NovelToon NovelToon
Ketika Takdir Menemukan Langit

Ketika Takdir Menemukan Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / CEO / Office Romance
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lacataya_

Embun Nadhira Putri, 28 tahun, terjebak antara tuntutan pekerjaan dan desakan keluarganya untuk segera menikah. Ketika akhirnya mencoba aplikasi kencan, sebuah kesalahan kecil mengubah arah hidupnya—ia salah menyimpan nomor pria yang ia kenal.

Pesan yang seharusnya untuk orang lain justru terkirim kepada Langit Mahendra Atmaja, pria matang dan dewasa yang tidak pernah ia pikirkan akan ia temui. Yang awalnya salah nomor berubah menjadi percakapan hangat, lalu perlahan menjadi sesuatu yang jauh lebih berarti.

Di tengah tekanan keluarga terutama sang Mama, rutinitas yang melelahkan, dan rasa takut membuka hati, Embun menemukan seseorang yang hadir tanpa diminta.
Dan Langit menemukan seseorang yang membuatnya ingin tinggal lebih lama.

Terkadang takdir tidak datang mengetuk.
Kadang ia tersesat.
Kadang ia salah alamat.

Dan kali ini…
takdir menemukan Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lacataya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 - MULAI COBA COBA DOWNLOAD

Malam mulai larut. Lampu kamar Embun  temaram, hanya diterangi cahaya hangat dari lampu meja di sudut dekat jendela. Dari luar, terdengar suara jangkrik samar dan desiran angin yang menabrak tirai putih.

Embun  duduk bersandar di kepala tempat tidurnya, rambutnya diikat asal, piyamanya kusut karena sudah setengah rebahan, tapi matanya terpaku pada layar ponsel.

Ikon aplikasi baru itu terpampang jelas di beranda.

“Ya Tuhan, ini gue beneran? Masa iya seorang Embun—HRD sekaligus IT specialist—harus cari jodoh via aplikasi?” monolog Embun kepada dirinya sendiri.

Dia menghela napas, menatap langit-langit sebentar, lalu akhirnya menekan ikon itu juga.

[Notif pop-up muncul: “Selamat datang! Siap menemukan cinta?”]

Embun  mendecak pelan sambil tersenyum miring “Cinta? Lebih tepatnya siap menemukan masalah baru.”

Ia mulai mengisi data diri seadanya. Tapi saat bagian “deskripsi diri” muncul, Embun menatap kosong. Tombol kursor berkedip, tapi pikirannya malah ke mana-mana.

“Gue harus nulis apa? ‘Pecinta kopi yang trauma komitmen’? Atau ‘bisa perbaiki komputer dan hati yang error’?” gumamnya sambil cekikikan sendiri.

Setelah berpikir keras, ia akhirnya mengetik:

Suka tidur, benci drama, dan masih percaya kalau jodoh nggak harus lewat aplikasi. Tapi dicoba dulu aja.

Embun  menekan “Save”.

Beberapa menit kemudian, profil-profil mulai muncul di layar. Ia menggeser ke kanan—lalu ke kiri—lalu lagi ke kiri.

Seketika Embun mengernyitkan dahinya,  “Serius nih… ada yang nulis bio kayak gini?” ucapnya tak percaya.

📱 “Aku suka cewek yang bisa masak tapi nggak cerewet. Bonus kalo bisa ngerapiin playlist Spotify gue.”

“Ihh, Masnya cari ART digital…” ucap Embun menggebu.

Embun menggeser lagi.

📱 “Tinggi 160 cm, berat rahasia. Tapi kalau kamu butuh pundak, aku punya dua.”

Embun berdecak  “Cringe level: unlimited.”  Kemudian ia menggeser lagi.

📱 “Aku pernah menang lomba makan kerupuk, itu termasuk prestasi kan?”

Embun  ngakak keras. “Oke, ini sih calon suami berjiwa kompetitif!”

