Liam, seorang DJ tampan di sebuah diskotik mewah, terperangkap dalam lingkaran setan. Ia dipaksa menjadi "pria bayaran" oleh Mr. Ricardo, pemilik diskotik yang kejam. Liam terpaksa menerima tip dari para wanita kaya, meski hatinya menolak. Ia berusaha bebas, namun ancaman Mr. Ricardo dan desakan teman-temannya membuatnya terjebak. Suatu malam, Amanda, seorang wanita muda kaya raya yang sering berkunjung ke diskotik tersebut, tertarik pada Liam. Amanda terbiasa mendapatkan apa saja yang diinginkannya dengan uangnya, namun Liam berbeda. Liam tidak tertarik pada uang Amanda, dan ini justru membuat Amanda semakin tertarik padanya. Amanda menawarkan Liam uang sebesar dua miliar rupiah untuk menjadi miliknya. Tawaran ini menjadi titik balik dalam hidup Liam. Apakah Liam akan menerima tawaran Amanda dan bebas dari jeratan Mr. Ricardo? Atau akan ada konflik yang akan terjadi? Akankah cinta mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 33 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
Di dalam penthouse mewah di luar negeri, Ricardo duduk santai di kursi besarnya. Hujan deras di luar jendela tidak mampu menghilangkan senyum licik di wajahnya.
Ia baru saja mengakhiri panggilan telepon dengan salah satu anak buahnya, Ical, komandan polisi yang ia suap.
"Apakah… semua… sesuai rencana?" tanya Ricardo melalui telepon, suaranya rendah dan mengancam.
"Sudah… Tuan… kematian yang dipalsukan… sudah selesai…" jawab Ical melalui telepon, suaranya juga rendah dan penuh dengan rasa takut campur hormat.
Ricardo tersenyum lebar. Rencananya berjalan dengan sempurna. Ia telah memalsukan kematiannya sendiri, dan sekarang Liam dan Amanda akan mengira bahwa ia telah mati.
Ia akan menikmati permainan ini dari balik bayangan. Ia akan menunggu waktu yang tepat untuk melakukan langkah selanjutnya.
Ricardo mematikan teleponnya, senyum licik masih terukir di wajahnya. Ia mengambil segelas wine dari meja di sebelahnya, menenggaknya perlahan. Pandangannya tertuju ke luar jendela, melihat hujan deras yang membasahi kota di bawahnya.
Ia merasakan kekuasaan yang ia miliki. Ia telah menipu semua orang. Ia telah mengalahkan Liam dan Amanda. Atau begitu kiranya.
Namun, di balik senyum liciknya, tersimpan sesuatu yang lebih dalam. Suatu rasa tidak puas. Ia belum mendapatkan apa yang ia inginkan sepenuhnya.
Ia masih ingin mendapatkan Amanda. Ia masih ingin menghancurkan Liam. Ia masih ingin mendapatkan kekuasaan yang ia inginkan.
Ia meletakkan gelasnya di meja, matanya berkilat dengan keinginan yang membara. Ia akan memulai langkah selanjutnya.
Ia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Tidak ada yang bisa menghentikannya.
Ricardo menghubungi Raylam Ashworth (Septian) melalui telepon dengan suara rendah dan dingin. Suasana di penthouse mewahnya masih dipenuhi dengan aroma wine dan kekuasaan.
"Untuk… sekarang… aku ingin… kau… menghancurkan bukti-bukti keberadaanku… dulu…" kata Ricardo, suaranya penuh dengan perintah.
"Termasuk… diskotik milikku 'Inferno'. Diskotik itu… hancurkan…"
Ia menjeda sejenak, membiarkan perintahnya menggema di seberang telepon. Kemudian, ia melanjutkan dengan suara yang lebih keras dan mengancam.
"Siapapun… disana kau lenyapkan Raylam…"
Raylam Ashworth (Septian) menangguk patuh di seberang telepon. Ia sudah terbiasa dengan perintah kejam Ricardo. Ia merupakan boneka yang bisa diatur sesuai keinginan Ricardo.
