Di jebak oleh sahabat nya sendiri tepat di malam pertunangan nya, membuat Anastasya di tinggalkan oleh calon tunangan nya kerena terpergok di dalam kamar hotel bersama seorang pria yang ternyata adalah Housekeeping di hotel tempat nya menggelar pesta pertunangan.
Pria miskin yang bekerja di bawah suruhan orang, harus menjadi suami nya karena kejadian tersebut.
Seperti apa kisah mereka? Dan bagaimana kelanjutan nya?
Ayo ikuti hanya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelakuan Aneh
Beberapa hidangan yang terlihat begitu mengunggah selera kini tersaji di atas meja makan sana, menunggu Luca yang tengah membersihkan tubuh nya dengan senyum menghias wajah cantik milik nya.
Hingga akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu pun datang. Menerjabkan mata nya sesaat begitu melihat penampilan Luca yang hanya memakai kaos putih polos di padukan celana pendek sebatas lutut.
"Kekar sekali, bahkan kaki nya berotot" Batin Ana melihat urat-urat di kedua kaki Luca yang tercetak begitu jelas.
Karena ini kali pertama nya Ana melihat penampilan Luca yang seperti ini, karena biasa nya pria itu selalu menggunakan celana panjang yang menutupi kaki kekar itu.
Sudut bibir Luca berkedut menahan tawa nya saat melihat wajah bodoh sang istri. "Kenapa?" Tanya nya seraya duduk.
Ana tersadar dan menggelengkan kepala nya dengan cepat. "Gapapa, ayo makan" Jawab nya cepat.
Luca hendak membalik piring nya, bersiap untuk menyendok makanan namun tiba-tiba saja Ana mendahului nya bahkan menyendok kan makanan tersebut ke piring nya.
"Selamat makan" Ujar Ana seraya menaruh kembali piring tersebut ke hadapan Luca.
Tidak menyahut atau pun langsung memakan nya, Luca malah memberikan tatapan aneh pada Ana yang tiba-tiba saja berperilaku seperti ini.
"Kenapa?" Tanya Ana yang hendak menyuap makanan nya tetapi begitu melihat tatapan Luca langsung menghentikan gerakan nya.
"Are u okay?" Cetus Luca keheranan.
Ana yang bingung tidak menjawab, kepala nya menggeleng samar dengan kening yang mengkerut.
"Tiba-tiba saja melayani ku, kamu baik-baik saja?" Ulang Luca.
"Ah itu.." Ana menggaruk kepala bagia belakang nya dengan senyum bodoh nya. "Ingin saja, sudah lah ayo makan" Lanjut nya yang langsung menyuap makanan nya.
Luca belum juga memakan makanan nya, ia terus menatap Ana yang terlihat berbeda dari hari sebelum nya dan jika boleh jujur Luca sangat senang mendapatkan pelayanan seperti ini dari istri cantik nya.
"Apa makanan malam ini tidak sesuai selera mu?" Tanya Ana membuat Luca tersadar.
"Tidak, makanan yang kamu masak selalu menjadi favorit ku" Jawab nya cepat.
"Lalu kenapa belum di makan?"
"Ini aku makan" Setelah nya Luca langsung menyuap makanan yang tersebut di iringi acungan ibu jari nya. "Sangat enak!"
Ana tersenyum samar dan kembali memakan makanan nya. "Anggap saja makanan ini sebagai permintaan izin ku untuk bekerja, dan kamu sudah memakan nya berarti kamu mengizinkan ku untuk bekerja" Batin Ana tersenyum di sela makan nya.
Makan malam telah usai, seperti biasa Luca lah yang akan mencuci bekas makan mereka. Bukan karena perintah Ana tetapi pria itu yang menginginkan nya.
"Mau makan buah?" Tawar Ana memegang piring berisi buah melon dan mangga yang sudah ia potong.
Melihat buah itu Luca meneguk saliva nya sesaat. sebelum akhirnya mengangguk. "Tunggu sebentar aku mencuci tangan dulu"
"Oke, aku tunggu di teras depan" Jawab Ana seraya berjalan menuju pintu.
"Astaga bagaimana ini? Aku tidak suka buah.." Batin Luca begitu panik.
Bukan hanya tidak suka tetapi Luca memiliki phobia terhadap buah yang biasa di sebut Fructophobia.
Tidak hanya buah-buahan biasa, bahkan produk olahan seperti sirup atau minuman berbahan dasar buah pasti juga akan dihindari oleh Luca.
