~ REGANTARA, season 2 dari novel Dendam Atlana. Novel REGANTARA membahas banyak hal tentang Regan dan kehidupannya yang tak banyak diketahui Atlana ~....
Ditinggalkan begitu saja oleh Atlana tentu saja membuat Regan sangat kacau. Setahun lebih dia mencari gadisnya, namun nihil. Semua usahanya tak berbuah hasil. Tapi, takdir masih berpihak kepadanya. Setelah sekian lama, Regan menemukan titik terang keberadaan Atlana.
Disaat Regan merasakan bahagia, berbanding terbalik dengan Atlana yang menolak kehadiran Regan untuk kedua kalinya dihidupnya. Namun, penolakan Atlana bukan masalah. Regan memiliki banyak cara untuk membawa kembali Atlana dalam hidupnya, termasuk dengan cara memaksa.
Akan kah Regan berhasil? Atau malah dia akan kehilangan Atlana sekali lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suruhan Atlana Dara
Malam hari usai mengantar Atlana balik ke rumah atas permintaan gadisnya itu, Regan langsung menuju markas, dimana sudah ada keempat sahabatnya dan juga Marvin.
Saat Regan tiba, beberapa bukti mengenai kejahatan yang dilakukan kakeknya sudah tergeletak di meja. Bukti tersebut diperoleh dari beberapa bawahan Marvin, yang juga merupakan orang-orang kepercayaan Regan yang berdiam di Singapura.
"Parah banget Kakek lo, Gan. Segitunya banget dia gak suka Atlana," celetuk Yudha.
"Kakek lo ke Singapura lusa. Kayaknya pergerakan anak buah Bang Marvin udah ketauan." Erteza memperlihatkan bukti rekaman CCTV yang memperlihatkan kakek Adri sedang membicarakan tentang rencananya dengan seseorang, tapi bukan Handi.
Regan terdiam. Kerutan di keningnya menandakan jika dia tengah berpikir keras. Semua bukti yang dia dapatkan, baik tentang kecelakaan orang tuanya maupun perginya Atlana, semuanya mengarah pada sang kakek. Kakeknya mengambil peran penting dari semua kejadian itu.
"Tapi, kamu juga harus hati-hati dengan pacar tuan besar, Regan. Dia sepertinya juga berbahaya."
"Ya," jawab Regan singkat menanggapi ucapan Marvin. Dia sudah menempatkan beberapa orang untuk mengawasi pergerakan wanita itu. Dan sejauh ini, tidak ada satupun hal yang mencurigakan. Tapi, dia akan tetap mengurus wanita itu nanti.
"Urus penerbangan gue ke Singapur."
Keempat sahabat Regan itu langsung menoleh pada Regan. Apa yang akan Regan lakukan disana?
"Baik, Regan." Marvin dengan patuh mengiyakan.
"Lo sendiri?" Erteza sedikit ragu mendengar ucapan Regan. Walaupun ia tahu banyak orang-orang kepercayaan Regan dan Papanya—Arman di Singapura, tetap saja ia mengkhawatirkan sahabatnya itu.
"Hm."
"Lo yakin, Gan?" tanya Yudha.
"Kakek lo emang gak bakal nyakitin lo. Tapi, kita gak tau kapan orang bisa berubah."
"Gue setuju sama Jovan. Lo mau nanganin semuanya sendiri?" ucap Leo.
"Gue bareng Marvin. Lo semua cukup jagain Atlana."
Keempatnya menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Jika Regan sudah berkata demikian, maka keputusannya sudah final.
***
Kakek Adri marah besar setelah beberapa kali diberitahu oleh orang-orang nya yang ada di Singapura, bahwa orang-orang kepercayaan Arman menyusup ke markas dan mencuri beberapa informasi.
Pria tua itu berjalan mondar mandir sambil memikirkan tentang orang-orang tersebut membocorkan nya pada Regan.
"Tidak. Aku tidak bersalah. Regan tidak boleh mengetahui ini semua."
"Regan tidak boleh membenciku. Aku kakeknya."
Kakek Adri seperti orang gila yang terus bergumam sendirian.
Merasa masih belum tenang, Kakek Adri meninggalkan kamarnya dan menuju ruang kerjanya. Sepertinya menyibukkan diri dengan bekerja bisa membuatnya tidak memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi.
Sementara itu, Yuni sedang menikmati malamnya dengan seorang pria bayaran. Dia tidak peduli dengan apapun.
Dia ingin menikmati waktu senang-senangnya, sebelum nanti memikirkan bagaimana menyingkirkan Atlana dari kehidupan Regan, agar putrinya bisa memiliki Regan sekaligus kekayaannya, dan menyingkirkan Dara dari pandangannya. Putrinya masih sering cemburu jika melihat Dara.
"Bagaimana? Kamu suka?"
Yuni yang terlalu larut dalam kenikmatan hanya bergumam tak jelas. Matanya terpejam menikmati setiap kenikmatan yang diberikan oleh lelaki muda yang di bayarnya.
Dan tanpa Yuni sadari, lelaki muda itu tengah membawa misi sederhana yang mungkin bisa menghancurkan hidupnya.
***
Atlana menguap pelan saat kantuk semakin menyerang dirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.50, dan 5 menit lalu dia baru menyelesaikan panggilan vidionya bersama kedua sahabatnya yang ada di Aussie, Sherly dan Andreas.
Atlana membaringkan tubuhnya dan menarik selimut. Saat ia memejamkan matanya, satu bunyi notifikasi masuk membuatnya kembali membuka mata.
Segera gadis itu meraih handphonenya, lalu membaca chat yang merupakan dari seorang cowok yang dibayar olehnya dan Dara untuk mendekati Yuni.