Dia sudah nggak bisa berhenti ketawa. Bantalnya sampai dipeluk erat-erat, antara geli dan menyesal kenapa mau coba hal beginian.

Tiba-tiba notifikasi bunyi—ting!—menandakan ada match baru. Embun refleks kaget, matanya langsung melebar.

“Wait… baru lima menit, udah ada yang match?”

Dengan rasa penasaran campur deg-degan absurd, dia membuka profilnya.

Foto pertama: cowok pakai kacamata hitam di dalam ruangan. Bio-nya cuma satu kalimat:

“Nggak suka basa-basi. Ajak ngobrol yang serius aja.”

Embun  menatap layar dengan ekspresi datarnya

“Serius, katanya. Tapi fotonya aja udah bercanda.” Dia menggeleng sambil menahan tawa.

Malam itu, Embun nggak sadar udah hampir sejam scroll profil orang. Setiap geseran jadi hiburan tersendiri. Tapi di balik tawa kecilnya, ada sedikit perasaan aneh yang merayap di dada—antara geli, ragu, dan sedikit... harapan.

”Mungkin Bia bener... kadang jodoh datang dari hal yang nggak terduga.” Ucap Embun pelan sembari ,meletakan ponselnya diatas nakas samping tempat tidur.

Ia tersenyum samar, lalu memejamkan mata. Lampu kamar dimatikan. Lampu kamar sudah redup, tirai bergerak pelan ditiup angin malam. Jam digital di meja kecil dekat kasur menunjukkan pukul 23.47. Embun sudah memeluk bantal, nyaris terlelap... sampai suara ting! dari ponselnya bikin mata yang tadinya setengah merem langsung melek total.

Embun mengerjap malas dan bergumam “Hmm... siapa lagi sih jam segini…”

Begitu menatap layar, muncul notifikasi dari aplikasi dating itu.

💬 Kamu punya 1 match baru!

Mata Embun langsung terbuka lebar. “Lah... match lagi? Serius nih, semesta nggak pengen gue tidur kayaknya.”

Dengan rasa penasaran setengah malu, ia membuka aplikasinya. Profil cowok itu muncul dengan nama: “Ari_21”. Bio-nya singkat tapi agak mencurigakan:

“Nggak suka basa-basi, tapi doyan kopi dan nyari partner buat debat santai.”

Embun  tersenyum miring melihat bio tersebut,  “Partner debat? Wah, ini sih siap-siap mental duel tiap malam.” Ucapnya terkekeh pelan.

Tapi jari Embun  keburu gatal. Tanpa mikir panjang, dia kirim pesan duluan.

📱 Embun_Pagi : Hai, debat apa dulu nih? Soal kopi atau politik negara tetangga?

📱 Ari_21 : Haha. Biasanya soal kopi dulu, baru nanti nyerempet ke politik. Lo tim kopi tubruk apa latte art yang cuma bagus di Instagram?

📱 Embun_Pagi : Tim kopi sachet yang penting ada kafeinnya, Mas.

📱 Ari_21: Waduh, tipe realistis nih. Bisa bahaya buat cowok idealis kayak gue.

📱 Embun_Pagi : Idealistis tapi masih di dating app? Ironi detected.

📱 Ari_21: Touché. Tapi kan katanya kalo nggak nyoba, nggak bakal tau. Sama kayak kopi baru — kadang pahit dulu baru ketemu rasa manisnya.

Embun spontan ngakak kecil, tangannya nutup mulut biar nggak berisik. “Ih apaan sih, cheesy banget... tapi kok bener juga ya.” Ucap Embun berbisik sendiri.

Obrolan lanjut terus, makin absurd tapi entah kenapa mengalir enak.

📱 Ari_21: Jadi, kerja di mana?

📱 Embun_Pagi: Di perusahaan farmasi. Bagian HRD, tapi juga IT.

📱 Ari_21: HRD sekaligus IT? Wah, jadi lo bisa rekrut karyawan plus benerin laptop juga? Multifungsi banget.

