Sungguh perjalanan yang penuh liku dan misteri! Dari seorang penyendiri dengan masa lalu kelam, Sean menjelma menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dihormati, bahkan kekuatannya mampu mengguncang sebuah kerajaan. Keputusannya untuk "pensiun" dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada Sang Pencipta membuka lembaran baru bagi alam semesta.
Kelahiran Ling di tengah hutan belantara, jauh dari hiruk pikuk dunia luar, seolah menjadi jawaban atas permintaan Sean. Kehidupan damai Ling di hutan, pertemuannya yang tak terduga dengan dunia luar, dan bakatnya yang luar biasa membawanya ke Akademi Peacock, tempat di mana potensi tersembunyinya mulai terungkap.
Pertemuannya dengan Dekan Fu Dai menjadi titik balik penting dalam hidup Ling. Bimbingan khusus dari sang Dekan membuka jalannya untuk memahami dan mengendalikan 'Napas Pembekuan Roh', sebuah kekuatan unik yang misterius. Latihan yang keras dan pengetahuan yang ia dapatkan di akademi perlahan mengikis kebingungannya dan mengasah kemampuannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menerobos
Sean menghela napas panjang, dia mencoba mengusir bayangan keraguan yang terus menari di benaknya.
Tindakannya menolong orang asing tadi terasa benar, namun risiko yang mungkin timbul membuatnya tak tenang. "Kenapa juga aku harus melakukannya di tempat terbuka?" gerutunya lirih.
"Ini bisa menarik perhatian yang tidak kuinginkan." memikirkan kelakuannya tadi, yang malah menolong dengan tanpa melihat tempat dan melakukannya dengan cukup lama,membuat
Kepalanya berdenyut pelan, memprotes kerasnya pikiran yang berkecamuk. Inilah salah satu alasan mengapa ia lebih suka menyendiri, hal sekecil apapun bisa dengan mudah memicu kekhawatiran yang berlebihan dalam benaknya.
"Arghhh..." Sean beranjak menuju kamar mandi, air dingin yang mengguyur tubuhnya diharapkan mampu meredakan gejolak pikirannya.
Malam yang dingin tak lagi ia hiraukan, yang terpenting adalah ketenangan.
Usai mandi, Sean mengenakan kaus dan celana selutut, lalu duduk bersila di atas kasurnya. Ia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam.
Di dalam kamarnya itu secara perlahan, bintik-bintik cahaya yang melimpah dan memenuhi ruangan mulai mengelilinginya. Sean yang melihat itu mulai melakukan sikap lotus dan memejamkan matanya untuk melakukan semedi, cahaya bintik-bintik itu mulai meresap ke dalam tubuhnya Sean dengan cepat.
Energi Qi yang berlimpah ini menenangkan pikirannya yang kalut sekaligus meningkatkan kultivasinya.
Di alam bawah sadarnya, Lautan Qi miliknya tampak semakin luas dan bergejolak. Bahkan, lautan energi itu seolah tak mampu lagi menampung limpahan Qi yang terus bertambah.
Sean membatin sambil mengerutkan keningnya 'aku lupa, kalau seharusnya selama seminggu ini aku jangan melakukan kegiatan yang akan memicu kenaikan ranah kultivasi' tetapi bagaimanapun juga, sekarang sudah terlanjur, dimana dia sudah tidak bisa menghentikan penerobosan, karena energi Qi di dalam dantiannya sudah hampir terisi full, sudah terlanjur bergejolak dengan begitu dashyatnya.
Tetapi dia akan mencoba untuk menghentikan penerobosan. Sean dengan gigih menahan dorongan untuk menembus ke ranah berikutnya. Gelombang energi dalam dirinya begitu kuat, mendesak untuk menghancurkan tembok kokoh yang menghalanginya mencapai ranah kultivasi yang lebih tinggi, di mana lautan Qi yang lebih luas menanti.
Berbeda dengan para kultivator lain yang berlomba-lomba meningkatkan ranah secepat mungkin, Sean justru memilih untuk memperkuat fondasi dirinya semaksimal mungkin terlebih dahulu.
