaan. Membuat Kama bingung, anggukan itu untuk pertanyaan yang mana?
Kehilangan kesabaran dia kemudian meraih leher Hara dari arah belakang dan menengadahkannya, agar menghadap ke arahnya. Wajah mereka bertemu dalam posisi saling terbalik.
"Semuanya" Hara menjawab tepat saat pandangan mereka mengunci. Dan kemudian Hara menjilat lolipopnya.
Tindakan yang Hara lakukan tersebut langsung membangkitkan seluruh emosi yang ada di tubuh Kama.
Hasrat, nafsu, kesal, tidak suka, semuanya bercampur jadi satu yang sangat di dukung oleh wajah Hara yang terlihat berkilau di hiasi titik-titik keringat.
Gosh!!
Sungguh sangat sexy dan menggoda di mata Kama. Wajah dan telinganya memerah dengan cepat.
"Ehem... Ehem" Kama berdehem demi menghalau pikiran-pikiran aneh yang mampir di kepalanya. Lalu dengan impulsif dia merebut sumber masalah yang membuat dirinya mendadak bergejolak.
Lolipop sialan
"Ish" Hara yang terkejut karena lolipopnya di rebut tiba-tiba itu pun memberengut kesal.
"Lagian pelit amat sih, nggak bagi-bagi dari tadi" Kama beralasan lalu memalingkan wajahnya, berharap agar Hara yang tidak peka itu tidak tau kalau dirinya memikirkan hal yang tidak-tidak.
"Salah sendiri tadi nggak minta beliin" Hara mengambil keripik singkong yang tersisa dan kemudian memakannya.
Kama sesekali melirik ke arah Hara, dan benar saja dugaannya, Hara sama sekali tidak bereaksi apapun. Dia malah fokus dengan keripik singkongnya lagi.
Sekarang perasaan dongkol karena di abaikan lebih dominan menguasai Kama, mengalahkan hasrat dan nafsunya.
"Dasar nggak peka" Gumam Kama dan kemudian turun untuk duduk tepat di belakang Hara.
"Ish" Hara mendecak kesal.
"Kenapa duduk di sini sih" Sungutnya sembari menyikut perut Kama. "Sempit pak" Protesnya.
"Masih banyak tempat duduk yang kosong tuh" Hara masih terus menggerak-gerakkan badannya mengusir Kama.
"Salah sendiri jadi orang pelit" Kama malah menyandarkan dagunya di pundak Hara.
"Pelit gimana, saya masih lumayan ya beli camilan banyak, bapak juga bisa minta lolipop saya. Bapak sendiri-" Hara celingukan mencari di samping-sampingnya.
"Mana tuh tadi botol minumnya, cuma sebiji doang" Gerutu Hara.
Kama tergelak mendengar Hara mengomel. Baru kali ini dia bisa ngobrol dengan lawan jenis secara normal dan membahas hal-hal sepele.
Biasanya dia tidak akan membuang-buang waktu jika sedang bersama kaum hawa. Semakin cepat urusan mereka tuntas, maka semakin cepat mereka berpisah, tidak perlu basa basi seperti ini.
"Iya iya nanti gue gantiin lolipopnya" Jawab Kama santai.
"Aaa" Kama membuka mulutnya, dan Hara melirik kesamping pundaknya.
"Apa lagi?" Tanyanya dengan alis bertaut.
"Aaaa" Kama malah semakin mengeraskan suaranya tanpa menjawab.
"Ish! Kalau saya pelit mana mungkin saya mau kasih keripiknya nih!" Sungut Hara kesal tapi tetap saja menurut dengan permintaan Kama yang minta di suapi.
"Hmm enak" Kama menggoda. "Memang ya semua yang gratis itu enak" Lanjutnya kemudian tergelak. Mengabaikan Hara yang semakin memberengut kesal.
"Bae"
"Hm?" Hara kini sedang bergantian memakan keripik singkong dan menyuapi Kama yang bertengger di pundaknya.
"Besok nonton yuk"
"Nggak janji ya pak, besok saya ada meeting" Hara kembali mengintip ke dalam bungkus camilannya. Tinggal sedikit.
"Dimana?"
"Di Luxe cafe" Hara mengambil potongan terakhir keripiknya lalu memakannya.