📱 Embun_Pagi: Hahaha. Lo kira gue tukang servis apa.

📱 Ari_21: Nggak apa-apa, tukang servis juga penting kok. Asal bukan servis perasaan.

Embun spontan menepuk jidat. “Ya Allah, kenapa line-nya kayak gitu sih... tapi kok lucu.”

Waktu berjalan cepat. Tiba-tiba jam sudah menunjukkan pukul 01.12. Embun masih tergelak kecil membaca chat Ari yang makin absurd:

📱 Ari_21: Eh, lo tim makan Indomie rebus apa goreng? Soalnya ini penting buat masa depan.

📱 Embun_Pagi: Goreng, dong. Rebus cuma buat yang lagi patah hati.

📱 Ari_21: Nah, cocok. Gue goreng juga. Berarti kita nggak bakal saling rebutan kuah. Udah jodoh kayaknya 😎

 “Wah, ini sih udah kelewat pede.” Embun  tertawa kecil, menggigit bibir bawah.

Setelah satu jam bercanda absurd tapi hangat, Embun  akhirnya menatap ponselnya lama-lama.

Pesan terakhir dari Ari  muncul:

📱 Ari_21: Udah Tengah malem, HRD multitasking. Tidur gih, nanti besok laptop karyawan benerannya malah error.

📱 Embun_Pagi: Haha iya, Mas debat kopi. Makasih ya, udah bikin malam gue nggak sepi.

📱 Ari_21: Sama-sama. Siapa tau besok kita debat lagi soal topping martabak.

Embun meletakkan ponselnya di meja, lalu menatap langit-langit kamar yang putih polos.

Senyum kecil muncul di wajahnya. Mungkin obrolan itu absurd, tapi ada sesuatu yang terasa... ringan.

“Bener kata Bia... kadang jodoh bisa datang dari hal yang nggak terduga.” Ucap Embun pelan.

Lampu kamar dimatikan. Tapi kali ini, sebelum tidur, Embun  benar-benar tersenyum.

**

Matahari sudah menembus celah tirai kamar, menyapa wajah Embun  yang masih tenggelam di balik selimut. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 07.38. Alarm di ponsel berdentang nyaring — sudah entah ke berapa kali tombol snooze ditekan sejak satu jam lalu.

Embun  bergumam setengah sadar  “Lima menit lagi... lima menit aja…”

Tapi detik berikutnya, matanya mendadak membulat. “07.38?!”

Dalam sepersekian detik, Embun  melompat dari kasur. Rambutnya berantakan, piyama masih kusut, dan wajahnya benar-benar cerminan orang yang baru nyadar dunia nyata masih berputar.

“Astaga, gue telat! HRD macam apa datang telat, Mbunnn!” Embun berteriak panik.

Ia berlari ke kamar mandi, hampir terpeleset karena kaus kaki yang entah sejak kapan nyangkut di lantai. Suara keran, hair dryer, dan teriakan kecil bercampur jadi satu orkestra pagi paling dramatis dalam sejarah hidupnya.

*

Sekitar 08.25, Embun  akhirnya sampai di kantor—dengan napas ngos-ngosan dan rambut yang cuma sempat disisir pakai jari. Embun dengan sengaja mengajak Mang Jajang ngebut bak Valentino Rosi pagi ini, sepanjang jalan ngebut gak pikir lampu lalu lintas yang penting trabas trabas agar cepat sampai kekantor. Begitu masuk ruangan, dua rekan kantornya langsung menyambut dengan senyum penuh arti.

“Wuih, HRD datang telat nih. Dunia mau kiamat atau baru dapet temen curhat, nih?” tanya Karin teman satu kantor Embun.

“Gue cuma kesiangan, Rin. Jangan lebay.” Ucap Embun sembari menaruh tas di meja, berusaha tenang.