Karena dulu, dia pernah melakukan pengejaran dalam kultivasi untuk secepat mungkin naik ke ranah yang lebih tinggi dengan bakat yang dimilikinya, dimana dia bisa menaikkan ranah kultivasi dengan lebih cepat. Memang hasilnya cukup memuaskan, tetapi ketika mengalami sebuah bencana yang mengharuskannya mengerahkan segenap kekuatannya, dia mendapatkan konsekuensi yang sangat besar.
dimana dia harus mengulang kembali jalan kultivasinya dari awal, bahkan penampilannya yang tadinya merupakan seorang pria dewasa yang gagah kini harus di gantikan dengan penampilan remajanya kembali yang akan kekal selamanya, karena kalau dulu fondasi yang dimilikinya kokoh pasti tidak akan sebesar ini konsekuensi yang di dapatkannya.
Tetapi dari itu semua, membuat Sean mendapatkan sebuah pelajaran dan kesempatan untuk tidak mengulangi kesalahannya. selama tiga puluh enam tahun ini Sean telah menjalani jalan kultivasinya dengan mementingkan mengokohkan fondasinya terlebih dahulu, sehingga jalan kultivasinya sama seperti seorang jenius pada umumnya.
Dimana seseorang jenius yang akan melewati ranah kultivasi pertama, yaitu ranah pembentukan Qi yang membutuhkan waktu 1 tahun untuk melewati sembilan tingkatan dari ranah tersebut.
Kalau seorang kultivator yang pada umumnya membutuhkan waktu selama dua tahun untuk melewatinya.
Kalau seorang kultivator yang kurang berbakat membutuhkan waktu tiga tahun untuk melewati ranah pembentukan qi yang terdapat sembilan tahapan.
Meskipun bakatnya Sean memungkinkannya bisa menaikkan ranahnya lebih dari orang-orang biasa, ia ingin memastikan pertahanan tubuhnya kokoh.
Dengan begitu, setiap kali ia berhasil menembus ranah, kekuatannya akan jauh melampaui mereka yang berada di tingkat yang sama.
Sean memang diberkahi dengan kemampuan luar biasa dan kemudahan dalam segala hal, namun ia tak ingin terlena dan terjerumus dalam kesombongan.
'aku harus merapalkan mantra kekacauan agar tidak ada yang berani mendekat kesini selama aku menerobos' batin Sean, mulutnya bergerak secara perlahan dan sebuah hembusan angin yang tercipta dari mantra yang dirinya rapalkan langsung tersebar ke seluruh hutan.
Di luar kediamannya, keributan mulai terjadi. Aura penerobosan Sean yang kuat menarik perhatian monster-monster roh di sekitarnya, dan dengan adanya sebuah gelombang angin membangkitkan naluri bertarung mereka juga. Pertempuran sengit tak terhindarkan.
Sean memang sengaja melakukan ini, menciptakan kekacauan agar tak ada yang berani mendekat saat ia melakukan terobosan. Orang-orang tertentu pasti akan merasakan aura legendarisnya, dan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, ia terpaksa melepaskan aura membunuhnya yang kuat dan mantra kekacauan, membuat para raja monster roh di sekitarnya saling menyerang hingga terluka, meski tidak terlalu parah karena mereka adalah penguasa di antara jenis monster roh.
Raja serigala emas dan raja burung elang es terlibat dalam pertarungan sengit. Raungan dahsyat sang serigala mengguncang udara, namun raja elang es tak gentar dan membalas dengan gelombang es yang membekukan.
Bentrokan kedua serangan itu menghasilkan ledakan besar yang memaksa keduanya mundur.
Tak hanya mereka, raja gorila batu, raja ular pisau berkepala tiga, raja harimau api, dan burung rajawali tujuh warna juga terlibat dalam pertempuran sengit.
Anehnya, rumah Sean yang dikelilingi oleh pertempuran dahsyat itu tetap utuh, bahkan pepohonan di halamannya tak bergeming sedikit pun, seolah terlindungi oleh perisai tak kasat mata.