+ 62xxxxxxxxxxx
Udah beres. Gue udah pasang penyadap di beberapa tempat dan masukin virus ke handphone nya, sesuai perintah lo berdua.
Atlana langsung terlonjak bangun dan menyingkap selimutnya. Gadis itu bergerak turun dengan cepat, lalu berlari keluar kamar menuju kamar Dara.
Tok... Tok... Tok...
"Ra? Buka pintunya."
"Ra?"
"Dara?"
Tok... Tok... Tok...
"Dara! Bangun!" Atlana berteriak dan menggedor pintu sedikit lebih keras. Ia melakukannya beberapa kali hingga gadis yang tengah tertidur di dalam kamar tersebut terganggu dan berjalan sempoyongan membuka pintu.
"Apaan sih, Na? Gue ngantuk banget."
"Gue dapat berita bagus dari cowok suruhan kita tadi."
"Apa? Lo serius?" Mata Dara langsung terbuka lebar. Kantuknya sirna seketika setelah mendengarnya.
"Gue serius. Dia udah berhasil masang penyadap di rumah Yuni. Handphone nya juga udah dimasukin virus."
Senyum Dara langsung mengembang. "Terus?" tanyanya antusias.
"Terus? Maksud kamu?"
"Vidio, Atlana. Vidio dia sama Yuni yang lagi—"
"Oh, itu? Dia belum kirim— ini baru masuk."
Atlana dengan cepat memeriksa kembali aplikasi chat nya. Dara mendekat untuk melihat apa yang dikirim kan lelaki itu.
"Liat foto aja. Gak usah di tonton," ujar Atlana.
Dara yang sudah semangat melihatnya langsung memanyunkan bibirnya. "Gue udah pernah—"
"Gak usah diingat-ingat masa lalu," ucap Atlana. "Cuci bersih otak lo dari cowok gila itu."
Dara mendengus pelan, tapi tetap mengangguk, mengiyakan ucapan Atlana. "Ya udah. Fotonya aja."
"Nanti gue share. Balik tidur gih. Gue mau ke kamar."
"Iya. Selamat tidur."
"Selamat tidur."
Dara segera memasuki kamarnya kembali dan Atlana bergegas ke kamarnya sambil mengirimkan beberapa foto itu pada Dara. Masalah vidio, dia tidak berani melihatnya.
"Selamat menikmati hari-hari lo yang penuh kesulitan kedepannya, Yuni," gumam Atlana sebelum memejamkan matanya.
***
Usai berkumpul bersama sahabat-sahabatnya di markas, Regan kembali ke apartemennya. Lelaki itu berdiri diam di balkon apartemen sambil menghisap rokok nya.
Meskipun Atlana telah melarangnya, Regan masih sering merokok ketika tidak ada Atlana di dekatnya.
Kali ini, dia melangkah lebih jauh untuk mengungkap tentang kecelakaan kedua orang tuanya, dan ketidakadilan terhadap gadisnya.
Walaupun orang yang menjadi penyebab semua kejadian ini adalah kakeknya, Regan tidak akan peduli. Bahkan dia juga sudah tidak peduli dengan harta sang kakek yang kemarin-kemarin berusaha
ia perjuangkan untuk menjadi miliknya, karena tidak rela jatuh pada wanita gila seperti Yuni.
Setelah menghabiskan beberapa batang rokok, Regan kembali ke kamarnya, melepas kaos yang ia kenakan lalu berbaring telungkup di atas ranjang.
Ting.
Satu notifikasi membuat Regan meraih handphonenya dengan malas. Nomor tak dikenal.
"Bitch!" umpatnya pelan setelah melihat chat dari Nita yang mengirimkan foto seksinya yang hanya mengenakan gaun malam yang tipis dan menerawang.
+ 62xxxxxxxxxxx
Regan, mau gak?
Aku kasi sebelum nikah.
Sampai pagi juga aku siap.
Regan menggeram marah. Rahangnya mengetat dan tangannya mengepal erat.
^^^Regan^^^
^^^ANJING!!^^^
Balas cowok itu kemudian memblokir nomor baru tersebut.
Cowok itu kemudian memperhatikan jam yang tertera pada handphonenya. Lantas dia menghubungi gadisnya, sambil berharap agar kekasihnya tersebut belum tidur.
Panggilan pertama tidak diangkat. Regan mengulangi panggilannya, dan akhirnya dijawab oleh Atlana pada panggilan kedua.
"Hallo? Siapa?" sapa Atlana dengan suara parau dan sedikit serak. Mendengarnya Regan tersenyum tipis. Dari suaranya, ternyata gadisnya sudah tidur.
"I love you."
"Regan?" ucapnya mengenal suara tersebut.
"Hm."
"Aku gak sempat perhatiin kalau kamu yang telpon. Ada apa?"
"Kangen."
"Apaan sih? Tadi kan kita ketemu."
"Mau vidio call."
"Aku ngantuk Regan."
"Gak papa. Gak usah ngomong. Cuman pengen liat kamu."
Atlana di seberang sana tersenyum tipis. Bagaimana dia bisa menolaknya? Regan selalu bisa meluluhkan nya, entah dengan cara halus ataupun paksaan.
"Ya udah. Lima menitan, ya?"
"Gak cukup."
"Terus?"
"Sampai aku ketiduran."
"Aku gak bisa begadang, Regan. Aku ada kelas pa—"
"Kamu tidur aja."
Atlana pun setuju. Dia dan Regan lalu mengganti panggilan mereka dengan panggilan vidio. Atlana yang semulanya ingin tidur, malah terjaga dan berbicara santai dengan Regan.
Rasanya sangat nyaman. Mereka sampai menghabiskan waktu beberapa jam, dan tertidur saat larut malam.