“Kesiangan? Biasanya lo udah login absen jam tujuh empat lima, Bun. Nih pasti lo semaleman ngobrol sampe pagi atau searching searching gak jelas, ya kan?” tanya Doni siteman IT yang super kepo.

Embun  refleks menatap Doni dengan tatapan datar, tapi pipinya sedikit memanas.

“Doni, lo kan bagian IT, bukan detektif. Fokus ke server sana gih.”

Doni yang nyengir lebar masih menatap Embun dengan tatapan curiga, “Eh tapi beneran, muka lo kayak orang habis senyum-senyum di chat, tau. Gaya rambut baru bangun juga nggak bisa nutupin auranya tuh.”

Karin langsung menahan tawa sambil menepuk bahu Embun. “Bun, kalo bener lo lagi deket sama seseorang, bilang aja. Biar gue siap-siap beli kado pernikahan dari sekarang.”

Embun langsung menyandarkan diri di kursinya dan menghela napas, “Yang ada juga gue beli kopi literan dulu biar bisa melek. Percintaan gue mah belum naik level.”

“Nah tuh, ngaku kan. ‘Belum naik level’ berarti udah mulai main game.” Selidik Karin penuh tanya.

Embun  hanya memutar bola mata, mencoba menutupi senyum kecil yang nggak bisa ditahan. Tangannya refleks membuka laptop, tapi di layar ponselnya masih tersisa satu notifikasi baru dari semalam — dari Ari.

📱 Ari_21 : “Pagi, HRD multitasking. Semoga hari ini kamu nggak kesiangan 😄.”

Embun spontan membeku.

“Eh, Bun! Kenapa lo tiba tiba bengong?” teriak Doni dari kejauhan.

Embun  cepat-cepat menutup layar ponselnya agar Doni tidak lagi kepo tentang urusannya.

“Kerja, Don. Fokus. Jangan ngatur hidup gue.” Balas Embun setengah sewot.

Tapi dalam hati, Embun  nggak bisa menahan tawa kecil yang menggelitik.

“Gila, cowok ini tau aja gue kesiangan…” batin Embun sambil menatap layer computer.

Sisa pagi itu diisi dengan kerja yang nggak terlalu fokus—karena tiap beberapa menit, ponsel Embun bergetar pelan. Dan tiap kali notifikasi itu muncul, senyum kecil selalu muncul di wajahnya.

**

tbc

1
Bia_
ferdi lu bener bener ya,
Al_yaa
greget banget sama bab ini, gak sabar nunggu lanjutannya, updatenya bisa langsung 5 bab gak thor,penasaran bangettt
Al_yaa
cepatt cari orang bodoh itu papiiii
Al_yaa
cefatt rekrut diaa langitttt
KaosKaki
rasakno koe fer
KaosKaki
boleh gak berkata kasar buat di Ferdi /Panic//Panic/
Bubuuu
ceritanya bagus banget 👍👍😍😍
Al_yaa
yg buat virus perempuan, diremehin pulak tapi bikin satu gedung gonjang ganjing /Joyful/
aRa_
hebat banget embun, langsung ulti si Ferdi pake virus biar kicep
aRa_
bajigur banget si Ferdi /Panic/
aRa_
baru telponan aja udh deg degan ya embun
Al_yaa
ferdi, lo syibal banget yakk/Angry/
Al_yaa
pandangan pertama awal aku berjumpa /Hey//Hey/
Al_yaa
one step closer langit, berawal dari callan lama lama video callan dehhh
Bia_
akhirnya akhirnya /Scream/
Bia_
yaloh mereka udah Callan aja
KaosKaki
huuwwaaa akhirnya mereka ketemu tapi gak kenal /Sob//Sob//Sob/
KaosKaki
ada apa inih, kenapa bapaknya angkasa nongol. tor ada apa ini coba jelaskan
KaosKaki
bener bener dah ya, embun sama langit udah kaya anak abg banget /Facepalm/
Bia_
wow apakah akan ada plot twist Pemirsa 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!