Dan memang benar adanya, di sebuah garis tipis yang tercipta di tana yang membuat menjadi pembatas antara rumah Sean dengan hutan,dan dari garis tersebut ada lapisan pelindung tak terlihat yang menahan semua serangan dahsyat dari para raja monster itu.
Duaarrrrr...
Sebuah ledakan cahaya putih membumbung tinggi ke langit dari dalam rumah Sean, menghentikan semua pertempuran monster roh.
Mereka semua terpaku pada cahaya yang menyilaukan itu.
Para tokoh kultivator yang tengah melakukan berbagai aktivitas pun terkejut. Tanpa berpikir panjang, mereka bergegas menuju sumber cahaya tersebut.
Di perbatasan hutan, banyak kultivator berkumpul, berniat menuju titik di mana cahaya itu masih menjulang. Namun, langkah mereka terhenti di tepi hutan dimana ada pertempuran sengit antara monster roh dari berbagai tingkatan yang berkecamuk di dalam hutan.
"Lihat itu, para Lord manusia juga sepertinya ingin mengetahui asal cahaya itu," ujar seorang kultivator yang melihat lima sosok manusia hebat di kejauhan yang mulai mendekat.
Si raja racun yang menyamar menjadi kultivator biasa hanya tersenyum tipis melihat kerumunan manusia itu. Sementara itu, para anggota mafia yang juga berada di sana segera melarikan diri, menyadari bahaya yang mungkin timbul.
"Sebenarnya orang sehebat apa yang bisa membuat rencana seperti ini? Orang yang sedang menerobos itu pasti luar biasa, sampai-sampai dia bisa menekan auranya agar tidak terlacak, dia dengan hebatnya juga dengan memancing para monster roh ini agar mengeluarkan aura membunuhnya, membuatnya semakin tidak bisa terdeteksi," gumam salah satu Lord manusia perempuan, bernama Lord Luna.
"Yang pasti, orang itu sepertinya tidak pernah bersentuhan dengan manusia biasa. Dari auranya saja yang terasa samar, manusia itu tidak memiliki kecacatan sedikit pun," sahut Lord Xavier dengan nada santai, meskipun dalam hatinya ia sangat penasaran dengan sosok hebat di balik semua ini.
Lord Lancelot, Lord Alex, dan Lord Rafaela sendiri mengamati sekeliling, mencari cara untuk menembus kekacauan monster roh yang sedang terjadi di hadapan mereka semua. Mereka ingin mengetahui siapa sebenarnya yang bisa membuat fenomena sehebat ini.
Padahal, di kediamannya sendiri, Sean telah berhasil melakukan terobosan sehingga cahaya yang menjulang ke langit secara perlahan mulai hilang. Ia berdiri dan pergi menuju atap rumahnya, mengamati kerumunan orang yang ada di perbatasan hutan.
"Orang-orang itu, meskipun berpenampilan agung dan suci, jiwa keserakahan mereka akan sesuatu yang belum pasti begitu terlihat... ck... ck... ck... jika saja aku tidak melakukan ini, mungkin saja para manusia itu akan membuat kediamanku ini kacau," Sean menggelengkan kepalanya sebelum menghilang dari sana dalam sekejap.
Suasana kacau antara monster roh yang bertarung tiba-tiba mereda, bersamaan dengan menghilangnya cahaya putih yang menjulang ke langit.
Semua orang yang menunggu di perbatasan hutan segera memasuki hutan dengan tergesa-gesa. Namun, sesampainya di dalam hutan, mereka tidak menemukan jejak apapun. Untuk menerobos ke wilayah tempatnya para raja mosnter roh pun mereka tidak berani.
" orang itu bukan lah orang sembarangan, karena sepertinya dia bisa melakukan terobosan di dalam wilayah para raja monster roh " ucap Lord Alex.
"Dasar manusia bodoh," gumam Sean pelan sebelum memejamkan mata, bersiap untuk tidur di malam yang melelahkan ini.
.