"Sama siapa?"
"Sama Nael" Hara melipat bungkus keripiknya menjadi kecil untuk di simpan sementara agar nanti bisa di buang di tempat sampah yang ada di pintu masuk.
Kama yang mendengar dengan siapa Hara akan bertemu di akhir pekan besok mendapati gelojak amarahnya kembali membuncah. Terlebih lagi dia tidak di beritahu dan di ikut sertakan pula.
"Aaaaa" Kama dengan kesal membuka mulutnya.
"Habis pak" Hara menunjukkan bungkusan yang sudah di lipat menjadi kecil dan rapi.
"Ck!!" Kama semakin kesal.
"Aaaarrg!" Hara terkejut karena lagi-lagi Kama menggigit pipinya. Meskipun tidak sakit tapi gigitan itu sukses membuatnya kaget.
"Kebiasaan banget sih gigit-gigit" Hara mendorong wajah Kama menjauh.
"Wagian wapa wuwuh wak wiwain (lagian siapa suruh nggak sisain)"
"Itu kan masih ada" Hara masih terus berusaha melepaskan diri dari gigitan Kama. Dan sekarang Kama juga melingkarkan tangannya di pinggang Hara.
"Wa wuwah wamwil wawa (ya udah ambil sana)"
"Ya mana bisa iih" Hara menyikut perut Kama dengan keras, dan nyatanya itu ampun membuat Kama melepaskannya.
"Bersihin nggak!" Sentak Hara menunjuk pipinya.
"Iya iya" Kama mengusap pipi Hara lembut.
"Nggak sakit kan? Gue gigitnya juga nggak keras-keras amat, nggak usah manja deh" Kama berpura-pura cemberut.
"Kebiasaan!" Hara mendecak ketus. Lalu mengambil kantong kresek yang ada di sebelahnya.
"Nih bukain!" Hara menyodorkan camilannya ke tangan Kama.
"Aaaa" Kama membuka mulutnya setelah mengangsurkan camilan yang sudah terbuka kepada Hara.
"Ngata-ngatain manja, nggak taunya sendirinya yang manja" Hara bersungut-sungut namun tetap menyuapi Kama.
Kama kembali tergelak mendapati Hara yang terus saja mengomel tapi tetap mematuhinya dengan baik.
Belum pernah Kama merasa senormal ini dalam berhubungan dengan seseorang. Dan ternyata tidak buruk juga.
Bayangannya tentang sebuah hubungan antara laki-laki dan wanita adalah seperti apa yang dia lihat di lift hotel. Intim dan bernafsu.
Semua itu karena trauma yang tidak dia sadari dan membentuknya menjadi seperti sekarang ini.
"Besok nonton yuk" Ajak Kama melingkarkan tangannya ke pinggang Hara lagi.
"Kan udah saya bilangin, besok saya ada meeting" Hara kembali menyuapi Kama.
"Selesai meeting"
"Aduh pak saya capek, saya mau tidur di rumah" Decak Hara.
"Lo tuh kenapa setiap gue ajak pasti bilangnya ngantuk lah, mau tidur lah, tidur mulu" Omel Kama ketus.
"Ya abis mau gimana lagi, dari senin sampai jumat saya kerja, sabtu kadang masih harus meeting, kalau saya nggak pintar bagi waktu nanti saya nggak bisa istirahat cukup"
"Memangnya lo nggak ada rencana hang out sama temen di weekend?" Kejar Kama.
"Nope" Hara menggeleng santai.
"Nggak punya temen lo?" Ledek Kama, namun Hara hanya mengangguk santai seolah ledekan Kama bukan apa-apa.
"Serius?!" Pekik Kama kemudian melepaskan pelukannya dan menarik sedikit tubuh Hara kesamping agar bisa menatapnya.
Namun Hara dengan polosnya kembali mengangguk sebagai jawaban dan kemudian memakan kembali keripiknya.
"What's up?" Tanya Hara bingung melihat Kama menatapnya dengan tatapan simpati.
"Bener-bener nggak punya temen?" Ulang Kama pelan.
"Yup" Jawab Hara mantap.
"Satu pun?" Kama masih tak percaya.
