Menjadi istri pengganti calon suami kakaknya yang meninggal dalam kecelakaan karena dirinya. Alena harus merasakan siksaan dari suaminya sebagai bentuk balas dendam.
Namun, apakah yang terjadi jika akhirnya kebenaran terungkap mengenai kecelakaan itu?
Season 2
Alea Prasetya adalah anak pertama dari Shaka dan Alena. Namun kepribadiannya yang introvert membuatnya dijauhi teman dan membuat orang tuanya menjodohkannya dengan anak rekan bisnis mereka. Bagaimana kisahnya?
COVER BY NOVELTOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan
"Nadia katakan pada Ibu. Apa hari itu kau kabur bersama Leon dan menyabotase kecelakaan itu?" Mata Sarah menatap serius ke puterinya. Setelah tadi dia menangis hingga akhirnya tenang.
Nadia hanya diam saja. "Nadia!!! Katakan kalau semua ini bohong!! Katakaaaan!!!" Sarah mengguncang tubuh Nadia sambil berteriak dan menangis.
Nadia mulai menitihkan air mata. "Itu semua benar Bu." jawab Nadia.
Sarah memundurkan langkahnya dan menutup mulutnya. Dia tidak percaya dengan pengakuan yang keluar dari mulut Nadia sendiri. Sarah terduduk lemas di sofa. Alfian mencoba menenangkannya. Ada rasa penyesalan dalam dirinya. Kenapa dia tidak mempercayai pembelaan Alena saat itu? Jika saja dia percaya mungkin saja Alena akan tetap ada disini bersamanya.
"Sekarang semu sudah jelas. Maaf Nadia, aku tidak bisa menikahimu. Aku mencintai Alena dan aku akan menemukannya." ucap Shaka.
"Apa? Tidak!! Kau tidak boleh meninggalkanku. Kau sudah berjanji akan menikahiku." Teriak Nadia sambil memegangi tangan Shaka.
"Tidak. Kau sudah menunjukkan kebenarannya hari ini. Maaf jika kau harus tersakiti. Tapi inilah kenyataannya. Kau berusaha menghianatiku, dan ketika Leon menipumu kau kembali padaku. Sedangkan Alena? Dia yang menderita selama ini karena semua orang berpikir bahwa dialah penyebab kau meninggal. Sudah saat Alena bahagia. Aku akan membawanya pulang." Shaka melepaskan tangan Nadia dan keluar dari ruangan itu.
"Tidaaaaaak!!! Shakaaaaa!!!" Nadia berteriak. Alfian berusaha menenangkannyaa. Nadia masih belum tau perihal penyakitnya. Jika dia tau maka dia akan semakin hancur. Alfian dan Sarah memang memutuskan untuk tidak memberitahukan ini pada Nadia maupun orang lain. Cukup mereka dan Shaka saja yang tau.
Shaka mengerahkan semua anak buahnya untuk terus mencari keberadaan Alena.
Sementara itu.
Di sebuah desa terpencil, Alena sedang mengajari beberapa penjahit untuk mambuat pakaian hasil rancangannya. Kedatangannya membawa berkah untuk desa itu. Kini dia sudah berhasil mengurangi angka pengangguran didesa itu. Dia mendirikan sebuah konveksi dan mengajari mereka cara membuat pola yang bagus untuk berbagai model pakaian. Banyak yang memesan pakaian dari konveksinya karena hasil jahitan yang sangat rapi dan nyaman. Alena benar-benar mengajari para penjahit dengan benar.
Pada malam harinya, Alena sedang istirahat dikamarnya. Dia hendak menonton televisi namun remotnya tidak ada. Alena mencari remot itu dan ternyata ada di laci. Alena mengambil remot itu, namun dia melihat ponselnya dibawah remot itu. Alena mengambil ponselnya. Dia menonaktifkan ponselnya sejak dia pergi dari rumah Shaka sebulan yang lalu.
Ada rasa penarasan yang menyelimuti hatinya saat ini. Dia penasaran dengan apa yang terjadi selama kepergiannya. "Aku tau pasti sekarang Shaka dan kak Nadia sudah menikah untuk apa aku memikirkannya. Tapi tidak ada salahnya aku mengecek siapa tau Shaka sudah menyiapkan surat cerai itu." ucap Alena. Dia pun menyalakan ponselnya. Rasanya begitu mendebarkan mengingat sudah sebulan dia memutus kontak dengan Shaka.
Layar Hp itu menyala. Setelah benar-benar hidup, Alena merasakan ponselnya bergetar tiada henti. Itu mendandakan banyaknya pesan yang masuk. Alena membaca pesan dari berbagai nomor. Ada pesan yang menawarkan kredit pinjaman, mengirimkan nomor rekening seolah sudah kenal, ada juga pengumuman menang undian.
Alena terus menscroll layar ponselnya ke bawah. Jarinya berhenti saat dia melihat puluhan pesan dari Shaka. Dia hanya melihat tampilan luar pada pesan itu yang berbunyi ; Alena kau dimana? Nadia.....Alena langsung membalikkan menu. Dia tidak ingin membuka pesan dari Shaka. "Aku tau bahwa dia akan bilang 'Nadia dan Aku sudah menikah, datanglah dan ambil surat cerainya'. Heh kau pikir aku tidak tau ya. Menikah saja dengannya, jangan usik aku lagi" Alena pun mematikan kembali ponselnya. Dia terdiam cukup lama hingga akhirnya air matanya jatuh berlinang.
"Apa kau pikir, aku tidak sakit hati dengan perlakuanmu? Mencariku pun kau tidak mau. Apa kau memang benar-benar sudah melupakan aku." Alena menghapus air matanya. Dia meletakkan kembali ponselnya kedalam lacinya. Hari semakin larut, dan dia pun memilih tidur.
Disisi lain.
Seorang pria tengah menerima telepon penting. "Apa? Nadia terkena kanker. Ah sial!!!" Pria itu mematikan ponselnya.
"Kenapa bisa jadi begini. Nadia bisa mengacaukan rencanaku. Jika dia mati maka Alena dan Shaka akan bersatu kembali. Bagaimana ini? Aku harus mencari cara lain agar mereka terus berpisah dan aku tau siapa yang bisa aku ajak bekerja sama." Pria itu menyunggihkan senyuman dan meninggalkan tempatnya berdiri tadi.