Melangkah berat menuju pintu, mata Luca pun disuguhkan pemandangan dimana Ana tengah mengusap-usap lengan atas nya.
Wanita itu kedinginan, dengan cepat Luca berputar arah menuju kamar dna mengambil sesuatu.
"Lain kali jika ingin bersantai di luar pakai pakaian yang lebih tebal" Ujar Luca seraya menyampirkan selimut tipis di punggung Ana.
Mendengar dan merasakan tangan dingin Luca yang menyentuh kulit leher nya saat menaikkan selimut itu membuat Ana tersentak kaget sesaat hingga akhirnya wanita itu menoleh dan tersenyum.
"Terima kasih"
Luca mengangguk kemudian duduk di samping Ana. Menatap langit yang terlihat begitu terang malam ini namun tidak ada bintang satu pun.
"Sering-sering memperlakukan ku seperti tadi" Ucap tiba-tiba Luca.
"Seperti tadi yang mana?" Tanya Ana bingung.
"Menyiapkan makanan di piring ku" Jawab Luca seraya menoleh, hingga wajah kedua nya hanya berjarak beberapa senti saja.
"Ba-baiklah" Jawab gugup Ana menjauhkan kepala nya dan beralih mengambil piring buah itu. "Ayo makan.." Ucapan nya terhenti saat melihat wajah tegang Luca.
Menatap tidak berkedip pada piring buah di hadapan nya, tangan Luca pun menggenggam erat pinggiran kursi yang ia duduki.
"Kamu kenapa?" Tanya khawatir Ana yang tanpa sengaja malah semakin mendekatkan piring tersebut ke wajah Luca.
"Aaa..!!"
Brugh!
Luca terjatuh ke bawah akibat kursi nya yang miring karena tubuh nya mencoba menjauh dari piring buah itu.
"Astaga Luca!" Pekik kaget Ana yang kemudian langsung meletakkan piring buah itu dan membantu Luca untuk bangun.
Keringat di kening pria itu bercucuran dan baru kali ini Ana melihat ekspresi Luca yang terlihat begitu ketakutan.
"Kamu kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Ana panik.
Luca menggeleng. "Ga, gapapa kok" Jawab nya terbata.
"Beneran gapapa? Mau periksa ke rumah sakit? Kamu berkeringat gini lho" Ana menyeka keringat Luca dengan selimut di tubuh nya.
Hingga tatapan gusar pria itu terfokus pada wajah khawatir Ana, dan di detik berikut nya Luca langsung memeluk Ana.
"Hei,, ada apa?" Ana mengusap punggung bergetar itu, namun lain hal nya dengan Luca yang saat ini memejamkan erat kelopak mata nya seraya mengatur napas nya yang terasa memberat.
"Luca?.."
"Aku memiliki fructophobia" Jujur Luca pada akhirnya yang tidak kuat jika harus di hadapkan dengan buah berwarna hijau muda dan kuning tua itu.
Mendengar itu Ana tentu kaget, rasa bersalah menghampiri nya hingga kedua tangan nya langsung memeluk tubuh kekar Luca tak lupa memberikan usapan nya.
"Maaf aku tidak tau, seharusnya kamu bilang dari awal"
"Kamu ga nanya" Sahut lirih Luca yang mulai tenang.
"Oke lain kali aku akan bertanya dulu" Putus Ana.
Selama beberapa saat kedua nya berada di posisi yang sama, hingga hembusan napas Luca yang berangsur normal Ana baru mengurai pelukan pria itu.
"Bagaimana? Sudah tenang?" Tanya nya seraya menyeka kembali keringat Luca.
Menghentikan gerakan tangan Ana, Luca menatap nanar wanita di depan nya. "Maaf jika aku terdengar aneh dengan memiliki Fructophobia"
Ana menggeleng cepat. "Phobia bisa dengan apa saja, aku mengerti jadi tenang saja oke! Mulai besok aku pastiin ga ada yang nama nya buah"
Mendengar itu bergantian Luca lah yang menggeleng. "Kamu harus makan buah"
"Tapi--"
"Simpan dimana saja asalkan kamu memberitahu aku tempat kamu menyimpan buah-buahan agar aku tidak membuka nya"
"Baiklah, akan aku atur nanti" Jawab cepat Ana yang kemudian terjadi keheningan di antara kedua nya.
Udara sekitar semakin terasa dingin, namun berbeda dengan dua manusia yang masih di posisi tubuh menempel itu.
...****************...