"Yas" Hara kembali mengangguk, tak lupa setelahnya dia kembali memasukkan sepotong besar keripiknya.
"Kalau mantan pasti banyak dong?" Kama berusaha menyangkal rasa kasihannya pada Hara.
"Baru Nael" Hara menjawab polos.
Tak pelak semua hal yang di ucapkan Hara membuatnya terenyuh. Dia memang brengsek dan bajingan, tapi dia berlaku begitu hanya kepada sejenisnya.
Sama-sama brengsek, bajingan dan bejat. Karena sampah akan berkumpul bersama sampah lainnya.
Tak pernah terbayangkan jika wanita yang sedang friendzone-an dengannya adalah wanita suci yang populasinya hanya tinggal sedikit, mengingat usia Hara yang pasti juga tidak muda lagi. Kama kira dia telah ikut dalam pergaulan kota besar.
Kama memeluk Hara, merasa bersalah karena membuatnya begini.
"Tapi gue heran" Kama melepaskannya dan mendorong tubuh Hara agar kembali menghadap ke arah depan.
"Kok lo nggak masalah dengan kontak fisik kita?" Tanya Kama kembali menyandarkan dagunya di pundak Hara.
"Kan bapak sendiri yang bilang, sesama teman boleh saling memeluk" Jawab Hara santai, lagi-lagi mengintip isi dalam bungkus keripiknya.
"Kok lo gampang banget sih percaya" Terselip rasa bersalah dalam nada suara Kama.
"Nggak lah" Hara menggeleng tegas.
"Saya bukan orang bodoh yang iya iya aja" Elak Hara.
"Pas bapak nawarin friendzone, saya juga udah mikirin, harus apa, bagaimana, batasannya, dan bapak bilang like an american style, saya jadi nontonin sekilas serial america yang judulnya friend, dan yah seperti yang bapak bilang, itu normal sesama teman" Jelas Hara panjang lebar, dia mengguncang-guncang bungkus keripiknya. Kosong.
"Ah dan lagi saya percaya diri dalam hubungan pertemanan kita, saya nggak mungkin asal nerima kalau nggak percaya diri dan bisa sedikit memperhitungkan untung ruginya" Hara lagi-lagi melipat bungkus keripiknya menjadi kecil dan rapi.
"Jadi kesimpulannya?" Tanya Kama.
"Ya kita temanan" Jawab Hara menepuk-nepuk pahanya, membersihkan dari sedikit remahan keripik yang berserakan.
"Like an american style, just like what you say" Hara mengambil botol minum yang ada di sebelahnya dan meneguk habis isinya.
Entah itu salah atau benar, bagi Hara semua itu bisa di lihat nanti seiring berjalannya waktu. Selama ini dia memang tak memiliki teman untuk sekedar bertukar pesan atau nongkrong bareng. Dan dia merasa baik-baik saja dengan hal itu.
Toh kepribadiannya yang introvert memang membuatnya lebih senang menyendiri.
Tapi dia tidak bisa terus begitu, dunia ini isinya tidak hanya tentangnya, banyak manusia lain yang saling terhubung.
Dan dia juga ingin membuktikan kepada Nael bahwa dirinya bukan cewek yang tidak bisa bergaul, berteman, antisosial atau apalah itu istilahnya.
Kalau dia tidak ingin lagi gagal di hubungan keduanya nanti, jika memang dia menemukan lagi orang yang bisa membuatnya jatuh cinta, maka dia harus segera keluar dari zona nyamannya, setidaknya dia harus menggantikan waktu-waktu yang kosong saat bersama Nael dulu, jadi dia memutuskan memang harus membuat pertemanan. Dan kebetulan nya adalah Kama yang terlebih dulu menawarkannya hubungan itu.
Hari ini adem ayem pak Kama nya
pindah kos aja deh, biar nggak ngabisin tenaga ketemu org seperti Edward dan bapak kos,sok ngatur
oh,Nisa naksir sama Nael ya🤔🤔🤔
nggak sabar nih nungguin kelanjutan mereka di pos security 😁😁😁😁😁
Sudah ku duga olahraga malam, olahraga yang sesungguhnya 🤣🤣🤣🤣...
puas banget lihat pak Kama di kerjain Hara😂😂😂😂
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