Inara Early Wijaya atau kerap di sapa Nara,gadis berusia 21 tahun yang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas ternama, selain mahasiswi dia adalah seorang CEO di wijaya grup milik sang Ayah, kedua orang tua Nara meninggal karena kecelakaan maut 4 tahun lalu yang menimpanya. setelah ke dua orang tuanya meninggal Nara lebih memelih tinggal di jogja karena salah satu peristiwa.
Nara tinggal di sebuah apartemen miliknya, namun juga sering menginap di tempat sang paman yang ia panggil Abi, yang memiliki sebuah pesantren yang cukup terkenal.
Tanpa di ketahui Nara sebelum kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya ,Nara sudah di nikahkan oleh seorang anak kiyai kerabat Paman Nara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
" ehh" pekik Nara saat tubuhnya terangkat, Nara menoleh untuk mengetahui siapa yang mengakatnya.setelah mengetahui Nara pun mulai memberontak .
" turunan saya Gus, anda lancang sekali" cibir Nara.
" saya suami kamu, kalo kamu lupa Inara Early Wijaya" ketus Atlas, yang mulai mendudukan Nara di kursi ruang tamu.
" ealah nduk, nduk bisa- bisane kamu itu masuk keselokan " ujar Nyai Hilya yang datang dari arah dapur membawa kotak p3k.
" gara-gara anak umi tuh, sembuyiin kunci mobil" Nara mulai memanyunkan bibirnya, mengingat Nayya yang pelupa.
" Ya maaf namanya juga lupa Na" sambung Nayya .
" ahh sudah kalian berdua itu sama saja, sama- sama pikun kalo udah naruh barang" Nyai Hilya melepas perdebatan ini dan menyodorkan kotak p3k kepada Atlas.
" ini le.. apa di kamar aja le.. ngobatinnya biar sambil rebahan" ujar Nyai Hilya.
" Nana bisa obatin sendiri kok mi" balas Nara merebut kotak p3k dari tangan Suaminya, lalu mulai berjalan tapi nihil kakinya terasa sangat sakit untuk jalan.
Dengan sigap Atlas menggendong sang istri untuk di bawa ke kamar, " turunan gak?" gerutu Nara.Atlas tak menghiraukan ucapan sang istri yang terus memukul pundaknya. " Nyai, Ning,Gus, saya bawa Nara ke kamar dulu nggeh" pamit Nara yang di beri anggukan oleh Nyai Hilya.
" kurung aja Gus" teriak Bintara dari meja makan saat melihat Nara yang di gendong oleh Atlas menaiki tangga.
Sesampainya di dalam kamar Nara, Atlas menurunkan Nara dengan sangat hati- hati, kemudian mulai memeriksa kaki Nara yang terkilir, " awws" pekik Nara kesakitan.
" yang mana ?" tanya Atlas dingin.
" tadi yang anda pegang" balas Nara tak kalah ketus.
" ini" ujar Atlas sambil menekan bagian kaki Nara yang tampak sedikit bengkak karena terkilir.Nara hanya mengaggukan kepalanya sebagai jawaban.
" tahan sedikit agak sakit nanti" ujar Atlas mulai mengobati lecet di kaki Nara.
" maaf tadi saya belom kirimkan, pin kartu debitnya, berapa uang yang kamu habiskan hari ini saya ganti"ujar Atlas memecah keheningan,sembari mengobati sang istri.
" tidak masalah, saya tidak perlu juga kartu itu." balas Nara dengan angkuh, berniat membuat Atlas ilfel dengannya.
" apa saya boleh berbicara dengan mu?" tanya Atlas, ia ingin segera memperbaiki keadaan.
"Haven't you been talking all this time?"
" maksud saya,saya ingin berbicara tentang masalah rumah tangga kita"
" hmm" hanya deheman dari mulut Nara yang keluar ketika mendengar kata Rumah tangga.
" apa kamu mengizinkan saya untuk memperjuangkan kamu? demi keutuhan rumah tangga kita, saya tidak akan memungut banyak dari kamu, izinkan saya menebus kesalahan saya selama ini" lirih Atlas nada bicara yang awalnya dingin, menjadi lebih hangat.
" jangan anda habiskan waktu untuk hal- hal yang tidak jelas, perjuangan saja masa depan anda, saya wanita yang tidak pantas untuk di perjuangkan"
" tapi kamu istri saya, kamu masa depan saya, izinkan saya menebus semua kesalahan saya Early"
degh
Dada Nara berdetak lebih kencang saat Atlas memanggilnya dengan sebutan Early, ia teringat dengan sang Bunda, Early adalah panggilan Nara dari bundanya, Nara dengan sekuat tenaga menyeka air matanya agar tidak turun, namun nihil rasa rindu kepada kedua orang tuanya terasa tak terbendung.
" hei kenapa kamu nangis" ujar Atlas sambil mengusap air mata Nara dengan tangnya.
"I'm traumatized by love, don't blame me if I can't love you" balas Nara
" Apa kamu lupa dengan kuasa Allah?Allah yang Maha membolak balikan hati manusia dengan mudah" Atlas mulai menenangkanya.