Ia akan melakukan apa saja untuk mempertahankan status barunya sebagai pengusaha muda yang sukses. Ia tidak akan menolak perintah Ricardo.
...✧༺♥༻✧...
Raylam Ashworth (Septian) mematikan teleponnya, tatapan matanya berubah menjadi dingin dan keras. Ia memandang ke luar jendela kantornya, melihat kota yang terbentang luas di bawahnya.
Ia merasakan kekuasaan yang ia miliki saat ini. Ia adalah seorang pengusaha muda yang sukses, seorang pria yang dihormati dan dihormati. Tapi di balik topeng kesuksesannya, ia masih tetap menjadi boneka Ricardo.
Ia mengeluarkan teleponnya lagi, menghubungi beberapa orang yang ia percaya. Ia memberikan instruksi yang jelas dan tegas.
Ia memerintahkan mereka untuk menghancurkan diskotik Inferno dan melenyapkan semua orang yang berada di sana. Tidak ada yang boleh bertahan hidup.
Ia menutup teleponnya, merasakan kepuasan yang dalam. Ia telah melakukan perintah Ricardo. Ia telah melenyapkan bukti-bukti keberadaan Ricardo. Ia telah memperlihatkan kesetiaannya kepada Ricardo.
Diskotik Inferno kini hanya tinggal puing-puing. Api membakar segalanya, menghancurkan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Suara ledakan dan jeritan masih bergema di udara. Para pria malam berlarian ketakutan, mencoba untuk menyelamatkan diri. Namun, tidak ada yang bisa lolos dari kematian. Semua orang mati. Kecuali satu orang.
Rico, salah satu pria malam di diskotik Inferno, berhasil lolos dari penghancuran itu. Ia bersembunyi di suatu sudut, tubuhnya penuh dengan luka. Ia mencoba untuk menghubungi Liam.
"Li… Liam… tolong… kami…" kata Rico, nafasnya tersengal-sengal.
Namun, belum sempat ia melanjutkan pembicaraannya, seseorang menikamnya dari belakang. Jeritan Rico terdengar di seberang telepon. "Aaaaahh…" Kemudian, suara itu lenyap.
...✧༺♥༻✧...
Di penthouse mewah milik Amanda, Liam sedang berbicara dengan Amanda. Tiba-tiba, teleponnya berdering. Ia menjawab panggilan itu. Itu adalah Rico.
"Hallo… Rico… Rico… jawab… aku…" kata Liam, suaranya penuh dengan kekhawatiran.
Amanda mendekat kepada Liam, menanyakan apa yang terjadi.
"Liam… ada apa?"
Keheningan. Hanya keheningan yang tersisa di seberang telepon. Liam menatap teleponnya dengan tatapan yang kosong. Ia merasakan sesuatu yang tidak beres. Ia tahu bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi.
Amanda memeluk Liam, mencoba untuk menenangkannya. Ia tahu bahwa Liam sedang merasakan sesuatu yang sangat berat.
"Liam… ada apa?" tanya Amanda dengan suara yang lembut.
Liam menarik napas dalam-dalam, kemudian menceritakan apa yang telah terjadi. Ia menceritakan tentang penghancuran diskotik Inferno, tentang kematian para pria malam, dan tentang panggilan telepon dari Rico.
Amanda terkejut mendengar ceritanya. Ia tidak percaya bahwa sesuatu yang seburuk itu bisa terjadi. Ia memeluk Liam lebih erat, mencoba untuk memberikan dukungan dan kenyamanan.
"Kita… harus melakukan sesuatu…" kata Amanda dengan suara yang gemetar.
Liam mengangguk. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu. Ia harus menemukan siapa yang berada di balik semua ini. Ia harus membalas dendam atas kematian Rico dan para pria malam lainnya.
Liam bersiap-siap untuk pergi. Ia melihat Amanda yang sedang menunggu di ruangan. Rasa khawatir dan cinta bercampur menjadi satu di hatinya.
"Amanda… tunggu aku… aku… harus… pergi… kesana…" kata Liam, suaranya tegas tapi penuh dengan kekhawatiran.