"Saya akan berusaha yang terbaik untuk kamu" imbuh Atlas.
Entah angin dari mana Nara kemudian memeluk Atlas dengan sangat erat.Atlas yang di peluk secara tiba - tiba seperti mendapatkan sengatan, yang membuat jantungnya berdetak sangat kencang, entah Nara mendengarkannya atau tidak.
" maaf " lirih Nara, melepas pelukan yang sangat nyaman itu.
" tidak apa, saya suka jika kamu memeluk saya, mari mulai hubungan kita dari mulai menjadi teman" ujar Atlas.
" teman?"
" ya kita mulai saja hubungan kita menjadi teman, walau terdengarnya sangat konyol, tapi itu lebih baik untuk kita, mengenal satu sama lain" Atlas menundukan kepalanya, ia takut jika ide nya untuk mengenal sang istri di tolak istri cantiknya itu.
" apa kamu setuju?" tanya Atlas kembali, saat tak mendapatkan jawaban dari sang istri.
" boleh di coba" jawab Nara sambil mengusap air mata yang tersisa.
Atlas terlihat menarik kedua sudut bibirnya menampilkan senyuman manisnya, Nara melihat senyuman tulus yang terukir daru bibir sang suami yang kini menjadi temannya.
"Kaki kamu bengkak" ujar Atlas sambil memijat pelan kaki Nara.
" gapapa paling besok juga sudah sembuh" balas Nara santai.
" jangan banyak jalan dulu yaa, takutnya nanti malah tambah bengkak"
" em maaf " lirih Nara.
" untuk?"
" yang kemarin sama yang tadi,pasti anda tadi tidak ridhokan saya keluar tidak meminta izin"
" kan tadi saya sudah kasih ijin ke kamu, itu kamunya saja yang tidak liat jalan"
" tapi tadi kata Nayya itu karena saya tidak minta ijin ke anda"
" Iya, tapikan saya sudah kasih ijin, berarti saya ridho jika kamu keluar bersama Nayya, ini namanya musibah lain kali hati- hati "
Nara hanya mengagguk, Nara mulai menyingkirkan tangan Atlas dengan pelan " sudah saja Gus, saya mau bersih- bersih, lebih baik anda istirahat "
" mau saya bantu?" tawar Atlas.
" tidak usah Gus saya bisa sendiri" balas Nara yang mencoba untuk berdiri namun kakinya terasa begitu nyeri, dan akhirnya ia duduk kembali.
" sakit kan?" tanya Atlas yang mulai menggendong Nara ala bridal Shower.
" ehh" sentak Nara terkejut.
Sesampainya di kamar mandi Atlas mulai menurunkan Nara secara perlahan, " nanti kalo sudah panggil saya, saya tunggu di depan " ujar Atlas, saat hendak berlalu keluar tangannya di cekal oleh Nara.
" hmm Gus, saya belom bawa baju ganti" ujar Nara pelan, namun masih terdengar oleh Atlas.
" Sebentar saya ambillakan" ujar Atlas,lalu berlalu ke almari milik Nara.
" hmm Gus sama minta tolong ambillakan yang di pakek wanita saat halangan,di Almari paling bawah" teriak Nara.
Setelah beberapa saat Atlas kembali ke kamar mandi dan menyerahkan baju beserta yang lainnya.
" kok Gus ambil pakaian dal*m saya juga sih?" tanya Nara.
" memang kenapa? bukannya kamu mau ganti baju" balas Atlas mengerutkan keningnya.
" kan malu gus"
"Atlas terkekeh atas tingkah istrinya yang malu- malu " saya suami kamu, jadi tidak usah malu bahkan saya bisa berhak melihat kamu tanpa sehelai benang, sudah cepat ganti bajunya" titah Atlas yang kemudian keluar dan menutup pintunya.
Setelah selang 15 menit Atlas mendengar teriakan Nara mememanggilnya, Atlas segera membuka pintu.
"kenapa lama banget sih Ly? kamu mandi ya?" bertanya Atlas yang membuat Nara mengerutkan dahinya, Sisi lain yang Nara tau Atlas, yang begitu sangat cerewet.
" ternyata anda cerewet yaa Gus " cibir Nara.
" sudah selesai?" Atlas tak menghiraukan cibiran Nara.
" Sebentar saya buang ini dulu" Ujar Nara yang berjalan dengan pegangan tembok Kamar mandi.
Atlas kemudian memapah Nara hingga di tempat tidurnya, setelah Nara berbaring kemudian Atlas menarik selimut Nara hingga menutupi sampai ke atas perutnya.
" kalo ada apa- apa telfon saya, saya tadi sudah mengirim pesen ke nomer kamu, langsung tidur jangan main hp lagi, berdoa dulu sebelum tidur" ujar Atlas yang membuat Nara tersenyum.
" iya kenapa anda jadi bawel sekali gus" balas Nara.
" ya sudah saya keluar dulu, Assalamualaikum "
Tal ada jawaban dari Nara, kemudian Atlas mengulang kembali salam.
" Assalamualaikum " ucap Atlas tepat di samping telinga Nara.
" Waalaikumsalam " balas Nara.
cupp