Amanda mencoba untuk menahan Liam. Ia ingin membantu. Ia ingin berada di samping Liam.
"Baiklah… aku… menunggu… di sini…" kata Amanda, suaranya gemetar. "Tapi… Liam aku bisa… membantu…"
Liam menahan tangan Amanda. Ia tidak ingin Amanda ikut bersama dengannya. Ia tidak ingin Amanda terlibat dalam bahaya.
"Tidak… Sayang… kau tetap di sini aku… tak bisa… melihatmu… dalam bahaya…" kata Liam, suaranya keras dan tegas. "Kau tetap… di sini…"
Amanda ingin mengatakan sesuatu, tapi Liam sudah memotong pembicaraannya. Liam dan Amanda berbicara bersama, menyebutkan nama lengkap Amanda.
"Amanda Valkyrie Alistair…"
Liam menatap Amanda dengan tatapan yang dalam.
"Iya… iya… aku tahu… itu… tapi… kesehatanmu… lebih penting… kau tetap… di sini… aku akan pergi… ke… diskotik sendirian…"
Liam mencium kening Amanda sebelum berbalik menuju pintu. Ia melihat bayangan ketakutan di mata Amanda, tapi ia harus tetap teguh. Aman adalah prioritas utama. Ia tidak bisa membiarkan Amanda terlibat dalam bahaya ini.
Amanda mencoba menahan tangisnya. Ia mengetahui bahwa Liam sedang dalam bahaya, tapi ia juga tahu bahwa ia harus mempercayai Liam. Perpisahan yang penuh dengan kekhawatiran ini menyakitkan, tapi ia harus kuat untuk Liam.
Liam berjalan cepat menuju mobilnya. Ia mengemudi dengan cepat menuju lokasi diskotik 'Inferno'. Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi dengan bayangan kekejaman yang telah terjadi.
Ia bertekad untuk menemukan pelakunya dan membalas dendam. Ia tidak akan berhenti sebelum ia mendapatkan keadilan. Kehilangan Rico dan yang lainnya tidak akan percuma.
...✧༺♥༻✧...
Sesampainya di lokasi kejadian, bau hangus dan aroma kematian masih sangat kental. Petugas kepolisian masih melakukan pemeriksaan.
Liam menatap puing-puing diskotik Inferno, kemarahan dan kesedihan bercampur menjadi satu di hatinya. Ia akan melakukan segalanya untuk menemukan siapa yang bertanggung jawab atas kejadian ini.
Liam melangkah hati-hati di antara puing-puing diskotik 'Inferno'. Bau hangus dan darah masih sangat kental di udara.
Ia melihat tubuh-tubuh yang tergeletak di mana-mana, beberapa sudah tidak berbentuk lagi. Ia mengenali beberapa di antara mereka—teman-temannya, para pria malam yang dulu sering bersama-sama dengannya.
Ia mendekat kepada Rico, mencoba untuk membangunkannya. Ia menguncang-guncang tubuh Rico, tapi Rico tidak memberikan tanggapan. Tubuhnya dingin dan kaku.
"Ri… Rico… katakan padaku… Rico… bangunlah…" lirih Liam, suaranya penuh dengan kesedihan dan kemarahan.
Di sisi lain, ia melihat Jay, salah satu teman dekatnya, terluka parah karena luka bakar. Jay sedang berusaha untuk memanggil Liam.
"Li… Liam…"
Liam mendekati Jay, memegang kepala Jay dengan lembut.
"Sep… Septian…" bisik Jay dengan suara yang lemah.
"Iya… katakan… ada apa… dengan… Septian?" tanya Liam, suaranya penuh dengan kewaspadaan.
Jay berusaha untuk berbicara, namun suaranya sangat lemah. Ia hanya mampu mengatakan beberapa kata sebelum akhirnya mati.
"Ia… membunuh… semua…"
Liam terdiam. Ia merasakan sesuatu yang sangat berat. Ia tahu bahwa ia harus menemukan Septian. Ia harus membalas dendam. Ia tidak akan berhenti sebelum ia mendapatkan keadilan.
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung…...
terima kasih sudah mampir karyaku yaaa